Download App

Chapter 2: Bab 1

New York City_

In The Maxing Club_

Semerbak bau alkohol memenuhi seluruh ruangan. Lampu berkelap-kelip serta suara keras dentuman musik menjadi suatu ciri khas dari tempat itu. Para pria bersetelan kemeja formal itu terduduk dengan satu gelas bir di masing-masing tangannya. Mereka tertawa, bercumbu dan ada pula yang hanya sekedar menonton.

Seperti halnya dengan laki-laki tampan yang kini tengah meminum satu gelas wine nya hingga tandas. Pria itu menatap tajam teman-temannya yang sudah mabuk parah bersama para wanita yang sedang bertugas melayani mereka. Sudah terlalu biasa, bahkan biasanya dialah yang akan mabuk hingga tak sadarkan diri. Tapi tidak untuk malam ini, entah mengapa moodnya untuk mabuk hilang begitu saja.

Apalagi saat dirinya melihat para wanita penghibur bertubuh menggoda serta berpakaian terbuka, sungguh membuatnya merasa mual. Padahal biasanya dialah yang akan memborong wanita-wanita itu untuk melayaninya sepanjang malam. Tidak tahu setan mana yang sudah keluar dari tubuhnya hingga ia merasa jengkel dan risih  melihat mereka semua.

Max meletakkan gelas di tangannya sebelum kemudian mendecak jengah sesaat merasakan sebuah sentuhan hangat dari tangan nakal seorang perempuan, yang dengan lancangnya kini mengambil posisi duduk di pangkuannya. Tanpa ragu perempuan itu langsung mencium pipi Max penuh sensual.

Lalu bagaimana reaksi Max? Tentu saja membiarkannya. Tidak ada sedikitpun perlawanan dari Max, laki-laki berparas tampan itu hanya terdiam merasakan sentuhan menggoda yang terus menjalar dari mulai bahu hingga turun ke perut sixpack miliknya. Hembusan nafas berat dari perempuan itu sudah mampu Max rasakan saat perempuan itu semakin mendekatkan wajahnya pada wajah tampannya. Namun belum sampai perempuan itu berhasil menyentuh bibir Max, Max lebih dulu mendorongnya hingga perempuan itu jatuh ke lantai.

"Pergi." Usir Max masih dalam nada kesabaran.

Namun perempuan yang kini terduduk lemah di lantai itu tanpa rasa takut ia justru terseyum jahil sebelum kemudian berdiri dan langsung melingkarkan kedua lengannya di tengkuk Max.

"Jangan menahannya Mr.Grace, aku tau kamu menginginkannya juga kan?" Bisik perempuan itu di telinga Max. "Aku siap melayanimu semalaman penuh tuan. Aku berjanji tidak akan melawanmu.. Aku akan pasrah."

Lagi-lagi perempuan itu menyentuh dada bidang Max sehingga tatapan tajam Max mulai semakin menusuk. Ini tidak seperti biasanya, Max seakan melawan kehendak tubuhnya sendiri. Jika biasanya ia yang akan menarik tubuh wanita untuk segera melayaninya, namun sekarang? Dirinya tidak tertarik sama sekali bahkan merasa jijik.

Max tidak tahan lagi, ia kemudian mendorong perempuan itu hingga kembali menyentuh lantai.

"Enyahlah!" Sentak Max dingin. Dan hal itu berhasil membuat perempuan itu tercengang kaget.

Max mendengus kasar sebelum kemudian melenggang pergi dari ruangan VVIP miliknya. Ia melangkah lebar menuruni tangga club, dengan sedikit berlari Max berniat untuk pergi dari sana.

Namun belum sempat ia menginjak lantai dasar club, suara lengkingan dari seorang perempuan dari ujung club telah berhasil menarik perhatiannya. Max spontan menghentikan langkahnya, dengan rasa antusias ia menoleh ke arah perempuan tersebut.

"Lepaskan aku! Kalian semua bajingan lepaskan aku!"

"Bungkam mulutnya. Dan segera bawa dia ke kamar atas!"

"Tidak! Aku tidak mau! Tolong lepaskan aku…"

"Cepat bawa dia sekarang juga!"

"Tidak mau! Lepaskan aku!"

Teriakan serta tangisan lirih dari perempuan itu tidak hanya menyita perhatian semua orang melainkan juga Max, apa yang membuat gadis itu berteriak keras seperti itu? Apa dia baru di sini? Pikir Max, penasaran. Max memutuskan untuk menghampiri kerumunan itu, para bodyguard club yang menyadari kedatangan Max di sana spontan memberi jalan untuknya. Dengan langkah berwibawa Max membuat orang-orang di sekitar sana telah memusatkan perhatiannya kepada dirinya. Termasuk Mr. Lerry si penanggung jawab club.

Saat Max sampai, seluruh bodyguard yang ada di sana langsung berjejer menunduk padanya. Mereka memberi hormat sebelum Lerry mengambil alih menghampirinya.

"Tuan? Ke-kenapa anda di sini? Bukankah anda harusnya di ruangan VVIP? Apakah ruangannya kurang nyaman untukmu?" Tanya Lerry gugup, kehadiran Max berada di lantai bawah membuatnya sangat terkejut. Karena biasanya Max selalu di lantai atas, bahkan masuk ke dalam club saja ia selalu melalui pintu khusus. Itu artinya Max jarang sekali turun langsung ke lantai dasar club.

Alih-alih menjawab pertanyaan beruntun dari Lerry, Max justru lebih tertarik memandang perempuan cantik yang tengah menangis di cekalan kedua bodyguard Lerry.

"Siapa dia?" Tanya Max behasil membuat Lerry menoleh mengikuti arah tatapannya.

"Oh dia? Dia anak baru di sini tuan, masih segar dan belum tersentuh."

Max mengangkat satu alisnya. Entah darimana dorongan licik itu, yang pasti Max sedikit tetarik pada perempuan di hadapannya sekarang.  Max kemudian melangkah dan mendekati perempuan itu, tangannya meraih bungkaman kain di mulut gadis itu, dan disaat yang bersamaan seringaian Max mulai terlihat.

"Siapa namamu?" Tanya Max.

Bukannya menjawab sopan gadis berambut panjang itu menatap Max dengan tajam.

"Bukan urusan mu!" Ucapnya ketus.

Max sedikit terkekeh mendengar jawaban perempuan itu. Bagaimana tidak? Baru kali ini ada perempuan yang berani berkata seperti itu di hadapannya. Bukan amarah yang ada di hati Max saat ini, melainkan rasa penasaran mendominasi dirinya.

Max menoleh dan menatap Lerry. "Bawa dia untukku."

Ucapan Max barusan ternyata tidak hanya membuat perempuan itu terbelalak tapi juga membuat Lerry terkejut.

"Tidak! Aku tidak mau pergi dengan pria brengsek sepertimu!" Teriak gadis itu.

Max kembali mengangkat sebelah alisnya sebelum melangkahkan kakinya dan mendekatkan wajahnya ke wajah perempuan itu hingga jarak diantara mereka sangat tipis.

"Aku memang brengsek, tapi aku yakin kau akan menyukai kebrengsekkanku." Bisik Max, hal itu membuat perempuan itu seketika memelototti Max dan tanpa terduga ia menyemburkan ludahnya hingga mengenai kemeja putih Max.

"Cuih! Sampai kapanpun aku tidak akan sudi pergi denganmu!"

Semua orang tampak terkejut dengan tingkah berani perempuan itu. Lerry yang berada di belakang Max, sudah memberi aba-aba pada bodyguardnya jikalau Max akan mengamuk.

Sedangkan Max sendiri, tanpa terduga ia justru terkekeh lalu mengeluarkan sapu tangan putih dari sakunya sebelum mengelap wajah dan bajunya. "Menarik."

Namun tiba-tiba,

PLAK!

Lerry tiba-tiba saja menampar keras pipi perempuan malang itu.

"Jaga sikapmu jalang! Berani sekali kau meludahi Mr.Grace!"

Max terdiam dengan ekspresi datar, sedangkan

perempuan itu meringis merasakan rasa sakit yang mulai terasa perih di pipinya. Namun jika di bandingkan dengan apa yang ia rasakan hatinya, tentu lebih menyakitkan rasa sakit hatinya. Semua itu bukanlah apa-apa baginya.

"Maaf tuan atas kejadian barusan, saya akan membawakan wanita lain untuk anda."

"Tidak perlu." Cegat Max begitu Lerry hendak memanggil para wanitanya.

"Maaf tuan?"

Max kembali menatap gadis itu. "Dia sudah cukup."

"Tapi tuan, malam ini dia sudah dipesan lebih dulu oleh Mr. Bop direktur utama Perusahaan NY."

Mendengar ucapan Lerry barusan tidak hanya membuat Max merubah raut wajahnya tetapi juga mengeratkan rahangnya.

"Kau berani membantah perintahku?"

Lerry langsung gelagapan, tentu saja membantah Max bagaikan sebuah larangan besar. Apalagi melawan Max, itu adalah suatu bencana bagi semua orang. Jika ia berani melakukannya maka sama saja ia cari mati.

"Ti-tidak tuan, saya tidak bemaksud seperti itu. Tentu saja saya tidak berani membantah tuan, hanya saja dia sudah di bayar."

Max kembali menoleh pada pria bersetelan tuxedo putih itu. Perkataannya barusan sudah sangat menyinggung perasaannya.

"Apakau baru saja menganggapku tidak mampu untuk membayarnya?" Desis Max tajam.

"Oh ti-tidak tuan, maksud saya-"

"5 juta." Pungkas Max, membuat Lerry terdiam. "US Dollar." Lanjut Max.

Lerry membulatkan matanya, jangan dia bahkan orang-orang yang mendengar tawaran Max juga sama terkejutnya. Tidak dapat dipungkiri bagaimana bahagianya Lerry mendengar itu. Baru kali ini ia mendapat tawaran se-fantastis itu hanya untuk satu perempuan saja. Bahkan selama belasan tahun ia menjual perempuan ia tidak pernah mencapai hingga 2 juta dollar sekalipun. Dan tawaran Max kali ini adalah yang paling mahal yang pernah ia tawarkan dari tawaran wanita-wanita sebelumnya. Ini sungguh tidak dapat dipercaya.

Lerry menyunggingkan seyuman liciknya. "Apa anda yakin tuan? 5 juta US dollar? Apa itu tidak terlalu mahal?"

"Uang tidak masalah bagiku. Aku ingin membelinya malam ini juga." Ujar Max seraya melirik perempuan yang masih dalam cengkraman kedua bodyguard Lerry.

Lerry juga melirik ke arah perempuan itu seraya tersenyum licik. Sebenarnya apa yang istimewa dari perempuan itu hingga seorang Max secara cuma-cuma menawar harga setinggi itu? Lerry sungguh merasa penasaran sekarang.

Tidak disangka, ternyata perempuan ini bernilai sangat mahal. Bahkan Mr. Grace saja tertarik padanya. Sungguh hal yang sangat langka.

Untung saja niatku untuk mencobanya tadi ku urungkan, kalau tidak mungkin aku tidak akan mendapatkan keberuntungan ini. Batin Lerry bersorak riak. Ia kemudian berjalan menghampiri perempuan bergaun putih itu.

"Baiklah tuan, kami akan langsung membawanya ke kamar anda." Lerry hendak akan mengarahkan anak buahnya untuk membawa perempuan itu ke kamar atas. Tapi Max justru menahannya.

"Tunggu, jangan bawa dia ke kamarku di sini."

Lerry mengernyit. "Maksud tuan? Tuan ingin membawanya ke ruangan VVIP?"

"Tidak juga."

Max kembali menatap perempuan itu lagi dengan seringaiannya yang mengerikan. "Bawa dia ke mansion ku."


Load failed, please RETRY

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login