Download App

Chapter 4: Ch. 4 Dilema

POV (Rhein)

Sudah hampir 2 setengah tahun aku berada di Fujumi Highschool Academy, aku sedah mencari berbagai cara untuk mengetahui apa yang terjadi di sekolah ini. 'Primary Quest' yang terjadi dua tahun lalu hanya memberikan petunjuk bahwa sekolah tersebut ada hubungannya dengan alur sejarah dunia ini. Jelas ini menimbulkan kebingungan bagiku sendiri, selain sekolah ini memiliki fasilitas yang cukup baik untuk sekolah setingkat nya, hal-hal lain nya sama seperti sekolah menengah atas lainnya. Meskipun demikian, aku memang merasa dunia ini tidak seindah dan sedamai yang kupikirkan, entah karena Instuisi ku yang melebihi batas orang normal, atau memang ada hal yang menggangu, aku merasa suasana alam sedikit lebih redup.

Pada saat disekolah pun, aku hanya bersosialisasi seperti biasa, dimana bahkan makin banyak saja para gadis-gadis yang mengaku kepadaku. Diriku yang bahkan tak tau bagaimana cara merayu perempuan dengan benar, bagaimana caraku untuk membalas perasaan mereka, juga walaupun terdengar kuno, aku masih percaya akan cinta sejati. Disepanjang hidupku, bisa dihitung dengan jari bagaimana kasus percintaan diriku. Sebagai 'mantan' orang yang pernah sendirian, aku hanya ingin memiliki banyak teman dan sahabat saja, disekolah ini pun aku seperti itu. Meski kubilang menginginkan banyak teman, bukan berarti aku benar-benar dekat dengan mereka, mungkin ini traumatis dalam jiwaku, aku menjadi sulit percaya manusia manapun untuk menjadi sangat dekat dengan ku. Traumatis yang kualami saat dikehidupan sebelumnya, membekas di jiwaku.

Sahabat, kata-kata ini pernah sangat kubenci sebelumnya, entah karena masa laluku, atau memang traumatis ku, bisa dihitung oleh jari tangan orang-orang yang kusebut seperti itu. Contohnya, Busujima Saeko. Gadis rambut ungu itu sangat menarik bagiku, bisa kubilang sifat nya salah era dunia, dimana dunia saat ini damai namun rasa haus darah yang dia punya nyata. Dia juga memiliki masalah mengenai emosinya, dimana dirinya senang dan bergembira atas melukai atau membunuh musuhnya. Jelas bagi kebanyakan orang, sisi gelap tersebut tak bisa diterima, namun bagiku yang bahkan lebih buruk merasa apa yang dialami Saeko itu wajar, aku tau betul keburukan dan sisi lain manusia. Kebanyakan orang tak menyadari bahwa mereka memiliki sisi gelap mereka sendiri, maka mereka hanya mencoba menutupi atau bahkan membohongi diri sendiri demi kenyamanan mereka sendiri.

Saat ini aku sedang bersantai di atap gedung sekolah, memikirkan semua ini sambil mendengarkan musik di earphone ku, aku sudah berjanji untuk makan siang bersama di atap gedung ini dengan Saeko. Semenjak kejadian pertukaran rahasia terpendam kami, Saeko dan diriku menjadi lebih dekat untuk satu sama lain. Bahkan salah satu fitur sistemku terdapat perubahan.

- Affection View -

• (Saeko Busujima) = Affection: 98 (Beloved) ; Intrigue: 100 (Faithful) ; Relationship: {98.790±} (Close Friends, Rhien's Girlfriend, Pra-Lover)

Hanya melihat saja sudah membuat diriku malu, aku memang mengetahui sejak lama bahwa Saeko menyukaiku, namun karena hambatan diriku mengenai pengalaman nol akan wanita membuat diriku bingung bagaimana cara mendekati dirinya. Dengan pikiran kacau itu aku tidak mengetahui ada orang lain yang datang ke atap gedung ini, saat ingin ku sapa orang itu, kukira adalah Saeko, tenyata adalah Saya Takagi. Salah satu gadis genius di sekolah ini, dia memiliki rambut merah muda dengan ikatan twintail nya yang khas, gadis ini adalah putri dari Shoichiro Takagi, pria yang sangat disegani di kemiliteran Jepang.

Saya: (tadi?.. Kamu mau memanggilku 'Saeko' iya kan Rhein?.!!... jawab aku!).

Rhein: (emmm... Memang sebenarnya tadi kupikir kamu tadi Saeko, maaf-maaf... Aku salah sebut, Saya. Jadi kenapa kamu ada disini? ).

Saya: (hhmmm.. Bukannya kata-kata tadi seharusnya aku yang menanyakan nya?.. Hmph.).

Rhein: (ha.ha.ha... Oke-oke salah ku... Saya, jadi? Kenapa kamu cemberut gitu, wajah cantikmu pudar loh nanti.)

Saya: (*dengan wajah memerah* kamu nih ya!!... Hmph,...bisa aku duduk disamping dirimu Rhein?)

Rhein: (tentu.. Akan menjadi kesenangan dan kehormatan bagiku bila menjadi orang yang mendengar keluh kesah seorang gadis cantik sepertimu.)

Saya: (*wajah memerah* ihh... Gombal , hmph..)

Rhein: (ahahahaha... Oke aku hanya bercanda, niatku hanya membuatmu sedikit santai saja... Maaf ya)

Saya: (hmph.... *dengan nada sangat pelan* '..aku tau kamu hanya perhatian sama aku, karena ingin mengubah suasana, jadi kamu menggoda ku...Rhein bodoh.. Setidaknya kamu lebih baik dari Takashi.. '.)

Rhein: (hm?.. Apa kamu mengatakan sesuatu Saya?)

Saya: (ehh?!!.. Engga kok.. Bukan apa-apa)

Rhein: (jadi... Kenapa kamu murung begitu Saya?, aku tau kamu sedang murung karena wajahmu terlihat sangat jelas dimataku)

Saya: (sangat jelas!??.. Haaahhh.. Aku hanya bingung kenapa Ayah ku jarang ada waktu bersama ku... Dia memang orang yang sangat dihormati, juga orang yang sangat disegani banyak orang.. Namun kenapa, hanya untuk perhatian kepadaku saja gak bisa...)

Rhein: (hmm.... Saya, aku juga sangat mengerti perasaan mu ini... Terlebih saat ini Ayah dan Ibuku sangat sibuk akan pekerjaan mereka bahkan sejak aku kecil....tetapi, Saya... Yang namanya orang tua itu sangat menyayangi anak-anak mereka... Mereka berjuang agar kamu hidup tenang dan aman... Ayahmu mungkin melakukan semua ini demi dirimu,... Namun memang seharusnya seorang Ayah harus bisa merawat putrinya sendiri,... Karena bagi seorang anak gadis... Figur seorang Ayah itu sangat diperlukan.. Terutama demi menjaga hati dan pikiran anak gadis tersebut...).

Saya: (kamu tau banyak ya Rhein.... yah aku hanya ingin Ayahku untuk lebih memperhatikan diriku saja.... Rhein.. Jika aku lancang maaf sebelumnya... Kamu pernah punya pacar??).

Rhein: (kugh..... E.. Eh.. Hmm.... Sebenarnya sih belum, entah kenapa aku belum ingin mencoba untuk mencari pacar. Untuk saat ini.)

Saya: (eehhhh,... Kukira kamu playboy... Ternyata cukup murni dan polos ya... 'Pangeran Putih' kita ini... Jika gadis-gadis fans mu tau akan hal ini... Mereka akan tergila-gila untuk merayumu.... Ahaha *dalam pikiran* 'bagus, dia saat ini single.. Cu..cukup baik ternyata kamu polos juga Rhein.. Ternyata pilihanku tepat')

Rhein: (eeehhhhh.... Kok jadi topiknya jadi ini sih?!!.... Haaaaahhhh... Maaf-maaf ya kalau memang pengalaman cintaku nol... Bukan berarti aku gak ingin punya hubungan... Namun mau bagaimana pun aku belum ada niat kesana... Mungkin saat ini jika ada yang membuatku tertarik atau sesuatu keadaan lainnya maka mungkin akan berbeda... )

Saya: (yahahah... Setidaknya kamu bukan gay kan??..)

Rhein: (ya gk lah!! Aku lelaki sejati.... Yang bisa akan suka perempuan .... Haahh..)

Saya: (hahahahhaha.. Maaf aku hanya Meledekmu sedikit...)

Rhein: (yah gapapa.... *dalam pikiran* ' setidaknya kamu bisa tersenyum kembali')

Begitulah kami berbicara dan bercanda bersama, bagiku gadis ini juga termasuk sama seperti Saeko, dimana aku merasa nyaman bersamanya. Mungkin karena kondisi keluarga kami hampir sama, menjadikan kita sangat dekat. Gadis ini juga menjadi alasan kenapa aku sangat bingung dalam mencari pacar.

- Affection View -

• (Saya Takagi) = Affection: 97 (First Love?/Love) ; Intrigue: 100 (Trust) ; Relationship: {97.009±} (Close Friends, Rhien's Girlfriend, Pra-Lover)

Dengan hal itu saja, aku tau kedua sahabat wanitaku menyukaiku, namun bagaimana caraku agar tidak menyakiti pihak lain sebab jika kupilih salah satu saja, maka yang lain akan tersakiti. Saat konsultasi kepada Airi pun, dia hanya menjawab "Rhein, kamu itu nanti akan memiliki kekuatan yang jauh diatas nalar kemanusiaan, hal seperti ini terserah kamu dalam memilihnya, bahkan jika kamu mengambil mereka berdua, hal itu juga bisa karena kekuatan adalah segalanya didunia ini, entah kekuatan otoritas atau fisik, jika hatimu ingin mengambil satu, ya satu. Jika dihatimu ingin kamu egois dan mengambil keduanya, itu juga bisa, selama mereka tidak menolak lamaran itu. ". Aku tau diriku ingin memiliki mereka berdua hanya untukku, terlebih aku sangat dekat dengan mereka dan ingin melindungi mereka. Akan sangat munafik dan bohong jika aku tidak memikirkan hal ini.

Disaat aku berbicara bersama Saya, tiba-tiba pintu atap gedung ini terbuka, disana Saeko keluar dari pintu dan melihat kami. Saeko lalu melambaikan tangan dan mendekati kami. Namun entah mengapa, aku sempat melihat percikan listrik diantara Saeko dan Saya, walaupun hanya sepintas saja sebelum Saeko kembali dengan senyum lembutnya. Aku menyapanya bersama Saya, Saeko lalu dengan santai duduk disamping kanan ku yang mengakibatkan aku diapit mereka berdua. Lalu kami tetap berbicara satu sama lain, juga sedikit menjelaskan kenapa Saya berada disini, tentang kebetulan aku menunggu Saeko diatap, banyak hal yang kami bicarakan. Pada akhirnya kami makan bersama karena Saeko sepertinya membawa bekal lebih, walaupun aku juga sama. Memikirkan bahwa saat ini aku makan bersama kedua gadis cantik ini, yang dimana mereka juga punya perasaan kepadaku. Haaahhh... Sungguh bagaimana aku bisa berubah, memang kerja keras ku terbayarkan.

POV (Saya)

Bagaimana rasanya Genius?, mungkin itu pertanyaan dari banyak orang yang tidak memiliki bakat yang dapat melebihi orang normal, menurut mereka para orang yang normal, dunia tak adil. Bagaimana pun memang dunia yang tak adil ini adalah kenyataan. Bagiku sendiri, kejeniusan ku ini bisa dibilang berkah sekaligus kutukan, berkah karena mampu melakukan hal yang jarang dilakukan oleh orang lain, kutukan karena banyak yang akan iri dan dengki dengan kemampuan ku. Kupikir aku mampu menahan semua itu, terlebih aku hanya perlu menjadi diri sendiri saja. Namun dengan kurangnya perhatian dan komunikasi orang tua ku dengan aku sendiri, membuat semua menjadi berantakan. Kupikir teman masa kecil ku, Takashi Komuro, akan mampu membuat diriku tenang jika aku berkeluh kesah kepadanya. Namun, pada akhirnya dirinya tak mampu melakukan apapun, bahkan Komuro masih saja galau dengan Miyamoto yang dekat dengan lelaki lain, sungguh kenapa dia masih bertahan dengan janji omong kosong itu.

Bahkan aku tak tau siapa lagi yang bisa dijadikan sebagai sandaran akan keluh kesah ku. Namun semua berubah dengan kedatangan lelaki itu, Rhein. Kupikir dulu dia hanya sekedar remaja lelaki narsis yang tampan. Namun pendapatku berubah dengan cepat saat menjadi lebih dekat dengan nya. Rhein adalah orang yang ceria juga lembut, bahkan menurut gadis-gadis sekelasku, Rhein adalah remaja lelaki tertampan nomor satu disekolah yang masih single, banyak yang menjadi fansnya bukan hanya tampangnya saja, melainkan karena sifat lembut dan perhatian Rhein ke banyak orang. Dia juga seorang Genius sama sepertiku, namun walaupun pernah ada yang iri bahkan benci dengan nya, namun dia dengan mudah menghilangkan semua itu, banyak orang-orang yang tadinya risih dan benci akibat iri, terutama para lelaki, menjadi menghormati nya. Aku tak tau hal apa yang dia lakukan, namun itu prestasi sendiri baginya untuk dijadikan panutan banyak orang.

Aku mengenal nya secara kebetulan saat berada diatap gedung sekolah ini. Aku yang sedang bingung sambil melihat langit dikejutkan oleh nya. Kami mulai saling berbicara, kemudian mulai akrab hingga Rhein yang saat itu mencoba untuk membuat ku mengatakan masalah apa yang ku jalani. Entah karena stress ku yang sudah banyak, atau memang lelaki itu yang mudah untuk melihat isi hati orang. Aku menceritakan semua nya, dia sangat mendengar ceritaku dan bahkan ikut merasakan sedikit penderitaan ku. Aku menyadari bahwa lelaki depan ku ini sangatlah baik, dia mudah peduli kepada sekitar, mungkin itulah yang membuat dirinya banyak didekati orang lain. Lalu saat aku selesai mengatakan semuanya, dia mulai bercerita tentang masa lalunya juga, pertama kali aku tak paham kenapa lelaki ini bercerita juga, namun aku terus mendengarkan dan akhirnya memahami maksud dari semua ini, pria ini ingin aku percaya bahwa aku tidak sendirian, bukan hanya aku saja yang sendirian menderita, terbukti dari cerita Rhein yang juga hampir mirip dengan yang kupunya. Aku sangat terharu dan bahagia dengan semua ini, mungkin dari sinilah rasa suka ku padanya berubah menjadi rasa cinta padanya. Aku bingung apakah ini rasa cinta? cinta pertama?. Lalu rasa suka ku kepada Komuro itu hanyalah suka saja?. Aku sedikit bingung akan hal ini, namun yang pasti aku memang suka dan mulai mencintai Rhein sejak saat itu, dan rasa suka diriku kepada Komuro hanyalah sebatas teman masa kecil yang dekat.

Aku semakin dekat dan dekat dengannya, bahkan seringkali kami jalan pulang bersama atau pergi bersama, mungkin baginya bercanda saat dia bilang kami nge'date', namun bagiku sendiri, pergi bersama ke bioskop, atau makan di restoran, atau pergi berbelanja, itu semua adalah momen date asli. Hubungan kami sudah sampai sahabat dekat, sampai-sampai saat aku pernah mengajaknya pergi ke rumah ku dengan alasan belajar untuk perlombaan, aku tak mengira bahwa disana dia sangat dikenal bahkan oleh Ayah dan Ibuku. Aku bahkan malu saat Ibuku meledek ku tentang hubungan kami. Disana ia juga bisa akrab dengan mudah bersama Ayah ku yang tegas. Walaupun ia sempat bingung saat ditanyai banyak hal tentang prestasinya di luar negeri sebelumnya. Aku menyadari bahwa Rhein memang seorang Genius sejati, dia sudah dikenal dikalangan atas dunia ini. Hal yang paling memalukan saat Ayah dan Ibuku menanyakan tentang bagaimana aku dimata nya. Ini seperti mereka menjodohkan ku dengannya, namun Rhein menjawab dengan langkah tegas bahwa dia belum memikirkan sejauh itu, dia bahkan mengatakan bahwa haruslah pilihan ku sendiri siapa yang ku cinta, baginya diriku adalah sahabat dekat yang mungkin bisa menjadi pacarku, namun ada hambatan darinya karena hal yang rumit dia jelaskan.

Aku sedikit kecewa dengan perkataan ini, terlebih aku sudah mengaharapkan yang lebih romantis. Namun hal itu sirna saat penjelasan Rhein. Dia mengatakan sahabat dekat yang 'mungkin' bisa menjadi lebih dari itu. Semangat ku kembali, dan aku menyadari bahwa aku memang jatuh cinta kepadanya, aku ingin bersamanya, bahkan bila ternyata dia memiliki yang lain, aku ingin bersamanya. Ayah dan Ibuku juga mengerti ada alasan tertentu kenapa Rhein seperti itu, bahkan Ayah ku sempat mengatakan untuk menitipkan dan menjagaku saat nanti ada masalah di sekolah atau apapun. Aku merasa malu atas apa yang dikatakan orang tuaku, terlebih tidak seperti Komuro yang tak peka, Rhein memang paham akan kode itu, terlebih dengan muka memerahnya itu. Entah mengapa aku melihat muka memerah itu aku ikut memerah.... Uhhh... Namun juga perlu kuakui, wajah Rhein sangat mempesona dan sangat tampan. Dengan wajah bermasalah, atau wajah malunya itu, hal ini baru bagiku. Namun kupastikan bahwa Rhein adalah orang yang kucintai, maka aku tak bisa kalah dari Saeko-senpai yang juga memiliki perasaan padanya, walaupun aku rela dia bersama yang lain, namun aku ingin yang pertama baginya.

POV (Narrator)

Disaat Rhein dan kedua sahabat wanitanya dengan makan siang dan berbicara secara akrab, ditempat yang jauh dari wilayah sekolah ini, lebih tepatnya wilayah benua barat yaitu Amerika, tempat dimana perusahaan Domestik dan Teknologi terkenal, yaitu Umbrella Corporation. Di negara bagian Nevada, Amerika Serikat. Wilayah Raccoon City, terjadi bencana yang sangat fatal, virus percobaan biohazard di lab rahasia bawah tanah Umbrella Corporation. Virus ini secara sengaja tersebar disana oleh seorang bernama Spence , hal ini membuat manusia disana mati dan berubah menjadi mayat hidup berjalan. Disaat neraka sedang berjalan di laboratorium itu, seorang wanita yang tertidur di kamar mandi tempat lab yang bisa disebut The Hive. Alice yang kehilangan ingatan dan hanya mengetahui nama depannya saja, menemukan banyak masalah mulai dari penyerahan diri ke Pasukan Khusus Umbrella, atau masalah keluar dari The Hive yang sudah benar-benar menjadi neraka dunia. Disaat Alice berhasil ditangkap oleh Pasukan Umbrella Corporation serta salah satu teman terakhir yang ikut keluar, dijadikan objek percobaan dengan dengan sebutan 'Nemesis', sedangkan Alice dijadikan kelinci percobaan dengan penyebab utama semua ini, 'T-Virus'. Dengan insiden ini, virus mematikan ini menyebar ke seluruh kota yang berada tepat dibawah The Hive, bencana mematikan dimana Manusia yang terinfeksi menjadi Mayat Hidup berjalan dimulai.

(Thor notev: hanya untuk pengingat, ini adalah status Rhein saat ini).

-- STATUS --

Name : Rhein Ashbell

Age : 18 Years old

Race : Human (100%), *sealed*

Parameter : *sealed* (Tier 1-3)

Bloodline : (-)

Innate Skill : [Akashic Record Tome : D ][Will of Emperor : (-) ][Eye of God : E ]

Skill : [Voltage Electricity : C ][Space Warp : C ]

Passive Skill : [Rapid Regenator : S ][Analysis : SSS ][Sword Mastery : SSS ][Gun Mastery : SS ][Spear Mastery : A ][Axe Mastery : A ][Staff Mastery : B ][Parallel Mind : S ][Memory Eidetic : S ][Jiu Jitsu's Material Arts : SS ][Karate's Material Arts : S ][Street Fight's Material Arts : SSS ][Cooking : SS ][Driving : S ][Riding : SS ][Hide Precedence : A ][Sense Precedence : B ][Cold Reading : S ][Hot Reading : A][Mechanic : A ][Blacksmith Mastery : H ][Gunsmith : C ]

S-Point : 1.230.000

Karma : +489

Soul Tier : 1 (Mortal Soul)


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C4
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login