Download App

Chapter 2: Bagian 2

Heningnya perpustakaan membuat Alfiya tenang. Alfiya membuka buku fisika yang telah ia ambil dari rak buku. Alfiya mengerjakan soal demi soal di buku tulisnya. Namun, Tiba-tiba saja rasa kantuk menyerangnya dan Alfiya pun tertidur. Dari belakang rak buku Bintang terus memandangi Alfiya, tiba-tiba saja ada rasa dari lubuk hatinya paling dalam dia ingin mengukir senyum di wajah cantik Alfiya. Namun, Bintang takut kalau Fiya akan menjauhinya karna tidak nyaman dengan perlakuan Bintang.

"Coba lo senyum terus, pasti lo tambah cantik. "lirih Bintang masih menatap lekat Fiya.

~~~~~~~~~~~~~~~~~××××××××~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Sesampainya dirumah, Bintang menghidupkan music lalu menghempaskan tubuh nya ke atas bed. Matanya tertutup dan membayangkan bagaimana tadi pagi Fiya meninggalkan nya begitu saja. Bintang beranjak mengambil figura yang terletak di atas meja. Disana terdapat foto dirinya bersama seorang wanita. Wanita tersebut adalah orang yang Bintang sayangi, namun dia pergi meninggalkan Bintang begitu saja disaat Bintang butuh orang untuk membuat nya untuk bertahan. Wanita itu pergi karena tau akan penyakit Bintang. Hal ini pula yang membuat nya pindah dari sekolah lamanya. Bukan karena Bintang malu, tapi karna Bintang tidak mau hidup diatas kata kasihan. Justru Bintang benci akan hal itu.

"lo sih udah tau penyakitan masih aja suka sama orang. " ucapnya kesal sembari menunjuk nunjuk fotonya sendiri

. Bintang pun menaruh kembali foto tersebut ,lalu mengambil obat di sebelah nya. Ia meminum 6 jenis kapsul yang sudah ia hafal sejak 2tahun yang lalu. 2 tahun yang lalu Bintang di diagnosa mengidap kanker paru-paru. Bahkan dokter pribadi nya pun tidak menyangka Bintang akan bertahan selama itu.

"Tok tok tok, mas Bintang, ini emak. " terdengar ketukan pintu dari luar.

"masuk aja. enggak dikunci kok mak, "ucap Bintang sembari memakai kaos oblong miliknya. Bintang baru saja selesai mandi dan akan melaksanakan shalat ashar.

" ini lo mas mak bawain makanan. Soalnya kata ibu mas harus makan terus minum obat. "titah mak. Selama ini memang emak selalu memperhatikan Bintang ketika mama Bintang sedang tidak dirumah. Emak merupakan pembantu rumah tangga yang sudah dianggap seperti nenek nya sendiri.

"Aku udah udah obat kok mak. "lapor Bintang.

"Lah, emangnya mas Bintang udah makan? "tanya emak

"Bintang nggk laper mak. Yang penting kan Bintang udah minum obat. Udah, itu emak aja Bintang mau shalat dulu. " tolak Bintang halus , lalu merangkul emak untuk keluar kamarnya.

"aku minum obat terus juga nggk ada efeknya. Penyakit ku gk bakalan bisa sembuh . Aku Cuma ngulur mati aja. "ceplos nya lirih lalu berjalan menuju sajadah nya. .

×××××××××××××××××××××××××××××××××××××××××

Setelah makan malam dengan mamanya dan tidak lupa meminum obat nya Bintang memutuskan untuk pergi jalan jalan. Bintang mengeluarkan sepeda gunung nya yang sudah lama berada diigudang. Dulu sebelum Bintang sakit Bintang selalu bersepeda untuk kesekolah atau pergi kemanapun. Namun, semenjak Bintang sakit Bintang tidak diperbolehkan mamanya bersepeda lagi, karena kalau Bintang kelelahan pasti ia akan susah bernafas. Bintang menggayuh sepeda nya pelan dengan mengatur pernafasan nya. Seperti dugaan nya cuaca malam ini sangat baik. Bintang memutuskan untuk singgah di minimarket untuk membeli air mineral. Bintang mulai meneguk air mineral nya lalu menatap ke jalanan ibukota yang masih padat. Matanya menyipit seperti melihat seseorang yang ia kenal berjalan kearahnya, lebih tepatnya ke minimarket dengan langkah tergesa-gesa.

"Fiya! " Bintang memanggil Fiya yang baru saja keluar dari minimarket.

"Apa? "balas Fiya dengan logat ketusnya.

"Sini, duduk. "titah Bintang sembari menganggukkan kepala nya kedepan, dengan maksud menyuruh Fiya untuk duduk di depan nya.

"Lo ngapain disini? "tanya Fiya.

"nungguin lo." Ceplos Bintang.

"Kenapa lo pindah sekolah? "tanya Fiya.

"Lo ngomong sama gue? "balas Bintang cengengesan. Alfiya yang kesal pun beranjak dari kursi untuk pergi. Namun, Bintang menahan tangan Alfiya. Alfiya yang tidak suka disentuh pun menghempaskan tangan Bintang.

"Jangan sentuh gue! "bentak Fiya.

"yaelah lu gitu banget si jadi orang. Untung cantik. Emak lo ngidam apaan sii punya anak cantik tpi galak nya kayak ayam bertelur. " ucap Bintang asal.

"Lo kenapa si gabisa diem? "tanya Fiya.

"bisa kok. Coba lo senyum, abis itu gue diem. " titah Bintang kepada Alfiya.

"sumpah, gue merinding tau. " Jawab Bintang membuat Alfiya salah tingkah sehingga ia memukul lengan Bintang. Bintang merasa seperti ada Sengatan listrik menjalar ke seluruh tubuh nya.

"apaan si lo. Lebay banget. Lo janji bakalan diem lo." Alfiya mengingat kan Bintang.

"iya iya. " balas Bintang dengan nada pasrah.

Keduanya hening, hanya ada deru motor lalu lintas yang menjadi pemecah keheningan. Fiya meminum minuman botol yang sedari tadi ia genggam. Bintang sama sekali tidak mengalihkan pandangan nya dari Alfiya.

"lo tadi naik apa? " tanya Alfiya.

"Gue naik sepeda. Lo juga tadi naik apa? " tanya nya kepada Alfiya.

" Gue si jalan. Rumah gue belakang komplek sini kok" ucap Alfiya..

" Gue anterin yah" bintang menawarkan diri untuk mengantarkan Alfiya pulang.

"gausah. Deket banget dri sini. Mending lo langsung balik aja. " perintah Alfiya.

"Yaudah gue balik duluan. " pamit Bintang.

Setelah merasa sudah tidak terlihat oleh Fiya, Bintang pun berputar arah untuk mengikuti Fiya. Ia tidak tega melihat Fiya pulang sendiri. Setidaknya ia melihat fiya masuk ke dalam rumahnya dengan keadaan sehat. Bintang bersembunyi di balik semak yang terletak di sebrang rumah Fiya. Setelah ia rasa Fiya baik baik saja Bintang pun bergegas untuk pulang. Namun, hampir sampai di rumah nya Bintang merasa napas nya putus. Bintang pun terjatuh dan tak sadar kan diri.

"Bintang..... "teriak mama Bintang. Mama Bintang pun berlari menghampiri Bintang yang sudah tidak sadar kan diri diatas.

"mak, tolong hubungi dokter Joko ya. Bilang kalo Bintang habis pingsan." Perintah mama Bintang. Mama Bintang tampak khawatir dan tidak henti hentinya mengusap puncak kepala anak nya. Setelah beberapa menit kemudian dokter pun datang dan memeriksa Bintang.

"Bu, bisa kita bicara sebentar? "pinta dokter Joko. Dokter Joko adalah dokter keluarga Bintang. Selama ini dokter Joko lah yang menangani penyakit Bintang. Karena Bintang tidak mau ke rumah sakit. Bintang benci ke rumah sakit. Bukan karna ia takut akan bertemu teman sekolah nya, tapi ia benci saat ia kerumah sakit orang orang akan mengasihani dia karna tau akan penyakit nya dan umur nya tidak akan lama lagi.

"Astaghfirullahalazim Ya Allah..... "lirih mama Bintang dengan tangis yang ingin pecah setelah dokter selesai bicara.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login