Download App

Chapter 3: BAB 3

'Tok... tok... tok...'

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Ahana. Sudah satu minggu semenjak kepergian Kiara, namun Ahana belum mampu mengusir pergi rasa sedihnya.

Ahana hendak beranjak dari tempat duduknya di ruang keluarga, ketika Malik berjalan dari arah belakang dan hendak membukakan pintu.

"Aku aja Mah." Malik tersenyum ke arah Ahana. Ahana mengangguk lesu. Dia duduk kembali. Melihat ke arah belakang Malik yang berjalan mendekati pintu.

"Selamat pagi Pak. Saya tetangga baru Bapak. Perkenalkan nama saya Omar. Ini istri saya namanya Aditi. Dan buah hati kami bernama Harshvardan." kata seorang lelaki kepada Malik setelah Malik membukakan pintunya.

Mendengar kata 'buah hati', membuat Ahana langsung berlari menghampiri dan ingin segera melihatnya. Malaikat kecil yang begitu dia impikan.

"Wah, tampan sekali anaknya Pak, Bu." Ahana berkaca-kaca melihat ada anak kecil di hadapannya.

"Ah, perkenalkan ini istri saya Pak, Bu. Namanya Ahana. Dan saya sendiri, Malik. Mari silahkan masuk Pak, Bu. Kita ngobrol di dalam saja." Malik menawarkan.

"Oh, iya Pak Bu. Terimakasih." jawab Omar dan Aditi bersamaan.

"Mari silahkan duduk, Pak Bu." Ahana menawarkan. Dia tampak sumringah. Tampaknya kesedihannya kehilangan Kiara sudah di lupakannya semenjak kedatangan Harsh kecil beberapa detik lalu.

"Terimakasih Bu." ujar Aditi. Ahana begitu gembira. Dia duduk di sebelah Aditi. Dia terlihat tak mau jauh-jauh dari Harsh kecil. Dia terus memandang ke arah Harsh kecil dengan mata berkaca-kaca.

"Maaf Bu, boleh saya menggendongnya?" Ahana tak mampu menahan diri.

"Mah..." Malik mencoba menahan Ahana. Dia tak mau mendapat kesan pertama yang buruk di mata tetangga baru mereka.

"Iya Bu boleh." Aditi memberikan Harsh kecil dengan senang hati kepada Ahana.

"Terimakasih Bu." Ahana begitu gembira. Tangannya bergetar saat menerima Harsh dari Aditi.

"Nggak apa-apa Pak." Omar membalas sergahan Malik untuk Ahana tadi.

"Maafkan istri saya ya Pak. Saya harap Bapak dan Ibu mengerti. Sebenarnya sudah sebelas tahun sejak kami menikah, kami belum juga di karuniai anak. Sudah berbagai macam cara kami lakukan untuk memiliki keturunan, namun tak kunjung membuahkan hasil. Tiga kali kami mencoba mengadopsi anak, tapi tak berhasil juga. Anak pertama yang pernah kami adopsi, tak betah tinggal bersama kami. Dia menjadi sakit-sakitan semenjak kami ambil dari orang tuanya. Hingga terpaksa kami memulangkannya. Anak kedua yang hendak kami adopsi, bahkan meninggal ketika masih di dalam kandungan. Dan anak ketiga yang kami adopsi, baru saja satu minggu ini pergi setelah satu bulan bersama kami karena sakit Thalasemia. Kami begitu terpukul karena kepergiannya. Itulah kenapa istriku bisa bertindak seperti itu Pak. Bahkan saya baru saja melihatnya tersenyum ketika melihat Harsh setelah beberapa hari terakhir ini dia terus menangis." Malik menjelaskan. Ahana kembali menitikkan air mata. Seakan de javu mendengar suaminya bercerita kepada tetangga baru mereka itu.

"Saya turut berduka ya Bu. Ibu yang sabar ya. Tuhan tahu yang terbaik." Aditi berempati. Dia menatap Ahana dengan perasaan iba.

"Iya Bu. Terimakasih. Saya sudah nggak sedih lagi kok setelah melihat Harsh. Hehe." Ahana mencium manja pipi Harsh. Harsh bahkan tak menolak ketika di cium oleh orang asing yang baru di lihatnya.

"Anaknya menurut sekali ya Pak. Dia bahkan tak memberontak ketika di gendong istri saya. Padahal kan baru pertama kali lihat." Malik tersenyum. Dia juga tampak senang melihat Harsh kecil yang begitu penurut.

"Iya Pak. Dia memang anak baik. Nggak rewel sama sekali. Padahal usianya baru dua tahun." jelas Omar.

"Dua tahun ya. Lagi lucu-lucunya ya Bu di usia dua tahun ini." Ahana tersenyum ke arah Aditi.

"Iya Bu. Udah nggak mau diem. Lari-larian terus. Extra lelah deh kalau udah jagain Harsh main." jawab Aditi sambil memainkan tangan mungil Harsh yang tersenyum riang semenjak dia datang ke rumah Ahana.

"Kalau boleh, aku juga bisa bantu jagain Harsh kok Bu. Biar ibu nggak terlalu capek ngurus Harsh. Ibu bisa nitip Harsh ke saya kalau Ibu sedang repot. Atau Ibu bisa panggil saya, pasti dengan senang hati saya akan datang ke rumah Ibu demi bertemu dengan Harsh." Ahana penuh harap.

"Wah, kebetulan sekali Bu. Saya juga kan agak repot ya Bu, karena bisnis restoran yang baru kami buka di kota ini. Sedangkan suami juga harus selalu keluar kota untuk ngecek restauran kami yang lainnya. Kalau Ibu nggak keberatan, pas saya harus pergi ke restoran, saya nitip Harsh ya Bu." kata Aditi. Dia juga tampak senang.

"Mah..." Omar melirik ke arah Aditi sambil tersenyum. Seakan mau bilang 'kebetulan sekali ya Mah.'

"Hehe. Nggak apa-apa kok Pak. Biar istri saya ada kegiatan juga. Biar nggak melulu sedih memikirkan putri kami yang telah pergi." Malik tersenyum bergantian ke arah Aditi dan Omar.

"Iya Pak. Kan saya yang menawarkan. Saya pasti akan sangat berterima kasih ketika Bapak dan Ibu karena memperbolehkan saya ikut menjaga dan merawat Harsh layaknya anak saya sendiri." Ahana kegirangan.

"Pasti Bu. Ya sudah kalau gitu, kita mau pamit dulu ya Pak, Bu. Masih banyak tetangga yang harus kami datangi untuk berkenalan." kata Omar.

Mendengar perkataan Omar, Ahana tampak kembali sedih. Dia menatap ke arah Harsh dengan tatapan yang enggan untuk berpisah.

"Besok kita main lagi Bu. Saya janji, setiap hari Ibu pasti akan ketemu dengan Harsh." ucap Aditi yang menangkap kesedihan Ahana.

"Iya Bu. Terimakasih sudah mengerti perasaan saya Bu. Ini Harshnya Bu. Saya juga ijin buat main ke rumah Ibu kapan saja ya Bu. Untuk bertemu Harsh. Ibu nggak usah cari asisten buat bantu jagain Harsh. Saya siap jadi asisten Ibu." kata Ahana. Dia menyerahkan Harsh kepada Aditi kembali. Meskipun tampaknya dia tak rela.

"Iya Bu. Ya sudah kami pamit dulu ya Bu." Aditi berdiri. Kemudian di ikuti oleh yang lainnya.

"Hati-hati ya Bu." Ahana tersenyum. Mereka lantas berjalan menuju pintu depan.

Tak lupa Ahana memberikan kecupan kecil untuk Harsh sebelum mereka berpisah. Dan semenit kemudian, Harsh sudah menghilang dari pandangan matanya.

Ahana tersenyum. Malik ikut bahagia melihat istrinya bahagia. Di rangkulnya istri tercintanya dan di ajaknya untuk masuk kembali ke dalam rumah.

Ahana menurut. Dia terlihat begitu bahagia. Senyum yang selama seminggu terakhir ini menghilang, kini tampak lebih indah dari biasanya.

Harsh. Lelaki kecil yang sudah mampu membawa kebahagiaan untuknya. Seorang anak yang baru di jumpainya, namun dia merasakan seolah memiliki ikatan batin yang kuat terhadapnya.

Harsh kecil. Ahana akan menganggapnya seperti anaknya. Bersama melewati hari, hingga datang malaikat kecil yang akan menggantikannya nanti.

***


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C3
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login