Download App

Chapter 2: Episode 2

Beijing, China 

Di bandara.. 

"Nah itu dia, dy..", kata Titah. 

"Ya, gue kira gak jadi jemput, baru mau telepon", sambung Renaldy. 

"Ya jadi dong, masa kaga sih, ya sudah yuk pulang, emm jo..", kata Titah lagi. 

"Inggih mbak Titah" 

(Iya mbak Titah), jawab Paijo. 

"Tolong taruh di bagasi ya, oh ya habis itu kita ke mini market dulu ya, jemput Cengek", pinta Titah. 

"Laksanakan mbak Titah", Paijo melaksanakan perintah Titah. 

Di mini market.. 

"Neng geulis" 

(Neng cantik) 

"Muhun ngek" 

(Iya ngek) 

"Sadaya balanjaan atos abdi meser, langsung wangsul atawa hoyong nyimpang ka pasar tiheula neng geulis ?" 

(Semua belanjaan sudah saya beli, langsung pulang atau ingin mampir ke pasar dulu neng cantik ?), tanya Cengek. 

"Langsung wangsul wae" 

(Langsung pulang saja), jawab Titah. 

"Jo.." 

"Aku krungu ngek, ra budek" 

(Saya dengar ngek, tidak tuli), kata Paijo. 

"Kirain hehe..", sambung Cengek dengan tertawa. 

Titah dan keluarga pulang ke apartemen nya, sedangkan aku tidur di hotel (penginapan). 

Keesokan harinya aku dan keluarga pergi jalan-jalan ke salah satu tempat wisata yaitu Pagoda Leifeng. 

Di Pagoda Leifeng anak-anak ku, keponakan ku, dan kakak ipar ku tersesat kemudian bertemu dengan Titah, Titah membawa anak-anak ku, keponakan ku dan kakak ipar ku ke apartemen nya. 

Keesokan harinya.. 

Di Pagoda Leifeng.. 

"Anak-anak yuk kita ke sana", kata Gina. 

"Yuk tante", kata anak-anak Irfandi. 

"Yuk mah", sambung anak-anak Gina dan Arfan. 

"Tah, tah, tah..", keluh Kamil. 

"Kenapa sih mil ?", tanya Titah. 

"Elu kaga bosan apa ke sini mulu, tempat wisata di sini kan banyak, ada Danau Barat, Jingci Temple, Danau Qiandao, dan Lingyin Temple, tapi kenapa elu pilih nya Pagoda Leifeng lagi sih ?", tanya Kamil juga dengan mengeluh. 

"Enggak ah, di sini saja, lagian juga dekat dari apartemen gue, mil, hehe..", jawab Titah. 

"Hmmm, whatever" 

(Hemm, terserah), keluh Kamil lagi. 

"Tante Gina", seru Arka. 

"Inggih Arka, ngapa ?" 

(Iya Arka, kenapa ?), tanya Gina. 

"Sepertinya awake nyasar deh" 

(Sepertinya kita nyasar deh), jawab Arka. 

"Iya tante buktinya bapak dan om Arfan gak ada", jawab Rasya juga. 

"Oh iya kalian benar, lalu bagaimana sekarang", kata Gina. 

"Elu ngelihatin apa sih mil ?", tanya Titah lagi. 

"Itu ada ibu dan anaknya deh kayanya nyasar", jawab Kamil. 

"Oh..", seru Titah. 

"Mau kemana sek ?", tanya Kamil lagi. 

"Ada deh..", jawab Titah lagi. 

"Hemm si pesek, eh sek tunggu", kata Kamil. 

"Assalamu'alaikum", Titah memberikan salam pada Gina dan anak-anak. 

"Wa'alaikumussalam", Gina menjawab salam dari Titah. 

"Kenapa ?", tanya Titah. 

"Kami nyasar, terpisah dari om dan bapak", jawab Rasya. 

"Oh gitu, kalian tinggal dimana ?", tanya Titah lagi. 

"Kami tinggal di Indonesia", jawab Arka. 

"Saya tau, maksudnya di sini kalian tinggal dimana ?", tanya Titah lagi. 

"Kami tinggal di penginapan, tapi kami lupa apa nama penginapan nya", jawab Arka lagi. 

"Oh gitu, ya sudah kalau begitu ikut yuk, sementara kalian bisa tinggal di apartemen bersama dengan ku", kata Titah yang mengajak Gina dan anak-anak ke apartemen nya. 

"Tapi..", seru Wulan dengan ragu. 

"Tidak perlu ragu, yuk, dan tidak usah takut juga, saya juga dari Indonesia yang kuliah dan bekerja di sini", kata Titah meyakinkan Wulan. 

"Bagaimana mah ?", tanya Wulan. 

"Ya sudah, besok kita cari papa dan om mu", jawab Gina. 

"Nanti saya bantu juga, tenang saja", kata Titah lagi. 

"Terimakasih sebelumnya", sambung Gina. 

"Iya..", seru Titah. 

Aku dan Arfan baru menyadarinya kalau kakak ipar ku, dan anak-anak hilang, aku dan Arfan juga sudah berusaha mencari mereka, tapi sayangnya mereka tidak di temukan sampai pada akhirnya aku dan Arfan bertemu dengan teman Titah, lalu aku dan Arfan di ajak menemui mereka di apartemen nya. 

Dan di apartemen itu juga saya bertemu dengan Annisa, mantan istriku dan aku terpaksa berbohong kalau Titah adalah istriku. 

Setelah Annisa pergi meninggalkan kami, aku segera meminta maaf pada Titah, karena telah mengatakan kalau Titah adalah istri dan ibu dari anak-anak ku, Titah pun hanya tersenyum. 

Entah mengapa melihat senyumannya hari ini membuat aku merasakan cinta kembali, aku ingin sekali mengutarakan perasaan ku padanya, tapi aku masih takut untuk menyatakan cinta ku padanya. 

Beijing Xinxiang Yayuan Apartment (apartemen Titah) 

Di ruang tamu.. 

"Assalamu'alaikum", Titah memberikan salam pada semua yang ada di apartemen nya. 

"Wa'alaikumussalam", mbah Sakiman menjawab salam dari Titah. 

"Silahkan masuk, ngek bikin kan minum ya", kata Titah. 

"Laksanakan neng cantik", Cengek melaksanakan perintah dari Titah. 

"Betta" 

"Io mbak Titah" 

(Iya mbak Titah), jawab Betta. 

"Tolong ngana siapkan kamar untuk sa pung tamu eh" 

(Tolong kamu siapkan kamar ya untuk tamu saya), pinta Titah. 

"Laksanakan mbak Titah", Betta melaksanakan perintah dari Titah. 

"Emm tah, gue keluar sebentar ya, mau cari angin, sekalian beli cemilan gitu", kata Kamil. 

"Tunggu gue ikut ya, ada juga yang ingin gue beli nih, naik motor saja", sambung Titah. 

"Ya sudah yuk", kata Kamil lagi. 

"Mbak, saya tinggal keluar sebentar ya", kata Titah. 

"Iya..", seru Gina. 

"Dy, titip ya", kata Titah lagi. 

"Sip..", seru Renaldy. 

Di Pagoda Leifeng lagi.. 

"Kita cari kemana lagi ya Fandi, capek", kata Arfan. 

"Gak tau, kita istirahat dulu di sini yuk", sambung Irfandi. 

"Oke", seru Arfan. 

"Eh tapi jangan di sini deh, cari tempat yang lain yuk, sekalian cari makan", kata Irfandi. 

"Yuk..", seru Arfan lagi. 

Di depan mini market.. 

"Nah di sini saja yuk fan istirahat nya", kata Irfandi. 

"Ya, duh bagaimana ini Fandi, istriku dan anak-anak juga belum ketemu", keluh Arfan. 

"Kamil buruan", kata Titah. 

"Ya, tunggu sebentar ya", sambung Kamil. 

"Ya..", seru Titah. 

"Sir, I ordered twenty buns, okay ?" 

(Tuan, saya pesan bakpao nya dua puluh ya), kata Kamil yang memesan bakpao. 

"Fine sir, please wait a moment" 

(Baik tuan, silahkan di tunggu sebentar), sambung penjual bakpao. 

"Kita cari kemana lagi ya, hemm", keluh Irfandi yang cemas memikirkan anak-anak dan kakak iparnya. 

"Itu fotonya seperti tidak asing, coba ku hampiri saja mereka deh", kata Kamil dalam hati yang memperlihatkan foto yang di bawa oleh Arfan. 

"Excuse me" 

(Permisi), kata Kamil. 

"Yes sir"

(Ya tuan), sambung Arfan. 

"May I see the photo you brought ?"

(Boleh saya melihat foto yang kamu bawa ?), tanya Kamil. 

"Of course you can, here's the photo" 

(Tentu saja boleh, ini fotonya), jawab Arfan. 

"Loh ini kan, gue harus kabari Titah nih", kata Kamil lagi ketika melihat foto yang di berikan Arfan. 

"Excuse me sir, can you wait a minute or not, I want to contact my friend ?" 

(Maaf tuan, bisa tunggu sebentar tidak, saya ingin menghubungi teman saya ?), tanya Kamil lagi. 

"Of course sir" 

(Tentu saja tuan), jawab Arfan lagi. 

"Oke..", seru Kamil. 

                     ** 

Percakapan Kamil dan Titah lewat telepon. 

"Assalamu'alaikum, can you come here for a moment or not, it's important ?" 

(Assalamu'alaikum, kamu bisa kesini sebentar tidak, penting ?), tanya Kamil. 

"Wa'alaikumussalam, yes, please wait" 

(Wa'alaikumussalam, iya, tunggu ya), jawab Titah. 

"Ok, I'll be waiting, assalamu'alaikum" 

(Oke saya tunggu ya, assalamu'alaikum), Kamil memberikan salam pada Titah. 

"Wa'alaikumussalam", Kamil menjawab salam dari Titah.


Load failed, please RETRY

New chapter is coming soon Write a review

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login