Download App

Chapter 5: Angry

Kaila bersama Aleysa dan teman-temannya masih berada di mall. Mereka sedang menikmati makanan Korea yang lagi hits. Ayam goreng dengan gulungan keju mozzarella.

"Ini enak banget," kata Nora sambil memakan ayam goreng.

"Iya," balas Aleysa.

Kaila melihat banyak pesan masuk dari Rebecca di ponselnya merasa kesal. 

"Aduh, mama gue ribet banget sih. Masa kirim pesan terus ke ponsel gue," kata Kaila.

"Kenapa, Kak?" tanya Aleysa.

"Tidak apa-apa, santai aja," jawab Kaila.

"Habis deh aku. Bisa kena hukum papa. Bodoh amat, nanti baru dipikirin," gumam Kaila.

"Heh, malah bengong pula. Ayo dimakan ayamnya. Keburu dingin tuh keju yang ada di ayam, nanti enggak melted dah," kata Christine.

Mereka semua mulai memakan makanannya lagi sambil sesekali mengobrol tentang rambut mereka yang kece abis.

"Semoga mama tidak marah dengan rambut baruku," gumam Aleysa. 

Ada rasa takut di hati Aleysa jika Sienna akan marah besar sama dia.

***

Di tempat lain, Sienna menangis tersedu-sedu di pelukan Arga. Dia sangat takut jika Aleysa akan hilang selamanya.

"Ga, aku enggak mau Aleysa kenapa-kenapa," kata Sienna.

"Iya aku juga enggak mau Aleysa kenapa-kenapa. Dia princess kita satu-satunya," balas Arga.

Theodor mondar-mandir di hadapan Arga dan Sienna. Dia terus menelepon nomor Kaila dan Aleysa berkali-kali, tapi tidak ada yang mengangkat sama sekali.

"Kalian di mana, Aleysa, Kayla?" geram Theodor.

Tring 

Suara ponsel Theodor berbunyi. Dia melihat Alex yang menelepon langsung mengangkatnya.

"Bagaimana hasil pencarian kamu? Apa kau sudah menemukan mereka berdua?" tanya Theodor.

"Sudah, Tuan. Saat ini mereka berdua sedang dalam perjalan pulang ke sekolah," jawab Alex.

"Baiklah, terima kasih," balas Theodor.

Theodor menjatuhkan dirinya di atas sofa. Dia sudah sangat pusing dengan tingkah Kaila dan Aleysa yang semakin nakal.

"Aleysa sudah berani berbohong sama kita, padahal papa selalu menanamkan agar anak-anak kita selalu jujur," kata Arga dengan raut wajah datar.

"Sayang, aku tidak mau kamu terlalu keras sama Aleysa," kata Sienna.

"Anak-anak kita harus mendapatkan hukuman kalau melakukan kesalahan. Aku tidak mau mereka selalu membuat kesalahan yang sama," balas Arga.

Theodor duduk dengan mata kelamnya. Dia sangat marah kali ini. Ia ingin memarahi Kaila, tapi dia yakin orang tua Kaila pasti akan menghukum Kaila juga.

***

Aleysa yang sudah sampai di sekolah melambaikan tangannya ke Kaila, lalu dia keluar dari mobil Kaila menghampiri mobilnya sendiri. Dino sudah menunggu dia di depan mobil.

"Silahkan masuk, Nona," kata Dino sambil membukakan pintu untuk Aleysa.

"Makasih," balas Aleysa.

Aleysa masuk ke dalam mobil. Dino mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju kediaman Arga. Aleysa melihat Dino sangat dingin dan tidak seperti biasa merasa merinding.

"Pak Dino, kamu baik-baik aja kan?" tanya Aleysa.

"Ya, saya baik-baik saja. Mungkin nanti anda yang bermasalah," jawab Dino.

Tidak lama mobil itu berhenti di depan rumah Arga. Aleysa keluar dari mobil melihat rumahnya sangat sepi melangkahkan kaki masuk ke dalam. Dia melihat papa, mama dan kakaknya sudah menunggu dengan raut wajah marah di depan pintu rumah merasa terkejut.

"Ma, Pa, Kak, Aleysa pulang," kata Aleysa.

"Dari mana saja, Aleysa? Kenapa tidak izin pada kami? Kita semua mencari kamu sudah seperti orang kehilangan akal. Bahkan mama sudah menangis dari tadi," kata Theodor dengan wajah memerah. 

"Maaf, Pa, Ma, Kak," balas Aleysa sambil menundukkan kepala.

Sienna yang tidak tega sama Aleysa hendak mendekati Aleysa, tapi tiba-tiba tangannya ditahan Arga.

"Itu rambut kamu kenapa dicat seperti itu? Mau jadi gadis nakal?" tanya Arga.

"Enggak, Pa. Aku hanya ingin terlihat modis seperti teman-teman Kaila," jawab Aleysa sambil menangis tersedu-sedu.

"Dek, aku enggak suka lihat kamu begini loh. Kamu terlihat seperti gadis nakal," kata Theodor.

"Maaf, Kakak. Jangan marah sama Aleysa. Aku hanya ingin dekat sama kak Kaila dan punya teman kayak kak Kaila," lirih Aleysa.

"Stop menjadi anak yang tidak patuh. Sekarang kamu berdiri di pojok ruang tamu dan ucapkan kata maaf sampai kamu lelah," perintah Arga.

Sienna menatap Arga. Ia merasa kasihan pada Aleysa yang baru saja sampai rumah.

"Aleysa, turuti saja perintah papa kamu kalau kamu mau masalah ini cepat selesai," tegur Sienna menatap Aleysa yang hanya diam saja.

Aleysa berjalan ke pojok ruang tamu. Dia mengucapkan kata maaf berkali-kali sambil menangis tersedu-sedu.

"Aleysa mulai sekarang akan homeschooling aja," kata Arga tegas.

Aleysa mengangkat kepalanya. Dia merasa terkejut dengan keputusan Arga.

"Papa, aku enggak mau," tolak Aleysa.

Sienna menatap Aleysa dengan tatapan iba. Dia tidak tega melihat putrinya menangis.

"Kasihan Aleysa, Ga. Dia masih muda," kata Sienna.

"Aku enggak mau dia menjadi nakal, Sayang," balas Arga.

"Aku juga akan mengatakan ke orang tua Kaial bahwa aku mau mengajak Kaila tinggal bersamaku saat nanti aku kuliah," kata Theodor.

"Papa setuju," balas Arga.

***

Di kediaman Abraham, Rebecca berdiri di depan pintu rumah. Dia terus menatap ke arah pagar rumah yang tidak kunjung terbuka. Tidak lama mobil Kaila sudah memasuki pekarangan rumahnya.

"Kaila, kamu dari mana saja?" tanya Rebecca saat Kaila keluar dari dalam mobil. 

"Ke salon, Ma. Ada apa sih, kok heboh banget? Lagian Mama tumben nunggu Kaila di depan rumah," balas Kaila.

"Kamu ajak Aleysa juga ke salon?" tanya Rebecca.

"Emang kenapa, Ma? Kasihan banget si Aleysa kelihatan cupu," kata Kaila sambil berjalan masuk ke dalam rumah.

"Kamu tidak boleh ajak anak orang sembarangan begitu. Mama enggak suka lihat kamu nakal begini. Ini warna rambut kamu kenapa begini? Kamu harusnya mempertahankan rambut murni kamu," tegur Rebecca.

"Mama sudah deh. Aku lagi malas berdebat," balas Kaila.

Kaila terus melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah tanpa peduli mamanya yang terus bertanya. Langkah kaki Kaila terhenti saat melihat Samuel sudah menunggu dia di ruang tamu dengan tatapan tajam seakan ingin membunuhnya.

"Kamu ke mana, Kaila?" tanya Samuel.

"Aku cuma ke salon, terus ke mall. Kalian ini kenapa sih? Biasa juga biasa aja kalau Kaila pergi," kata Kaila.

"Kamu mewarnai rambut kamu seperti itu apa tidak salah? Apa kata Theodor kalau dia melihat penampilan kamu yang seperti itu?" tanya Samuel ketus.

"Papa, aku sama Theodor cuma sahabatan. Kenapa sih kalian dari dulu selalu berusaha menjodohkan aku dengan dia?" kata Kaila.

"Karena dia yang selalu menjaga kamu dari kecil dan kalian selalu akur. Tapi semenjak kamu punya teman-teman, kamu seperti sudah melupakan Theodor," balas Samuel.

Kaila yang tidak mau ambil pusing hendak menaiki anak tangga, tapi langkah kaki dia terhenti saat Samuel memanggilnya.

"Kaila, Papa belum mengizinkan kamu pergi dari sini," kata Samuel.

"Apa lagi sih, Pa?" tanya Kaila.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C5
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login