Download App

Chapter 4: YURA

Setelah itu, Dokter melangkah pergi keluar di ikuti beberapa Suster lainnya, Yunki dan Yuna kembali menghampiri Yura, mereka menggenggam tangan Yura masing-masing. Yuna menggenggam tangan kanan Yura, Yunki menggenggam tangan kiri Yura, mereka terus-menerus menangis begitu juga keluarga Pratama dan keluarga Bagaskara.

"Segera sadar kak," batin Yuna.

Sebulan kemudian.

Yura belum juga sadar setelah koma ke dua kali nya, hari ini hari ulang tahun Yura dan Yunki sudah membeli cake dan hadiah cincin yang di inginkan Yura sebelum mengalami kecelakaan. Semuanya kembali berkumpul di rumah sakit di ruang VVIP Yura, semuanya menyanyikan lagu ulang tahun bersama dengan isak tangis yang tidak bisa di tahan.

"Happy Birthday My Wife," ucap Yunki lalu mengecup kening Yura dengan lama ia mengecupnya, lalu kening Yura basah karena air mata Yunki yang terus-menerus mengalir.

"Tuhan sadarkan Yura, aku dan anak-anak membutuhkan Yura begitu juga keluarganya yang masih membutuhkan dirinya," batin Yunki.

"Sayang lihat aku belikan cincin yang kamu mau," ucap Yunki membuka kotak cincin itu, dan.

Perlahan-lahan tangan Yura bergerak, Yunki menekan tombol darurat dan Dokter datang dengan beberapa Suster. Mereka semua langsung mengecek keadaan Yura dan Yura membuka ke dua matanya lalu menatap semuanya sambil tersenyum.

"Kenapa kalian nangis? apa aku sangat menyedihkan?" tanya Yura dengan suara sangat jelas seperti orang sehat yang tidak pernah mengalami koma.

Semuanya yang ada di sana menatap bengong melihat perkembangan Yura yang seperti orang sehat.

"Tidak sayang, kamu sudah sehat?" tanya Yunki menghampiri Yura sambil mengusap kepalanya.

"Sehat, emang aku sakit apa?" tanya Yura.

"Tidak, kamu tau enggak hari ini hari apa?" tanya Yunki yang mengalihkan pembicaraan.

"Tau, hari ulang tahun aku kan," jawab Yura dengan senang.

"Kakak, aku merindukanmu," ucap Yuna menghampiri Yuna.

"Adik aku yang manja, bagaimana kuliah? lancar? kapan nikah?" tanya Yuna.

"Lancar kak, nunggu kakak kembali ke rumah baru aku mau menikah dengan Jimi," jawab Yuna sambil mengusap air matanya.

"Kamu enggak boleh nikah sama Jimi," ucap Yura membuat semua orang kebingungan.

"Kenapa enggak boleh?" tanya nyonya Bagaskara. "Bukannya kamu merestui Yuna menikah dengan Jimi?" tanya nyonya Bagaskara lagi yang sedikit bingung dengan ucapan sang anak.

"Sekarang enggak karena Yuna harus menikah dengan suami aku dan mengurus bayi kembar aku," ucap Yura sedikit tegas.

"Sayang, kamu bercanda terus dari kemarin," ucap Yunki.

"Aku enggak bercanda Yunki!" tegas Yura sambil menatap sinis Yunki.

"Sayang, ini hadiah ulang tahun dari aku," ucap Yunki mengalihkan pembicaraan lalu memakaikan cincin di jari manis kiri Yura.

"Ah lucu, terima kasih sayang," ucap Yura tersenyum bahagia.

Namun ...

"Sayang aku punya keinginan di hari ulang tahun aku, tolong kabulkan," lirih Yura sambil menatap Yunki.

"Apa sayang?" tanya Yunki sambil mengusap pipi Yura.

"Tolong, menikah dengan Yuna kalau aku pergi," lirih Yura sambil meneteskan air mata.

"Aku dan anak-anak butuh kamu bukan wanita lain!"

"Tolong Yoongi, tolong," lirih Yura.

"A ... aku enggak bisa menahan sakit ini."

"Yuna batalkan pernikahan i ... itu," lirih Yura sambil melepaskan cincin yang baru saja di berikan Yunki

"Kenapa di lepas cincin nya? mau model lain?" tanya Yunki.

"Ini untuk mu, pakailah Yuna," ucap Yura memakaikan cincin itu di jari manis Yuna.

"Ini tanda kamu terima keinginan aku!"

"Enggak kak!" tegas Yuna sambil melepaskan cincin itu namun di tahan Yura.

"Tolong, sekali saja kabulkan keinginan terakhir aku Yuna, tolong," lirih Yura sambil menggenggam tangan Yuna, dan nafas Yura mulai tidak beraturan lalu nafasnya kembali sesak.

"Sayang keluar dari rumah sakit kita jalan-jalan ke Kanada ya, kamu katanya mau ke Kanada, kita ajak anak-anak oke," ucap Yunki kembali menangis.

"Yu ... Yunki, tolong relakan aku pe ... pergi dan jangan menyalahkan Yuna atas kecelakaan kita," lirih Yura semakin sesak nafas dan memegangi dadanya.

"Kalau kamu pergi, aku juga mau pergi Yura!" tegas Yunki lalu mengambil sebuah pisau kecil di sakunya.

"Ja ... jangan sayang!" teriak Yura.

"Kalau kamu begini, nanti anak-anak kita kesepian, to ... tolong kabulkan permintaan aku, tolong!"

"Tidak, aku tidak rela kamu pergi Yura, jangan pergi!"

"Atau bawa aku pergi bersamamu!" Yunki semakin nangis tidak karuan.

"Ibu, Ayah, maafkan kalau aku punya salah dan bahagia selalu," ucap Yura sambil menatap ke dua orang tuanya.

"Nyonya dan Tuan Pratama terima kasih telah mengizinkan Yunki menikah denganku, tapi ma ... maafkan aku enggak bisa menemani lama." Yura semakin sesak nafas.

"Terimalah Yuna untuk istri Yunkii setelah a ... aku pergi," ucap Yura menatap ke dua ortu Yunki sambil menggenggam tangan Yuna.

"Kalau kakak pergi, aku benci kakak," ucap Yuna dengan isak tangis.

"Tidak apa-apa kamumembenci aku, asal jangan membenci suami dan anak-anak aku, jaga mereka ya!" pinta Yura.

"Ingat, Yunki paling suka makan daging dan hobi memancing, kalau Yunki tidak ada di rumah saat libur kerja berarti dia pergi memancing. Kamu pasti tau kan apa yang Yunki suka dan enggak?"

"Aku sering tulis di buku, dan buku itu di simpan di laci meja rias kamu, di baca baik-baik ya adikku," lirih Yura.

"Berhenti Yura bicara gitu," ucap tuan Bagaskara.

"Kita selalu menunggu kamu!"

"Benar, fokus pada kesehatan, kamu pasti bisa kembali," ucap tuan Pratama.

"Aku mau cium bayi kembarku," ucap Yura sambil menatap ke dua Suster yang ada di dalam ruangan.

Ke dua suster itu langsung menggendong bayi kembarnya dan menghampiri Yura.

"Liat Yura, anak kita cantik sepertimu," lirih Yura.

"Ah, aku belum memberikan nama untuk mereka," ucap Yura.

"Akan aku berikan nama sebelum pergi dan namanya Hana Pratama dan Hani Pratama, bagus bukan?" tanya Yura.

"Bagus sayang" jawab Yunki sambil tersenyum.

Yura langsung mencium bayi kembarnya satu persatu dan nafasnya semakin sesak, lalu ke dua Suster itu kembali menidurkan bayinya di kasur bayi, dan memeriksa keadaan Yura.

"Yunki, aku mencintai kamu, tolong jaga anak-anak kita!" perintah Yura, dan ...

Tttttttuuuuuuuttttttt ...

Detak jantung Yura terhenti..

Dokter langsung memberikan pertolongan dengan alat.

Namun.

Suudah sejam detak jantung Yura tidak kembali,dan Yura telah meninggal.

"Maaf Tuan dan Nyonya," ucap Dokter dengan lirih.

"YURAAAAAAA BANGUN JANGAN TINGGALKAN AKU, AKU MOHON!" Yunki teriak dengan isak tangis yang tidak karuan, begitu juga dengan yang lainnya.

"Tolong Yura bangunlah, aku tidak bisa hidup tanpamu Yura," ucap Yunki lalu terjatuh di lantai karena tidak kuat melihat keadaan istrinya yang meninggalkan dirinya begitu saja.

Nyonya Pratama merangkul bahu Yunki mencoba menguatkan Yunki, semuanya semakin nangis tidak karuan. Dokter dan Suster juga ikut menangis melihat kejadian itu, Yuna berusaha membangunkan Yura namun tidak bisa. Yura sudah meninggal dan meninggalkan semuanya untuk selamanya, entah Yunki bagimana hidupnya nanti setelah di tinggalkan Yura.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C4
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login