Download App

Chapter 2: Episode 2: Rangsangan

Rio merasa panik akan Ria yang mengendus bau tak sedap ketika di kamarnya.

"Ria, kamu ngapain?" Tanya Rio.

Ria kemudian mendekati Rio semakin dekat dan mulai mencium aroma tak sedap yang ada di dekatnya.

Rio sudah sangat panik dan hendak mendorong tubuh Ria, tapi tiba-tiba Ria berkata sesuatu.

"Mandi makanya! Tuh ketek baunya sudah kaya apa?" Ujar Ria.

Rio menghela nafasnya, dia begitu lega karena Ria mencium tidak sedap dari ketiaknya yang bisa dibilang sudah berbau tidak sedap.

"Bi, kalau disini ada yang jual deodorant gak?" Teriak Rio.

"Gak ada Rio, lagian kalau ada juga gak bakalan laku. Mending beli beras 1 kg dibandingkan beli deodorant mah." Jawab Rio.

"Benar juga ya!" Batin Rio.

Melihat hidupnya sekarang nampaknya Rio harus berhenti membeli benda yang kurang di butuhkan.

"Mas Rio cepat mandi, badan mas bau sampai sini!" Teriak Ria.

"Iya, iya." Jawab Rio.

Kemudian Rio ke belakang untuk mandi, disana dia harus menimba air terlebih dahulu. Karena matahari pagi yang cukup panas membuat Rio kepanasan. Akhirnya dia membuka baju dan mempertontonkan bulu dada dan bulu ketiaknya.

Tiba-tiba saja juleha keluar ke belakang sudah memakai daster hendak menjemur handuk yang di pakai.

"Hutan rimba ya kamu Rio!" Ujar juleha dibarengi tawa.

Rio tahu maksud ucapan Juleha adalah bulu dada dan ketiaknya yang hampir bersatu saking lebatnya.

Dari pintu belakang rumahnya Rio, ada sepasang mata yang memperhatikan Rio sedang menimba air. Tubuh Rio yang bertelanjang dada membuatnya sangat terangsang.

Ria terangsang hebat tak kala melihat kakaknya sendiri yang bertelanjang dada, dia tidak pernah merasakan hal seperti itu sebelumnya. Sekali lagi didikan Hendarto membuat anaknya kurang pergaulan.

Ria mulai meremasi payudaranya sendiri, nikmat rasanya tak kala putingnya dia sentuh penuh kelembutan. Dia merasa ingin melakukan sesuatu tapi tidak tahu harus berbuat apa, sampai akhirnya Rio jongkok dan mandi.

Rangsangan itupun hilang dan dengan segera Ria masuk ke kamarnya untuk menahan rasa yang dia rasakan sekarang.

***

Beralih ke cerita Anita dan Hendarto yang ada di sawah, mereka nampak harus terbiasa dengan mencangkul dan menyiram tanaman.

Hendarto berada di sawah untuk mengurusi padi yang sengaja Udin berikan untuk di urus, sementara Anita berada di kebun untuk merawat tanaman.

Jarak antara kebun dan sawah cukup jauh yakni harus melewati dua petak sawah yang terbilang besar.

Hendarto yang sedang semangat-semangatnya membuka kaos yang dia pakai untuk mulai mencangkul sawah yang dia garap.

Di kebun Anita sedang memilih-milih terong ungu yang siap di panen, sampai dia dikagetkan dengan adanya seseorang.

"Punya mas Hendarto ada Segede gitu?"

Tiba-tiba saja Udin ada disana dan menanyakan pertanyaan cukup tabu untuk Anita.

"Kamu tuh ya Din, buat teteh kaget saja." Jawab Anita.

"Paling Segede ini ya teh?"

Udin kembali bertanya dan kali ini dia membawa cabe rawit dan menunjukkannya kepada Anita.

"Apaan sih Din, gak sopan ngobrol hal gituan. Apalagi disana ada mas Hendarto dan gimana kalau ada Juleha?" Ancam Anita.

"Kita ngobrol itu gak bakalan terdengar oleh mas Hendarto, juleha juga gak bakalan kesini." Ujar Udin.

"Emang Leha gak bantuin kamu di sawah?" Tanya Anita yang sudah mulai merespon obrolan Udin.

"Kalau sudah dikasih jatah semalam dia enggan datang ke sawah, capek katanya!" Sambil berbisik kepada Anita.

Hati kecil Anita merindukan bagaimana dia berhubungan badan dengan suaminya, semenjak kena tipu temannya sendiri, Hendarto seolah tidak semangat untuk berhubungan badan. Hal itu sudah terjadi sekitar 2 minggu yang lalu, tentu saja sedikit obrolan tentang ranjang akan membuat Anita terangsang.

"Pantas saja semalam berisik banget!" Bentak Anita.

"Oh kedengaran ya, maaf ya teh soalnya kalau gituan gak ada suara kaya gimana gitu." Goda Udin.

Hal yang di ucapkan oleh Udin jelas membuat gairah Anita semakin terbakar, ingin rasanya dia mendatangi suaminya dan berhubungan badan di saung yang ada di sawah.

"Aku mau tanya teh, kalau teteh entar main sama mas Hendarto gimana? Kan anak-anak teteh sudah pada besar." Tanya Udin.

"Bukan urusan kamu!" Jawab Anita yang berlalu meninggalkan Udin.

Dari arah belakang Udin memperhatikan pantat Anita yang terjeplak karena memakai celana ketat dan tipis.

Dia tidak berhenti menelan ludah karena Anita sangat merangsang tak kala berjalan. Ingin rasanya dia memeluk Anita dari belakang dan membawanya ke dalam kebun untuk berhubungan badan dengannya.

***

Jam 2 siang Anita dan Hendarto sudah pulang dari sawah, terlihat wajah lelah dari Hendarto dan dia nampak ingin istirahat di ruang tengah.

Menyadari kalau Rio dan Rio ada di kamar masing-masing, Anita berinisiatif untuk berhubungan badan di siang itu. Hendarto yang tidur dengan bertelanjang dada sangat merangsang sekali bagi Anita.

Kini ketiak Hendarto menimbulkan aroma jantan yang membuat semakin terangsangnya Anita. Dengan penuh nafsu Anita mendekatkan hidungnya pada ketiak suaminya, kemaluannya pun mulai basah pada saat itu.

"Ibu sudah pulang?" Tiba-tiba ada pertanyaan dari arah kamar Ria.

Keinginan Anita harus terhenti tak kala mendengar adanya suara Ria yang tahu kalau orang tuanya sudah pulang. Padahal Anita sudah tidak tahan untuk meluapkan nafsu birahinya.

"Iya nak, kamu gak tidur?" Balik tanya Anita.

"Tiduran saja Bu, gak ada kerjaan soalnya." Jawab Ria.

"Besok kamu ikut saja ke ladang biar bisa bantu ibu!" Seru Anita.

"Bolehlah Bu, di rumah juga kesel soalnya." Ujar Ria.

Kemudian Anita ke dapur dengan perasaan yang tidak menentu, obrolan yang di lontarkan oleh Udin ketika di kebun tadi pagi benar-benar membakar birahinya.

Belum lagi desahan Juleha ketika mereka berhubungan intim di sebelah rumah mereka.

Anita yang gerah di siang itu segera ke kamar mandi untuk mandi, tapi dia tidak bisa masuk karena disana ada Udin yang sedang buang air besar.

"Kamu masih lama Din?" Tanya Anita.

"Baru juga masuk teh, emang yg teteh mau apa?" Timbal Udin.

"Mau mandi, badan keringatan dan gatal-gatal." Jawab Anita.

"Kalau yang bawah gatal gak teh?" Kembali Udin memancing birahi Anita.

"Kamu ini ya, cepetan buang air besarnya!" Seru Anita.

"Teteh tinggal mandi saja, lagian kita kan terhalang bilik jadi gak bisa lihat juga." Ujar Udin.

Memang kamar mandi dan WC disana terpisah oleh dinding bilik satu pinggang orang dewasa, jadi tidak akan terlihat apabila saling jongkok.

"Tapi kamu jangan ngintip ya!" Ancam Anita.

"Boleh dong kalau dikit mah." Canda Udin dibarengi tawa.

"Entar teteh kasih ini!" Anita mengancam sambil menunjukkan kepalan tangannya.

Anita yang percaya kalau Udin tidak akan macam-macam segera masuk ke bilik kamar mandi yang hanya sepinggang orang dewasa.

Memang selama mencuci pakaian Udin tidak macam-macam kepada Anita, bahkan Anita merasa ditemani oleh Udin.

"Kamu gak pegal jongkok terus Din?" Tanya Anita.

"Sambil nunggu teteh saja kalau saya mah." Jawab Udin.

"Jorok, cepetan cebok sudah di lalerin tuh kotoran kamu!" Seru Anita.

"Emang teteh bisa lihat gitu?" Kali ini Udin benar-benar membuat Anita tidak tahan.

"Ihhh ogah lihatnya juga, bau gitu!" Jawab ketus Anita.

Tiba-tiba terdengar suara Udin yang cebok, lega rasanya Anita kalau Udin sudah tidak ada. Itu dikarenakan dia akan segera mandi setelah mencuci pakaian.

"Teh?" Tanya Udin.

Anita yang sudah yakin Udin cebok segera membalikkan badannya dan dia melihat Udin yang berdiri tegak sedang memakai celana.

Anita menelan ludah melihat kemaluan Udin yang hitam dan berbulu lebat, dia segera membalikkan badannya karena malu melihat itu.

"Udin, kenapa kamu belum di celana?" Bentak Anita.

"Saya mau minta sabun teh!" Jawab Anita.

Dengan membelakangi Udin, Anita memberikan sedikit sabun untuk Udin. Tapi dia merasakan hal yang lain, rupanya Udin membiarkan tangan Anita menyentuh kemaluannya. Anita meraba-raba apa yang dia sentuh pada saat itu.

"Gede ya teh? Gede mana sama mas Hendarto?" Tanya Udin.

Anita yang kaget segera melepaskan tangannya dari kemaluan Udin yang sudah mulai bangun karena sentuhan tangan Anita.

"Cepat kamu pergi dari sini!"

Kali ini Anita benar-benar emosi kepada Udin, karena sudah merasa Anita sangat marah maka dengan cepat Udin pergi dari sana.

Sebelum dia pergi, dia memperhatikan tubuh Anita yang hanya dibalut handuk saja. Betapa mulusnya tubuh Anita yang putih dan tanpa noda.

***

Ria yang daritadi tidak tidak segera keluar kamar untuk mencari ibunya, tapi dia tidak mendapati ibunya berada. Hanya saja dia mendengar suara orang mencuci di bagian belakang.

Sampai dia melihat Hendarto tertidur pulas tanpa baju dan mempertontonkan bulu yang ada di bagian atasnya.

Ria kembali terangsang setelah tadi pagi oleh Rio kakaknya, kali ini dia terangsang oleh ayahnya sendiri.

Matanya celingak-celinguk melihat kondisi sekitar, tak jauh dengan Anita, Ria juga sama begitu menikmati aroma ketika Hendarto yang membuatnya merasa melayang.

"Aroma apa ini, nikmat sekali baunya?" Gumam Ria dalam hati.

Tiba-tiba saja Hendarto bergerak dan dia menggaruk ketiaknya yang penuh bulu, Ria ingin sekali menjilat jari yang dipakai oleh ayahnya untuk menggaruk ketiaknya.

Entah darimana Ria mulai menjadi orang yang penasaran dan tidak dapat menahan rasa yang belum dia ketahui sebelumnya.

Mata Dia tiba-tiba saja tertuju kepada bulu bagian bawah perut, dia penasaran sampai mana buku itu. Karena dia bisa menyaksikan bagaimana bulu itu menyambung ke bawah yang dia sendiri sudah tahu akan kemana.

"Eh Ria, kamu lagi ngapain?" Tanya Hendarto yang tiba-tiba bangun.

"Diam saja pak!" Jawab Ria agak gelagapan.

"Oh, ambilkan bapak minum!" Seru Hendarto.

"Baik pak." Jawab Ria.

Ria bisa bernafas lega karena ayahnya tidak terlalu menanyakan apa saja yang dia lakukan ketika dia tertidur.

Bersambung


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login