Download App
80% Diary Lin

Chapter 4: Suara

Diella mengunyah bakso kecil. Menyeruput kuah bakso. Tenang, seperti tidak ada apapun. Padahal disampingnya Zeline sedang menunggu jawaban.

"Sebenarnya kamu tahu dari mana? Kamu kenal sama Aiman?" Tanya Zeline, menepuk lengan Diella yang empuk.

Bukan jawaban yang Zeline dapat. Justru gelengan kepala beberapa kali, pertanda tidak. "Ngga si. Cuma pernah dengar aja namanya disebutin."

Zeline menyipitkan matanya, masih belum puas dengan jawaban dari Diella. "Aku kira kamu kenal. Yakin ngga kenal?" ucap Zeline, kembali menatap Diella dengan intens.

"Hehe, ngga kok. Beneran ngga kenal, cuma tahu aja." dua jari membentuk huruf V dari Diella, membuat Zeline tidak ragu lagi.

Satu mangkuk bakso habis. Lidah terasa panas karena terbakar oleh saus dan sambal sekaligus panas dari kuah. Perut pun kenyang, namun ikutan panas.

Saskia mengumpulkan uang, kemudian membayarnya pada tukang bakso. Mereka bertiga pun keluar dari warung. Duduk di motor sembari menunggu makanan turun, katanya. Berbincang-bincang singkat seperti biasa. Membahas beberapa hal yang memang terkadang harus dibahas secara pribadi.

"Eh, aku pulang duluan ya. Ada urusan. Kalau kalian mau jalan-jalan ngga papa. Hati-hati yaa." Saskia berpamitan pada Zeline dan Diella.

Kunci diputar ke kanan, mesin motor menyala. Saskia melambaikan tangan sebelum melesat pergi. Meninggalkan Zeline dan Diella berdua di parkiran.

Setelah Saskia menghilang dintara ramainya kendaraan, Zeline mengajak Diella pergi dari parkiran warung bakso. Sepakat keduanya keliling kota besar.

"Jadi, kamu sama dia sama-sama suka?" saat berhenti di perempatan lampu merah, Diella bertanya. Saat itu pembahasan kami tak jauh dari santri putra. Nyambung saja jika Diella bertanya seperti itu.

Zeline sedikit menengok ke belakang, "Ngga tau kalau itu. Intinya aku yang nge-fans duluan."

Mungkin saat itu Diella terkejut, tapi tidak diperlihatkan. Dia memang anak yang terbiasa tetap tenang apapun keadannya. Netral.

"Terus yang chat duluan siapa? Aiman?" lampu sudah hijau, Zeline kembali melajukan motor pinjamannya itu dengan kecepatan sedang. Sebenarnya dia ingin menggunakan kecepatan tinggi. Namun kembali lagi, Diella pasti akan menolak. Dengan alasan lukanya yang kemarin masih basah. Mau tidak mau dia harus mengalah. Demi kebaikan bersama.

Di kota tempat Zeline menuntut ilmu terdapat banyak lampu merah. Harus hapal agar tidak tersesat. Apalagi saat ini diberlakukan 'jalan satu arah'.

Saat berhenti di lampu merah ke tiga, Zeline sedikit menengok. Menjawab pertanyaan yang Diella lontarkan tadi. "Bukan. Aku duluan. Niatnya si cuma pengen disave nomornya. Tapi, jawaban dari Aiman itu yang buat aku sama dia nyampe sekarang masih chat." jujur dan terus terang. Lagian Zeline percaya, Diella adalah orang yang tidak akan menyebarkan cerita receh ini pada orang. Tidak ada gunanya, mungkin ada bagi orang yang tidak menyukai Zeline. Bahan ghibahan.

"Jadi Aiman itu orangnya gimana? Sampai-sampai kamu keterusan chat sama dia?" Diella mendekatkan tubuhnya, supaya Zeline bisa mendengar ucapannya. Karena di jalan raya ramai, takut tidak kedengaran.

"Dia itu orang yang bener-bener diluar dugaan aku banget. Ternyata orangnya asik. Terbukti waktu aku pertama chat dia. Seakan aku sama dia itu udah kenal lama. Dia wellcome banget orangnya. Makanya jadi betah kalau udah chat sama dia. Selalu berhasil bikin mood." Zeline tetap fokus ke depan. Diiringi dengan bercerita pada Diella yang kepo dengan kisah recehnya.

"Wihhh..."

"Minta doanya aja ya. Semoga jodoh. Hehe." pintaku pada Diella. Berharap dengan banya orang yang mendoakan, semoga terijabahkan.

"Amin amin."

Beberapa lampu merah menuju alun-alunterlewati. Zeline dan Diella masih asik dalam perbincangan mereka. Acara keliling kota pun terlaksana tanpa terasa.

"Oh ya, sekarang gantian kamu lho yang cerita. Sebenarnya kamu lagi deket sama siapa? Aku kepo nih."

Diella menahan tawa mendengar pertanyaan dari Zeline. "Ngga deket sama siapa-siapa kok. Cuma ya suka dikit." kata Diella. Membuat Zeline cemberut dibalik masker. Kenapa tidak to the point sekalian? Huh, dasar yaa. Ah sudah tidak apa-apa. Ikuti alur sampai akhir.

"Masa si? Jujur ajalah kaya aku."

"Eh menurut kamu, mungkin ngga si ada yang suka aku?" Diella mengubah topik. Mungkin supaya tidak ditanya tentang orang yang dia suka.

"Mungkinlah. Banyak malahan." balas Zeline.

"Tapi aku ngerasa kaya ngga ada."

What??

Dia ngerasa ngga ada yang suka??

Tidak mungkin!

"Ngga mungkinlah. Pasti banyak. Kamu itu termasuk idaman tau."

Bagaimana tidak dimasukkan ke kategori idaman? Dia cantik, pintar, penghapal Al-qur'an, gampang bergaul dan suaranya pun bagus. Lalu, siapa yang tidak akan menyukainya?

Ah, itu adalah pertanyaan yang tidak perlu ditanyakan. Sudah pasti banyak.

Menurut Zeline sendiri, mungkin saja jarang yang mengungkapkan jika mereka itu suka dengan Diella. Makan dari itu, Diella merasa tidak ada yang menyukainya.

Baik santri putra maupun santri putri, Zeline yakin pakai qof, bahwa penggemar Diella banyak.

"Mungkin si." kata Diella.

"Oh ya, vidio Aiman jangan lupa kirim ke aku lho yaa." Zeline mengingatkan.

Madrasah terlewati. Terlihat banyak siswa maupun siswi yang masih berkegiatan disana. Motor terus melaju diantara kendaraan lainnya. Dua gadis berkrudung itu asik berbincang tanpa bosan.

"Jangan lupa ya? Plise deh kirim." Kali ini demi sebuah vidio Zeline rela memohon. Dia kepo, sekaligus penasaran. Apalagi itu menyangkut Aiman. Rasanya dia ingin tahu lebih banyak tentang laki-laki sederhana itu. Masih banyak misteri yang belum dia ungkap.

"Tapi dengan satu syarat ya." tumben, Diella memberi syarat. Batin Zeline saat mendengarnya.

"Apa?"

"Janji, jangan bilang ke Aiman tentang vidio ini. Takutnya dia nanti tanya dapet dari mana. Soalnya vidio ini itu aku juga dapat dari status temen." jelas Diella, dibalas anggukan oleh Zeline.

"Iya iya. Aku ngga akan bilang kok. Cepet dikirim ya. Pengen denger suaranya aku tuh. Soalnya baru kali ini denger suaranya. Dari pertama chat itu aku sama sekali ngga pernah denger suaranya. Waktu pas dulu latihan pun nggak."

"Okee aku kirim. Tapi ingat ya janji kamu. Awas lho." pada akhirnya Diella mengirim dua vidio yang dia download dari status temannya dengan satu syarat.

Setelah vidio diterima lewat aplikasi hijau, pikiran Zeline terus tertuju pada Aiman. Dia ingin mendengar suara dari Aiman. Si pria sederhana, ajudan pembina.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C4
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login