Download App

Chapter 44: KURANG AJAR

Leo terus memperhatikan Kiara yang melakukan pergerakan-pergerakan kecil di tempat tidurnya. Sekali-kali matanya dia gosok dengan jemarinya, kepala yang mungkin masih terasa sakit karena pengaruh obat bius dia pijit perlahan tetapi dengan mata yang masih tertutup.

"Kenapa kepalaku sakit?" gumamnya. Perlahan matanya terbuka memperlihatkan iris coklat yang sangat Leo sukai. Dilihatnya langit-langit kamar yang ada di atasnya, perlahan tatapannya mengedar ke sekeliling. Diperhatikannya setiap sudut kamar, sampai akhirnya kesadarannya terkumpul semua. "Di mana aku?" gumamnya pelan.

"Dirumahku yang sebentar lagi akan menjadi rumahmu juga," jawab Leo di samping atas Kiara, sedang bersandar di kepala tempat tidur.

Kiara hampir saja meloncat karena kaget. "Astaga, jantungku hampir saja copot!" Teriak Kiara melemparkan bantal yang ada di sampingnya dan langsung di tangkis dengan tangan oleh Leo.

"Tenang Nona, tidak baik untuk kesehatanmu apalagi jantungmu." Leo malah menggodanya.

"Di mana aku?" tanyanya, memegangi kepalanya yang sakit. "Kepalaku sakit."

"Tenanglah, kamu aman di sini. Kamu sekarang berada di rumahku," jawab Leo tenang dengan bibir yang terus tersenyum.

Kiara memperhatikan sekelilingnya kemudian perlahan ingatannya satu per satu terkumpul. "Bukankah tadi aku bukan berada di kamar ini?" Kiara memijit keningnya kemudian matanya perlahan melihat baju yang dikenakannya. "Baju siapa ini? Tadi aku masih memakai baju seragam." Kiara mengalihkan pandangannya melihat ke Leo yang sedang memperhatikan dirinya. "Siapa yang menggantikan bajuku?!"

Leo menjawab hanya dengan mengangkat bahunya, dengan senyum yang sangat menyebalkan di mata Kiara.

"Siapa yang menggantikan bajuku?!!" teriaknya.

Leo berdiri, berjalan memutari tempat tidur mendekat ke tempat Kiara. "Menurutmu siapa?" tanyanya yang tiba-tiba saja terbersit ide untuk menggoda Kiara.

Kiara menarik selimut yang ada didekatnya, "kenapa baju yang aku pakai seperti ini? ini bahkan tidak pantas di sebut baju. Aku bisa masuk angin."

Leo tersenyum, dimatanya sekarang Kiara sangat menggemaskan. "Itu lingerie, menurutku sangat bagus. Nanti kamu harus sering memakai seperti itu."

"Siapa yang mengganti bajuku? Kamu?!" tanyanya lagi.

Leo tertawa. "Menurutmu siapa? Hantu yang mengganti bajumu?"

"Kamu melihat semuanya?" tanya Kiara pelan. "Kamu melihat semuanya?!" tanyanya ulang.

"Tentu saja, aku melihat semuanya. Dari ujung rambut sampai ujung kaki. Bahkan aku tahu, di mana saja letak tahi lalatmu." Leo dengan sengaja menggoda Kiara sambil menurun naikkan alisnya.

"Brengsek!!" Kiara bangun dari tempat tidurnya mengambil bantal yang ada di dekatnya hendak melemparkannya ke arah Leo.

Leo bersiul, melihat Kiara yang berdiri memakai lingerie. Matanya tidak lepas dari tubuh Kiara, memandangi dengan tatapan lapar dari ujung rambut sampai ujung kaki.

Kiara yang hendak melempar bantal, diurungkannya. Melihat Leo yang menatap lapar ketubuhnya, dengan segera bantal yang hendak di lempar dipakainya untuk menutupi tubuhnya.

"Ayo, lempar sini. Kenapa malah di buat untuk menutupi tubuhmu," ucap Leo melangkah semakin mendekati Kiara, sehingga jarak di antara mereka hanya terpisahkan bantal.

"Mau apa kamu?! Menjauh dariku! Jangan mendekat!!" Kiara mendorong tubuh Leo dengan satu tangan.

Leo menarik bantal yang menghalangi jarak mereka dan melemparnya sembarang arah. "Jangan pernah ada yang menghalangi di antara kita." Leo mendorong tubuh Kiara ke belakang sehingga membuat tubuh Kiara terlentang sempurna di atas kasur empuk. Dengan segera Leo naik ke tubuh Kiara, tangan Kiara yang berusaha untuk melepaskan diri dijepitnya di atas kepala dengan satu tangannya yang besar.

Dalam sekian detik, mata mereka saling menatap. Degup jantung di antara mereka berirama dengan sangat cepat. Tubuh mereka hanya terhalang kain tipis yang menutupi tubuh mereka. Perlahan Leo menurunkan pandangannya, dari mata indah Kiara turun ke bibir merah ceri yang sering mengumpat dirinya. Bibir yang saat ini sedang tertutup rapat tetap menggoda di mata Leo. Perlahan Leo mendekatkan bibirnya ke bibir Kiara.

"Lepaskan aku, kamu berat!" kata Kiara, berusaha menghindar dari apa yang akan Leo lakukan.

Leo tidak memperdulikannya, darah lelakinya telah bangkit. Dilumatnya habis bibir Kiara yang selalu menggodanya. Mata Leo tertutup sempurna, begitu menikmati ciuman yang dia lakukan. Sementara Kiara masih berusaha memberontak tetapi apa daya bila tenaganya kalah besar dengan tenaga Leo.

Perlahan-lahan tanpa sadar, Kiara mulai terbuai dengan ciuman Leo. Dirinya membiarkan Leo melumat habis bibirnya.

Leo yang menyadari itu, membuka matanya dan melepaskan ciumannya. "Balas ciumanku, sayang. Ikuti gerakan bibirku," ucapnya dengan suara yang mulai berat dan mata yang sudah mulai diselimuti kabut gairah.

Kiara menatap dalam iris mata Leo, mencoba mencari jawaban kenapa Leo memperlakukannya seperti ini. Apa Leo menyukaiku atau hanya mempermainkan aku saja? Tetapi sebelum pertanyaannya terjawab, Leo sudah melumat kembali bibirnya. Perlahan Kiara mengikuti gerakan bibir Leo, merasakan apa yang sedang Leo rasakan. Leo tersenyum di dalam ciumannya, Kiara ternyata mau membalasnya.

Sedang asyik-asyiknya mereka berdua berciuman, pintu kamar di ketuk seseorang dari luar kamar.

Tok ... tok ... tok ...

"Tuan, makanannya sudah siap." Teriak seseorang dari luar pintu.

Leo yang mendengar suara dari luar pintu, dengan berat hati melepaskan ciumannya. Diusapnya bibir Kiara untuk membersihkan salivanya. Leo tersenyum, dikecupnya kening Kiara sekilas. "Kita lanjutkan nanti." Kemudian dia bangun dan menyelimuti tubuh Kiara yang hanya memakai baju tidur tembus pandang.

"Masuklah, bawa makanannya," teriak Leo sambil merapihkan bajunya.

Pintu kemudian terbuka, dua troli susun dengan beraneka macam makanan masuk ke dalam kamar. Diikuti beberapa pelayan yang siap untuk menyajikan.

"Cepat! Kita sudah lapar dari tadi." Leo dengan suara tegasnya memerintah kepada para pelayannya.

Kiara yang memperhatikan dari tempat tidur, sedikit heran dengan Leo. "Tadi dia terlihat sangat lembut, wajahnya sangat manis. Tetapi sekarang bicara dengan pelayannya terlihat garang dan galak. Dia seperti orang yang berkepribadian ganda. Aku benar-benar tidak memahaminya," ucapnya dalam hati. "Aku harus berhati-hati menghadapi dirinya."

"Cepat! Aku menggaji kalian bukan untuk bekerja lelet seperti ini," teriaknya dengan wajah kesal karena tadi terganggu sedang asyik-asyiknya dengan Kiara.

Kiara mengedarkan pandangannya melihat isi kamar. "Aku baru sadar kalau kamar ini begitu mewah. Lihatlah berapa harga lukisan yang terpajang di dinding. Pajangan-pajangan kristal yang di atas meja, aku bahkan tidak tahu berapa harganya satu per satu." Kiara berbicara sendiri di dalam hatinya. "Tetapi tunggu, tunggu. Aku ada di mana??" Kiara kembali tersadar tentang keberadaan dirinya yang tidak tahu ada di mana.

"Sudah selesai Tuan." Salah satu pelayan menghampiri Leo yang sedang berdiri tegak di depan jendela melihat ke luar.

Leo membalikkan badannya, tidak ada sedikit pun senyum diwajahnya. "Keluarlah!" Ucapnya. Kemudian melangkah mendekati Kiara yang sedang menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang.

Para pelayan satu per satu ke luar dari dalam kamar. Kiara bisa menghitung pelayan berjumlah 5 orang, 2 diantaranya wanita yang bukan berasal dari Indonesia.

"Leo," panggilnya, tanpa mengalihkan pandangannya dari para pelayan.

Leo berdiri tepat di samping Kiara. "Iya, ada apa?"

"Kenapa pelayanmu ada orang asingnya, kita ada di mana?" tanya Kiara bingung.

"Pakailah ini," Leo mengulurkan piyama. "Kamu harus memakainya. Makan dengan baju tidur seperti itu, bukan makanan yang aku makan tetapi dirimu nantinya yang aku makan." Leo tersenyum, membantu Kiara untuk berdiri dan membantu memakaikannya.

Kiara yang merasa risih diperlakukan seperti itu, menepiskan tangannya Leo. "Aku bisa sendiri. Jangan mencuri kesempatan dalam kesempitan. Dasar otak mesum," ucap Kiara ketus.

Bukan Leo namanya kalau tidak bisa membalas perlakuan Kiara kepadanya. Dengan cepat Leo mencium bibir Kiara sekilas.

"Dasar otak mesum! Otak mesum! Otak mesum!" teriak Kiara ulang-ulang.

Leo tertawa menanggapi teriakan Kiara. "Tapi kamu suka, bukan? Buktinya tadi kamu membalas ciumanku."

Kiara cemberut, dirinya memang selalu kalah kalau berhadapan dengan Leo.

"Mau makan tidak?" tanya Leo, sudah duduk di depan meja yang sudah penuh dengan beraneka macam makanan. "Ke sini." Leo menggeser kursi agar Kiara duduk di kursi itu.

Kiara berjalan pelan menghampiri Leo. Duduk di kursi yang disediakan Leo untuknya. Matanya berbinar melihat berbagai macam hidangan yang tersedia.

"Makanlah yang banyak agar tubuhmu tidak kurus. Aku tidak mau di saat memelukmu, tubuhku kesakitan karena tulang-tulangmu," kata Leo.

"Aku tidak pernah menyuruhmu untuk memelukku. Aku bahkan tidak mau kamu peluk. Kamu yang selalu memaksaku!" Jawab Kiara ketus.

Leo yang akan menyantap makanannya terhenti melihat ke arah Kiara. Wajah yang tadi terlihat manis berubah menjadi penuh amarah, matanya tajam menatap Kiara. "Jangan memancing amarahku."

Kiara yang masih kekanak-kanakan, membalas tatapan Leo dengan tidak kalah tajam. "Memang benar kamu yang selalu memaksaku! Buktinya aku sekarang tidak tahu ada di mana, kamu sama saja sudah menculikku!"


CREATORS' THOUGHTS
lyns_marlyn lyns_marlyn

Bagaimana ya Leo dan Kiara ini?

Ikuti terus kisahnya

Jangan lupa tinggalkan vote agar author tambah semangat

Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C44
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login