Download App

Chapter 2: BAB 2. Kenan

"Kita hentikan meeting disini. Saya haru pulang. Kita lanjutkan nanti, Laura, kamu atur ulang semuanya ya."

Kenan masuk kembali ke ruang meeting setelah Alice tiba-tiba mematikan ponselnya. Kenan bergegas mengambil kuci mobil yang dia taruh diatas mejanya dan bergegas ke luar kantor. Menuju ke tempat parkir mobilnya dan menyetir sendiri pergi meninggalkan kantor. Kalau tidak capek kenan lebih suka menyetir mobilnya sendiri. Kenan mencoba cepat, bergegas, menginjam pedas gasnya, membuat mobilnya masuk ke jalanan kota, membelah jalanan kota siang itu, yang harusnya kenan masih di kantor. Tapi demi anak semata wayangnya, putri yang sangat dia cintai.

***

Adel baru saja sampai di rumahnya kembali setelah naik ojek. Dia turun dan memberikan uang untuk membayar ojeknya.

"Makasih non," kata ojeknya yang pamit.

"Sama-sama pak."

Dia itu ojek langganan Adel jadi sudah cukup kenal dekat. Adel masuk kedalam rumah setelah ojeknya pergi.

"Siang pa," adel menyapa papanya yang ada didepan pintu, dengan kursi rodanya.

Papa adel memiliki jantung bawaan, dia jadi kena serangan jantung dan berakhir duduk di kursi roda. Adel memeluk dan menciun pipi sang mama juga mencium tangan sang papa.

"Emm ..."

Papa adel bahkan sudah tak bisa berbicara dengan benar. Bibirnya pun juga sudah terlihat miring dan kaku, tak bisa kembali normal. Adel sangat sedih awalnya melihat sang papa seperti itu, tapi berjalannya waktu adel mencoba tegar untuk papanya.

"Del, udah pulang?" mama tiri adel keluar dari dapur. Dia mama tiri adek, tapi sangat baik kepada adel.

"Iya ma. Tadi baru cek tugas kampus sama nyari projek aja," adel mencium tangan sang mama.

Adel ini mahasiswa jurusan desain interior. Calon arsitek muda perempuan yang hebat. Berawal dari kesukaannya yany mendesai sebuah rumah dan ruangan, adel pun mengambil jurusan yang sama untuk menambah pengetahuannya dan ilmunya dalam bidang mendesain rumah.

"Ma, aku mandi dulu ya. Pliket banget keringetan, kecut," kata adel pada sang mama.

"Iya, mau makan apa nanti? Mau mama siapin atau enggak?" Adel sudah berlari ke dapur, mamanya sedikit berteriak.

"Gak usah ma. Aku nanti masak sendiri aja," teriak adel yang semakin masuk kedalam.

"Oh ya sudah."

Mama abel kembali melanjutkan menyuapi suaminya. Dia berlutut didepan semuanya dan menyuapinya dengan perlahan, sedikit demi sedikit dan telaten. Setelah itu memberikan suaminya obat. Bahkan dia juga mengelap bibir papanya adel dengan lembut.

Maria yang sangat cantik dengan pakaian super ketat dan seksinya berwarna merah merona keluar dari kamarnya. Dia berjalan bak model jalan di panggung. Dengan heels yang sangat tinggi dan bagus. Dengan tas mahal mungilnya yang dia bawa.

"Ma, aku butuh uang," katanya, mengulurkan tangan pada mamanya.

"Ri, kamu bisa gak sih kayak adik kamu adel, dia itu kuliah sambil kerja, gak minta uang loh sama mama dan papa. Kamu tau kan papa kamu kedaannya seperti apa?" Vina, mama tiri adel, berdiri dan menatap kesal anaknya itu.

"Ma, mama inget ya, mama bilang ke aku mama mau nikah sama pak tua ini buat bahagiain aku. Bukan buat merawat dia dan buat aku ikutan susah. Aku gak mau ya ma. Jadi ya mama tepatin ucapan mama."

Vina tak menyangka kalau maria anaknya sendiri setega dan sekasar itu padanya. Vina hanya bisa menangis. Adel baru saja selesai mandi. Dia keluar dan mendengar kakaknya berteriak-teriak pada mama dan papanya.

"Kakak butuh uang berapa?" tanya adel dari belakang maria.

"Satu juta. Kamu punya?" maria berbalik dan menatap adel, yang bahkan tingginya hanya sebahu dia. Badannya lebih kecil darinya tapi dia bisa bekerja dan menghasilkan uang.

"Ada, aku ambilin. Jangan ngomong keras-keras sama papa sama mama tapi kak," pinta abel pada maria.

"Iyah. Mana uangnya?" marima menodongkan tangan kepada abel.

"Bentar."

Abel masuk kedalam kamarnya. Menganbil uang upah kerjaannya tadi, hanya ada satu juta lima ratus. Untuk kakaknya satu juta. Tinggal lima ratus. Adel bingung harus bagaimana. Tapi dia tak mau kakaknya marah-marah ke mama dan papanya. Adel terpaksa mengambil uang itu.

"Ini kak."

Adel kembali ke ruang tamu dan memberikan uang lembaran merah sepuluh kepada sang kakak. Maria tersenyum puas melihat uang ditangannya.

"Nah gitu dong adik aku tersayang. Cari uang yang banyak ya," kata maria mencium pipi adel lalu pergi.

"Maafin mama ya, mama nyusahin kamu sama papa kam."

Setelah maria keluar, vina menunduk menangis tak kuasa menahan air matanya. Adel mendekati mama tirinya itu dan mengusap pinggangnya.

"Gak ma, mama gak nyusahin kita kok. Mama malah bantuin kita, mama jagaib aku sama papa, mama selalu masakin aku sama papa. Mama gak nyusahin kita. Gak apa-apa. Jangan nangis lagi ya ma, aku sedih lihat mama nangis."

Vina menatap adel tak percaya. Dia sangat-sangat menyanyinya walau vina mama tirinya adel. Adel menarik mamanya untuk dia peluk. Mengusap punggung sang mama.

Vina melanjutkan merawat papanya abel. Sementara abel ke dapur untuk memasak makanannya, perutnya sudah sejak tadi kroncongan. Abel hanya membuat telur dadar dan juga roti panggang sampai delapan lapis. Lalu susu coklat yang dia bawa ke ruang makan. Kalau sedang malas makan nasi, ya adel hanya akan memakan ini.

Adel memperhatikan mama dan papanya yang duduk disofa depan tv. Sementara adel duduk di kursi meja makan yang langsumg mengarah ke ruang tv. Dia melihat papa dan mamanya yang sedang menonton tv. Bahkan dari belakang pun abel bisa melihat kalau papany sedikit tertawa melihat pertunjukan komedi dari dalam layar televisi. Abel senang sekali melihat mereka seperti itu.

Kling ....

Ponsel abel berbunyi. Abel membaca pesan didalam ponselnya. Dia akan mendapatkan sebuah pekerjaan dengan bayaran besar. Sebuah projek dengan perusahaan besar. Kenan corporation.

***

Kenan sudah sampai di rumahnya. Dia meninggalkan mobilnya begitu saja didepan rumah dan berlari masuk ke dalam. Dia tak meligat si ceria alice yang biasanya main sambil nonton televisi. Kadang berantakin rumah dengan boneka-bonekanya.

"Alice mana bik?" tanya kenan kepada pembantunya yang kebetulan lewat. Bibik sedanf membersihkan rumah.

"Di kamar tuan. Katanya gak mau makan, gak mau minum, cuma nangis sama oma sama mbak pengasuh," ujar bibio menjelaskannya kepada kenan.

"Oh iya bik."

Kenan langsunh naii keatas, ke kamarnya alice. Dia masuk kedalam kamar alice, begitu dia membuka pintu. Alice menangis lagi dalama pekukan mamanya.

"Oma, alice pengeb mama oma," rengek alice pada neneknya. Mama kenan sampai bingung mau jawab apa.

"Beneran? Minta mama? Alice beneran mau minta mama?" tanya kenan duduk disebelah alice.

"Iya papa. Mamaya besok." pinta alice langsung berbalik ketika mendengar pertantaan papanya.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C2
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login