Download App
1.05% Twinkle Love

Chapter 2: Bab 2 Musuh Bebuyutan

Namanya Alingga. Cowok dengan paras tampan yang dikagumi oleh para kaum hawa. Meski memiliki sifat menjengkelkan tidak membuat Alingga kehilangan penggemarnya.

Nama Alingga semakin mencuat saat beberapa novel karyanya berhasil terbit dan laku laris di pasaran. Tidak seperti di dunia nyata. Alingga tampak sangat romantis menceritakan tokoh utama dalam ceritanya.

"Duit duit duit! Ihirrr. Temen gue bakal jadi juragan duit nih," seru Denis memperhatikan layar ponsel milik Alingga.

"Mana ada juragan duit. Otak cetek emang suka nggak bener kalo ngomong," sindir Oscar sambil mengunyah bakwan.

"Sirik aja lo. Nggak bahagia banget kalo lihat gue bahagia," sahut Denis.

"Penderitaan lo adalah kebahagian gue," kekeh Oscar lalu mendapat lemparan serbet dari Denis.

"Jijik banget sumpah! Jorok tau, Den!" Oscar membuang serbet dari mukanya ke muka Denis.

"Jangan disia-siain nih serbet. Kalo nggak ada dia, tangan kita nggak bisa bersih dari minyak," papar Denis.

"Serbet aja kalian ributin," heran Alingga melihat kedua temannya.

"Daripada ributin cewek, bubar dong entar," ujar Oscar.

"Sombong banget luuu. Mentang-mentang udah punya pacar jadi apa-apa bawa cewek terus," ucap Denis tampak mengejek.

"Iri bilang boss!" Oscar balik menyahut.

"Selagi Alingga masih jomblo, gue nggak akan keburu banget punya cewek."

"Kenapa emang?" tanya Alingga.

"Yah. Elu yang punya tampang oke aja masih jomblo, apalagi gue? Dah gue tuh percaya banget sama rencananya Tuhan kok," jawab Denis tersenyum lebar.

"Nggak guna banget punya cewek. Nambah-nambahin pikiran," kata Alingga.

"Nggak mesti juga, Al. Bisa jadi motivasi kalo lo mikir di bagian positifnya," imbuh Oscar menambahi.

"Lo mah aneh, Al. Nulis cerita romantis tapi kehidupan lo kagak pernah ada yang manis-manis sama sekali," ujar Denis heran.

Baik Denis maupun Oscar sama-sama tau semua cerita yang sudah dibuat oleh Alingga. Dari enam cerita yang sudah terbit, dua di antaranya sudah diadaptasi dalam bentuk film. Semuanya happy ending dan jalan cerita manis-manis.

Beda jauh dengan kehidupan Alingga. Datar tanpa adanya rasa cinta dengan lawan jenis. Apa yang dipikirkan para pembaca cerita Alingga, satu pun tidak ada yang benar.

"Lo dapat ide cerita gitu dari siapa, Al?" tanya Denis.

"Dari someone-nya lah, Den. Lo lupa kalo Alingga punya gebetan rahasia. Tau tau entar udah kawin aja tuh orang," Oscar menunjuk ke arah Alingga.

"Gue bukan lo yang pengin nikah muda," sahut Alingga. "Banyak hal yang belum gue dapatin."

"Ganteng iya, kaya juga iya, udah punya popularitas, banyak yang suka. Lo masih mau apaan lagi, Al?" Denis kembali bertanya.

"Pengin punya cewek tuh. Biar mukanya agan bening dikit," tebak Oscar.

"Cewek mulu. Nggak ada bahasan lain?"

"Ada," Oscar dan Denis menjawab serempak.

Keduanya menunjuk dua orang gadis yang sedang duduk tidak jauh dari mereka. Hal tersebut membuat Alingga seketika menyunggingkan senyum.

"Gue cabut dulu," pamit Alingga pada kedua temannya.

Mendekati dua gadis yang sedang tertawa lepas sambil menunggu pesanan mereka datang.

"Demen banget Alingga godain Alira," Denis menatap Alingga yang sedang berjalan santai mendekati dua gadis tadi.

"Jodoh," kata Oscar santai sambil kembali memasukkan bakwan ke dalam mulutnya.

***

Kantin. Menjadi sasaran pertama Alira saat bel istirahat berbunyi. Lima menit sebelum pelajaran selesai, Alira dan Gea sudah sepakat untuk membeli mie ayam ceker super pedas di warung Bu Imah.

"Beneran udah kosong tanpa sisa otak gue, Al" ujar Gea setelah ia memesan makanan.

"Yang sabar, Ge. Tahun depan kita udah nggak ada pelajaran sama Pak Bobon kok," sahut Alira sambil terkekeh pelan.

Pak Bobon adalah salah satu guru matematika di sekolah yang terkenal killer. Bukan bukan. Sebenarnya bukan karena beliau killer dan membuat para siswa takut. Lebih tepatnya, banyak siswa yang merasa bosan diajar oleh beliau karena sering kali apa yang diajarkan keluar dari materi.

"Iya bener tahun depan udah enggak lagi. Tapi gantinya? Kita dapat Bu Uum loh," Gea kembali berujar.

"Nggak bisa ngebayangin gue kalo diajar sama guru yang jadi pembina olimpiade."

"Bu Uum baik kok," kata Alira. "Tapi sama anak-anak yang pinter."

Gea menghela napas kasar. "Itu dia masalahnya, Al. Otak gue kan sebelas banding seratus kalo sama otak lo."

"Tukar tambah otak aja. Mana tau lo bisa jadi anak pinter," ucap Alira memberi solusi.

"Kalo ada yang jualan kayak gitu, udah gue samperin dari dulu-dulu, Al. Masalahnya, mana ada orang yang memperjualbelikan otak," papar Gea.

Alira tampak mengangguk-angguk. Ia kemudian meneguk es teh pesanannya sambil membaca beberapa komentar dari pembaca novel yang ia buat. Sesekali Alira terkekeh atau bahkan tertawa karena komentar tersebut.

"Istighfar Al istighfar! Kesambet dedemit apaan lo siang-siang kayak gini?" heboh Gea sambil menggelengkan kepala.

"Kesambet cogan kaya-raya dong," sahut Alira asal, dengan tatapan masih fokus pada layar ponselnya.

"Dah nggak waras banget tuh otak lo. Perlu tukar tambah juga," kekeh Gea lagi.

"Gue masih nggak nyangka kalo otak gue bisa seromantis ini," Alira menunjukkan sepenggal kalimat yang ada dalam novel buatannya.

"Idiiihhh! Sok sweet banget. Padahal elunya belum pernah tuh ditembak cowok," komentar Gea yang mengundang anggukan kepala oleh Alira.

"Kemarin pas gue buka sesi tanya jawab, banyak yang nanya, kakak udah punya pacar belum? Pacarnya kayak apa? Pasti ganteng banget dong!"

Alira dan Gea kembali tertawa lepas. "Mereka nggak tau kalo realitanya elo belum pernah pacaran, Al"

"Emang. Yang gue tulis itu enggak sepenuhnya pernah gue alami," ujar Alira.

Sesaat setelah itu mie ayam pesanan mereka datang. Sejenak keduanya berdoa sebelum akhirnya mulai menyantap makanannya. Namun saat Alira baru saja akan menyendokkan kuah mie, mangkuk yang ada di hadapannya sudah direbut oleh seseorang.

"Alingga!"

Seruan Alira tidak membuat Alingga berhenti. Ia justru mulai memasukkan mie ayam milik Alira ke dalam mulutnya. Seolah makanan tersebut adalah pesanannya.

"Rese banget sih! Lo nggak bisa apa sehari aja gausah gangguin gue?" heran Alira.

Bukan lagi menjadi rahasia umum jika Alira dan Alingga selalu terlibat pertengkaran di sekolah. Mereka berdua memiliki banyak kesamaan. Sama-sama keras kepala dan sama-sama memiliki hobi menulis cerita fiksi.

Bedanya, tulisan-tulisan Alingga sudah banyak yang dibukukan. Sedang milik Alira belum ada yang dibukukan sampai detik ini. Itulah satu topik ejekan yang sering Alingga lontarkan di hadapan Alira.

"Enggak," jawab Alingga polos.

"Mau lo apasih? Kenapa harus banget gangguin gue coba?"

Alingga masih fokus mengunyah mie di dalam mulutnya. Sesekali menatap wajah kesal perempuam yang duduk di sebelahnya.

"Gimana, Al?" tanya Alingga yang tentu membuat Alira bingung.

"Udah baca buku terbaru gue belum?" senyum licik terbit di wajah Alingga.

"Tulisan lo sama sekali bukan selera gue," jawab Alira acuh.

"Bohong," Alingga menunjuk-nunjuk wajah Alira dengan garpu yang ia pegang.

"Jauhin garpunya, Al. Lo mau gue ketusuk garpu?"

Alingga menggeleng cepat. "Engga lah. Entar muka jelek lo jadi tambah jelek kalo kena garpu."

Alira berusaha kerasa menahan amarahnya. Dilihatnya ke depan dan ternyata Gea sudah tidak satu meja dengannya. Sudah pasti Gea memilih bergabung dengan pacarnya daripada mendengar pertengkaran Alira dan Alingga.

"Makanya, Al. Baca dong buku-buku gue. Mana tau nama lo melejit setelah baca buku gue. Biar hobi lo bisa berguna dikit," ujar Alingga terdengar sok tau.

"Masa udah lama nulis belum ada yang terbit sama sekali."

"Masalahnya sama lo apa?" Alira bertanya dengan nada menantang.

"Definisi berguna yang tadi lo bilang, enggak harus dengan wujud buku gue diterbitkan."

"Bilang aja kalo emang cerita lo kalah saing sama punya gue," sahut Alingga.

"Apaan coba. Nggak nyambung banget."

Alira sudah hapal dengan kebiasaan Alingga. Apapun jawaban yang Alira berikan. Entah itu pembelaan atau pengelakan, Alingga akan tetap merespon dengan satu kalimat: Menyombongkan pencapaiannya di depan Alira.

***

25092021 (20.32 WIB)


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C2
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login