Download App

Chapter 4: Kekesalan Aisyah

Kekesalan Umi Masitoh tak bisa hilang kala menghadapi Aisyah bagaimana tidak, Aisyah yang diutus abinya untuk menemani sang umi untuk pergi ke pasar malah berpencar beda arah. Niat hati uminya akan mengajari anak gadisnya itu untuk berbelanja apapun mengenai kebutuhan dapur, namun semua tinggal angan semata.

"Umi, memangnya dimana si Aisyah? belum bangun dianya?" tanya Mak Beti kental dengan logat khas orang Medan. Kali ini mereka sudah berada di pasar dengan menggunakan sepeda motor yang dibawa oleh Mak Beti.

"Tadi sih dia mau ikut, tapi ngajak jalan kaki lewat depan bandara. Bayangkan Mak, kesal nggak kalau Mak jadi aku," sahut umi Masitoh yang saat ini tengah memilih sayuran segar. Mak Beti pun melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan umi Masitoh.

"Umi harus sabar lah kalau ngomong sama tuh anak, jadi si Aisyah pasti pelan-pelan akan nurut dia," jawab Mak Beti. Usianya lebih tua 5 tahun dari umi Masitoh. Umi Masitoh hanya tampak mengangguk pelan mengerti dengan apa yang dibilang Mak Beti. Ya anak yang tipenya seperti Aisyah mungkin lambat laun akan luluh sendiri jika sudah tiba waktunya.

Akhirnya Mak Beti dan umi Masitoh larut dalam obrolannya sambil belanja. Sambil sesekali membicarakan Aisyah yang kadang bandel jika diberi nasehat. Sehingga membuat Ummi Masitoh harus mengelus dada.

Sedangkan Aisyah kini sedang joging di sepanjang jalan yang masih tampak lengang. Biasanya jika sudah pagi menjelang siang taksi-taksi tampak berseliweran mengantar penumpang dari bandara.

Lagu yang tadi terputar di aplikasi musiknya di next play karena Aisyah tidak ingin lagi kesukaan Reza terdengar di telinganya kali ini. Karena jika mengingat Reza hatinya mendadak pilu.

Mungkinkah semua ini karena dirinya tidak pernah izin pada abinya jika berpacaran dengan Reza. Aisyah kini sudah tiba di tugu pesawat tempur dekat bandara Pekanbaru. Langsung saja Aisyah duduk di atas rumput sambil menselonjorkan kakinya agar tidak keram. Tak lupa dirinya berfoto ria untuk dia unggah di story sosmed miliknya. Tujuannya adalah agar Reza tahu dengan apa yang dia lakukan.

Aisyah sendiri malu jika harus menghubungi Reza. Tiba-tiba saja ponselnya berdering tanda ada panggilan video call masuk. Dilihat ponselnya tertera nama My Love di kontaknya, lebay memang. Tapi begitulah Aisyah jika sudah menyangkut Reza, dirinya selalu bucin pada Reza yang jarang bersikap romantis pada dirinya.

"Hai sayang, kamu lagi joging ya?" sapa Reza dari seberang telpon wajahnya memenuhi layar ponsel Aisyah. Reza tampak seperti habis mandi dengan pakaian yang sudah rapi namun rambutnya masih terlihat basah. Aisyah memalingkan wajahnya untuk tidak terpesona pada wajah Reza.

"Iya, kok tahu?" sahut Aisyah tidak ingin menatap langsung wajah Reza tepat di layar ponsel.

"Lupa kamu? kan baru update story," pungkas Reza. Melihat wajah Aisyah sebenarnya membuat dirinya juga rindu, namun karena tidak ingin menyakiti hati Salsa ia lebih memilih untuk bersama dengan Salsa tanpa sepengetahuan Aisyah.

"Jadi kalau aku nggak update story tadi abang nggak video call aku nih?" sarkas Aisyah, Reza tampak menggaruk tengkuknya yang tidak gatal karena salah tingkah. Ya benar, andai saja tidak melihat story Aisyah mana mungkin dirinya melakukan panggilan pada Aisyah.

"Bukan gitu sayang, aku...."

"Udah dulu ya bang, aku mau pulang nih entar kesiangan lagi ke kampus." Aisyah memotong pembicaraan Reza karena tidak ingin mendengarkan alasan apapun yang membuat hatinya merasa kesal.

Reza yang berada di seberang sana merasa bersalah karena baru kali ini dirinya melihat jika Aisyah tampak sedang marah. Biasanya Aisyah tidak pernah marah jika Reza mengatakan apapun. Mungkinkah jika Aisyah sebenarnya sudah sadar jika selama ini hanya obsesi yang ada pada dirinya bukan sebuah cinta. Terkadang Aisyah sendiri bingung karena hampir setiap malam dirinya selalu bermimpi tentang Mr.H waktu kecil padahal setiap hari dirinya tidak pernah memikirkan teman masa kecilnya itu.

Setelah mematikan ponsel dari Reza, Aisyah segera bangkit dari duduknya karena ingin segera pulang sebelum tiba waktunya pergi ke kampus. Tempat kuliahnya tidak jauh dari rumah, tetapi Aisyah selalu menggunakan motor maticnya jika berangkat ke kampus.

Sambil berlari kecil Aisyah menyanyikan lagu yang dia dengar saat ini. Tidak menghiraukan pandangan para pria yang sudah tampak berlalu berangkat kerja di proyek dekat bandara itu. Mereka menggoda Aisyah yang sedang lewat, tetapi hanya dianggap angin lalu oleh Aisyah. Mereka terpesona dengan wajah cantik milik Aisyah.

"Adek, boleh nggak abang ikut joging," goda abang-abang yang memakai baju warna hitam. Tetapi Aisyah tidak takut, dirinya tetap berlari kecil menyusuri jalanan panjang menuju pulang.

Tak lama kemudian, akhirnya Aisyah telah tiba di rumah. Sepertinya uminya sudah pulang, terlihat jika di depan sudah ada Mak Beti yang sedang mengobrol dengan Abi.

"Mak Beti..." pekik Aisyah heboh yang kala melihat ada Mak Beti main ke rumahnya di pagi.

"Ucapkan salam Aisyah jika dari luar, jangan dibiasakan." Abi Rozak memberi nasehat pada Aisyah yang baru saja pulang sambil membaca koran.

"Assalamualaikum," ucap Aisyah sambil memutar bola matanya panas.

"Eh Aisyah, kau kuliah rupanya hari ini?" tanya Mak Beti yang melihat Aisyah masih terlihat santai.

"Kuliah lah Mak, kan masih pagi ini jam 7. Aku kuliah jam 8," sahut Aisyah sedangkan abinya tampak serius membaca koran.

Mak Beti datang ke tempat Aisyah karena ingin minta tolong untuk mengisi acara pada syukuran yang akan di rumahnya besok siang. Warga sekitar yang lain pun sering mengundang Abi Rozak untuk mengisi tausiah yang mereka adakan.

"Ya udah kalau kalau begitu aku pamit dulu ya Abi, Aisyah," pamit Mak Beti abinya dan Aisyah.

"Mau kemana sih mak kok buruan pulang," sergah Aisyah.

"Mau nerusin masak belum beres tadi," jawabnya sambil berlalu hendak pulang.

Setelah kepulangan Mak Beti, Aisyah langsung masuk ke dalam rumah ingin membersihkan tubuhnya untuk siap-siap pergi ke kampus.

Sedangkan uminya saat ini sedang masak di dapur setelah pulang dari pasar. Keluarga Aisyah tidak pernah menggunakan jasa pembantu karena uminya masih sanggup membersihkan rumahnya yang besar dan juga masak.

Terkadang Aisyah ikut membantu jika abinya sudah mengeluarkan ultimatum nya. Aisyah hanya mendengarkan saja kemudian membantu sekedarnya.

Sebelum pergi mandi, Aisyah menuju ke dapur dulu untuk melihat uminya sedang memasak apa pagi ini.

Setelah tiba di dapur, uminya kaget karena tiba-tiba di belakangnya ada orang, siapa lagi kalau bukan Aisyah.

"Aisyah, udah pulang kamu, umi pikir kamu pulang sampai siang nanti," celetuk uminya yang masih kesal karena ditinggal Aisyah.

"Jadi umi mau jika Aisyah nggak pulang-pulang?" tanya Aisyah sambil pura-pura cemberut pada uminya yang sedang memasak sop ikan patin.

"Sana mandi dulu kamu jangan ke dapur dulu. Setelah mandi baru boleh kemari," usir umi Masitoh yang masih menyelesaikan masakannya.

Lalu Aisyah segera pergi ke kamarnya untuk mandi. Karena sebentar lagi ia akan berangkat kuliah.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C4
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login