Download App

Chapter 27: DEMAM

Saat Yunki ingin mengirim pesan pada sang istri, namun ponselnya berdering ada panggilan masuk.

"Oh? Baru juga aku mau kirim pesan."

Yunki langsung menjawab telepon itu.

(Di telepon)

Yunki: Halo.

Yuna: Sayang, kembar demam!

Yunki: Hah? Kok bisa?

Yuna: Aku enggak tau, tolong pulang dong. A ... aku khawatir.

Yunki: Iya aku langsung ke sama, tolong berikan kening kembar pakai penurun demam yang ada di kotak obat!

Yuna: Oke!

Yunki langsung mematikan telepon itu dan bergegas mengambil kunci mobil. Memasukkan ponselnya ke dalam saku, setelah itu bergegas pergi.

"Bo ... Bos, mau ke mana?" tanya Lia yang udah ada di depan pintu ruangannya.

Yunki menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Lia. "Anak saya demam, tolong urus ruangan saya dan kunci ruangannya," jawab Yunki sambil memberi perintah pada sekertarisnya itu.

"Baik Bos!"

Yunki langsung berlari seperti di kejar hantu, lalu Lia masuk ke dalam ruangan Yunki. Lia membereskan apa yang tadi di perintahkan.

"Semoga anak-anak Bos kembali sehat," batin Lia yang udah masuk ke dalam ruangan Yunki.

Yunki udah di dalam mobil dan mengemudi menuju rumah, ia sangat mengkhawatirkan anak kembarnya. Karena ini pertama kalinya kembar mengalami demam lalu di rumah hanya ada Yuna yang belum mengerti, sebenarnya Yunki juga belum mengerti mengurus anak tapi ia selalu membaca-baca buku tentang mengurus anak.

"Tuhan, turunkan demam kembar," batin Yunki yang semakin panik.

Yunki menaikkan kecepatan mobilnya agak tinggi, namun masih bisa terkendali.

"Kenapa juga macet sih!" Yunki agak menggerutu karena di jalanan agak macet.

Setengah jam kemudian. Yunki sampai di depan rumah, ia bergegas masuk ke dalam rumah dan melangkah ke kamar kembar.

"Bagaimana?" tanya Yunki setelah masuk ke dalam kamar kembar.

"Masih demam," jawabku yang sedang panik.

Wajahku benar-benar panik dan sangat mengkhawatirkan kembar, Yunki langsung melangkah menghampiri tempat tidur kembar. Yunki dan aku berdiri berdampingan, kami menatap kembar yang sedang tertidur.

"Tapi anak-anak mau minum susu?" tanya Yunki sekilas melirikku.

"Iya tadi minum susu kok," jawabku.

Yunki menatap wajahku yang sangat panik, lalu ia merangkul pundakku dan mencoba menenangkan diriku. Aku berharap kembar bisa kembali sehat dan demamnya segera turun.

"Kita tunggu satu jam kalau demam kembar tidak turun juga kita ke dokter," ucap Yunki.

Aku menganggukkan kepalaku lalu Yunki menuntun diriku untuk duduk di sofa, namun Yunki enggak ikut duduk denganku. Melainkan ia pergi entah ke mana.

"Tuhan, turunkan demam kembar," batinku yang terus-menerus berdo'a.

Tidak lama kemudian, Yunki kembali dengan gelas di tangannya. Lalu Yunki menyimpan gelas itu di atas meja depan sofa yang sedang aku duduki.

"Minum, biar kamu tenang!"

Yunki membuatkan segelas teh hangat berwarna merah, entah teh apa itu bisa-bisanya berwarna merah. Aku menuruti aja apa yang di katakan Yunki, lalu aku meminum teh itu dengan perlahan karena masih agak panas.

"Semoga anak-anak enggak kenapa-napa," batin Yunki yang masih mengkhawatirkan sang anak.

Setelah aku mencicipi teh itu, aku menarik tangan Yunki dan menuntun duduk di sampingku. Yunki menurut dan tidak banyak berkomentar.

"Udah makan siang?" tanya aku sambil menatapnya.

Yunki menggelengkan kepalanya. "Belum, kamu udah?" Seperti biasa jawaban yang selalu di akhiri oleh pertanyaan.

"Aku udah, jadi tadi selesai aku makan siang dan mau cuci piring kotor tiba-tiba aja kembar menangis, terus aku lari ke kamar kembar dan tangisannya enggak berhenti. Aku langsung menyentuh kening kembar, tau-tau demam," jawabku sambil menjelaskan kejadian tadi.

Yunki tersenyum sambil mengusap kepalaku. "Sedetail itu kamu mengingat semuanya? Padahal aku liat kamu lagi panik banget."

"Iya aku ingat."

Sejam kemudian.

Aku dan Yunki langsung menghampiri tempat tidur kembar. Lalu kami menyentuh kening kembar masing-masing, setelah itu kami saling bertatapan dan tersenyum.

"Akhirnya," aku meneteskan air mataku ketika demam kembar turun.

Yunki langsung memeluk diriku dan mengusap punggungku dengan lembut, pelukan Yunki sangat hangat seperti aku berendam di dalam air hangat. Sekilas Yunki mengecup pucuk kepalaku, lalu melepaskan pelukannya.

"Jadi jangan khawatir dan sedih lagi ya," ucap Yunki sambil mengusap air mataku.

Aku langsung menganggukkan kepalaku, tidak lama kemudian kembar terbangun dan seperti minta susu. Aku langsung mengambil dua botol susu dan memberikannya pada kembar.

"Sayang, sebaiknya kamu makan dulu deh. Aku bakal jagain kembar kok," ucapku yang sekilas melirik Yunki lalu menatap kembar lagi.

"Baiklah." Yunki langsung melangkah pergi dari kamar kembar.

Saat Yunki pergi, kembar menatap kepergian ayahnya yang tiba-tiba pergi begitu aja. Kembar seperti ingin di sapa oleh sang ayah namun ayahnya terlalu cuek dan dingin.

Aku mencoba menenangkan kembar. "Ayah mau makan dulu katanya lapar, jadi Hana dan Hani sama ibu aja di sini . Oke?"

Setelah aku berbicara seperti itu, kembar langsung mengedipkan matanya masing-masing. Mereka seperti pasrah aja dengan apa yang aku ucapkan.

"Sepertinya kembar baperan nih," batinku yang masih memberikan susu pada kembar.

Jam 19.00.

Aku dan Yunki selesai makan malam, kembar juga udah tidur sebelum kami makan malam.

"Apa besok aku belajar masak lagi?" tanya aku sambil menatap Yunki.

Yunki menaruh gelasnya setelah meneguknya. "Iya besok masih belajar masak," jawab Yunki. "Besok kamu masih libur, kan?" tanya Yunki.

"Iya besok aku masih libur, aku masuk kuliah lusa," jawabku. "Lalu, aku boleh tidur di kamar aku enggak?" tanya aku sambil pelan karena aku tidak mau menyinggung Yunki.

Yunki menggelengkan kepalanya. "Tidak, mulai malam ini dan seterusnya kamu harus tidur di kamarku dan denganku," jawab Yunki dengan tegas.

"Baiklah," aku menganggukkan kepalaku.

Aku hanya bisa bisa pasrah dengan apa yang Yunki katakan karena aku malas bertengkar, di tambah ini udah larut malam. Aku juga enggak mengerti kenapa Yunki menginginkan diriku tidur dengannya, padahal diriku benar-benar ingin tidur sendirian di kamar.

"Kapan aku bisa malam pertama dengannya?" batin Yunki yang terus-menerus menatapku.

Setelah sadar. Yunki menepuk pelan pipinya sendiri, bisa-bisanya ia memikirkan hal itu saat situasi seperti ini. Baru juga kembar sembuh udah memikirkan yang aneh-aneh aja, Yunki langsung bangun dari duduknya.

"Biarkan aku yang mencuci kali ini," ucap Yunki yang udah bangun dari duduknya.

"Ta ... tapi ..." Mencoba bangun dari duduk namun Yunki menahan tanganku dan aku kembali duduk di kursi.

"Biarkan aku aja, kamu udah bekerja keras hari ini." Lagi-lagi Yunki mengusap kepalaku.

"Hem, baiklah."

Aku hanya pasrah dengan apa yang di ucapkan Yunki. Lalu Yunki langsung mencuci peralatan makan bekas makan tadi, aku masih duduk di kursi meja makan dan menatap Yunki yang lagi mencuci di wastafel.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C27
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login