Download App
5.66% Mr, posesif

Chapter 15: mimpi buruk

"Tidak, kamu Tidak boleh melangkah kesana dek, di sana jurang, ayo kembali ke sini, kamu bilang mau jemput Kaka bukan, ayo sayang, kita pulang bersama, Bibi sudah menunggu kita di rumah Dek!" Niken mengulurkan tangannya untuk menggapai adiknya.

namun, Aldo malah tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

"Tidak, ayah sudah ada di sini, Ayah sudah menjemput Aldo ka, Aldo mau tinggal bersama ayah, Aldo tidak bisa menjaga Kaka lagi!" ujar Aldo sambil tersenyum.

"Tolong, jangan bilang seperti itu dek, ayah sudah tenang di surga, ayah tidak ada di sini!" Niken menaikan suaranya karena merasa kesal.

"Tidak, ayah ada di sini, yang sedari tadi menarik tangan Aldo adalah ayah, apakah Kaka tidak bisa melihatnya?" ujar Aldo dengan senyuman yang sangat tenang.

"Ayah, mana ayah dek, kenapa Kaka sedari tadi tidak melihat ayah?" ujar Niken dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

"Ayah bilang, belum waktunya Kaka melihat ayah, Ayah cuman berpesan agar Kaka bisa hidup bahagia tanpa kami!" Aldo menatap Kakanya dengan tatapan penuh dengan kasih sayang.

"Tolong, tolong jelaskan apa maksudnya dek, Kaka tak mengerti, kenapa kamu mau ninggalin Kaka dek?" ujar Niken sambil menitikkan air matanya.

beberpaa saat kemudian, cahaya kecil tersebut mulai membesar.

senyuman Aldo pun langsung tersenyum lebar.

sedangkan Niken, ia malah semakin resah dan gelisah

"Tidak, jangan tinggalkan Kaka, jangan pergi, Adek harus bertahan di sini, jangan tinggalkan. Kaka Dek!" Niken berteriak sambil menggapai tangan adiknya, namun. Ternyata ia tak bisa menggapainya, hingga akhirnya Aldo menghilang dari hadapan Niken.

Niken menjatuhkan tubuhnya dengan sangat keras.

"Tidak, Jangan tinggalkan aku, kenapa kamu ninggalin Kaka Dek?" Niken menagis dengan histeris.

Niken di alam sadarnya sedang mengigau bahkan menangis meraung-raung.

Kenzo yang terbangun dari tidurnya pun langsung membangunkan Niken.

"Hey, kenapa sayang, bangun!" Kenzo mengelus pipinya Niken, dan akhirnya Niken pun tersadar dari tidurnya

"hiks, Aldo!" ucapan pertama yang di keluarkan oleh Niken.

"Kamu kenapa, memegangnya kamu tadi ngimpi apa, sampai-sampai kamu mengigau seperti ini?" Kenzo memegang kedua belah pipi niken.

"Itu, aku bermimpi kalo Aldo akan meninggalkan aku, aku mimpi kalo Aldo lebih memilih ikut dengan ayah daripada harus kembali kesini, Padahal tadi siang Aldo sempat bilang jika ia akan menjemput aku, tapi. sampai sekarang ia belum ada kabar lagi!" Niken meneteskan air matanya.

"Kamu tau dari mana jika Aldo akan menjemput kamu, apakah kamu yang menghubungi dia?" Kenzo menatap Niken dengan tatapan tajam

Niken diam dan mengigit bibir bawahnya, karena ia tak tau harus bagaimana untuk menjawab pertanyaan Kenzo.

"Jawab, kamu yang menghubungi Aldo, terus kamu pakai ponsel siapa hah?" Kenzo menekan kedua belah pipi Niken.

"aws, sakit. Lepaskan!" Niken meringis kesakitan.

karena melihat air mata Niken yang terus saja menetes, Kenzo pun langsung melepaskan cengkraman itu dan pergi meninggalkan Niken.

Di tinggalkan Kenzo membuat tangis Niken semakin pecah, rasanya ingin sekali ia menghubungi adiknya itu, tapi. Apalah daya, Ia Tak memiliki akses untuk menghubungi keluarganya itu.

sedangkan Kenzo, ia langsung pergi ke kamar pribadinya.

Kenzo memukul tembok kamarnya dan menendang meja yang terdapat di kamarnya itu.

Kenzo tak tau harus bagaimana menghadapi Niken, di satu sisi ia sangat marah karena Niken sudah lancang menghubungi keluarganya tanpa sepengetahuan dirinya.

Namun. di satu sisi ia juga takut jika Niken akan tau kabar tentang adiknya, adiknya yang ia tabrak dan ia berikan mayatnya kepada peliharaan kesayangannya itu.

ke esokan paginya.

di rumah Niken yang berada di kampung.

rumah tersebut sedang banyak di kunjungi oleh para tetangga, entah apa yang sedang terjadi di sana.

rumah yang biasanya sepi, kini berubah menjadi ramai oleh orang-orang yang lalu lalang.

"Kasihan sekali ya Bu Iwan, udah di tinggal suaminya eh sekarang malah dia juga yang pergi, tapi. anak-anak pada kemana ya, ko mereka semua gak keliatan?" ujar sang warga.

"Iya betul, saya juga udah lama tidak melihat anak perempuannya, setelah meninggal ayahnya, sampai sekarang saya juga tidak pernah melihat dia, kemana ya dia perginya?" ujar tetangga yang rumahnya paling dekat dengan rumah Niken.

kini di tengah-tengah rumah tersebut sedang ada sesuatu buang di tutupi oleh kain panjang.

ternyata, itu adalah Bibi Niken dan juga Aldo, Bibi Niken telah meninggal tadi pagi saat ia sedang menunggu Aldo di depan rumahnya, karena udara pagi yang sangat dingin, membuat pernapasan Bibi menjadi sesak.

Hingga akhirnya Bibi menghembuskan nafasnya untuk terakhir kalinya.

para tetangga bergotong royong untuk memandikan dan mengurus jenazah Bibi.

mayat Bibi untungnya di temukan oleh para tetangga yang memang sering lewat di sana.

siang harinya, mayat Bibi sudah di kebumikan dengan sangat layaknya.

sedangkan di rumah Kenzo.

ternyata di sana sedang di adakan pernikahan antar Niken dan juga Kenzo.

pernikahan paksa antara Kenzo dan Niken.

"Nona, kamu sangat cantik!" ujar Sinta sambil membantu membenarkan gaun milik Niken

Tapi, di wajah Niken tidak ada raut wajah yang bahagia maupun senyuman.

Yang ada hanya kesedihan. tangisan yang selalu ia tahan.

"Ayo, Nona tersenyum, apakah Nona tidak bahagia dengan pernikahan ini?" Sinta menatap Niken dengan senyuman.

"Tak bisa, aku tak bisa membohongi perasaanku, entah kenapa hari ini hati dan pikiranku selalu tertuju kepada keluargaku!" Niken sebisa mungkin menahan air matanya.

"Bukannya kemarin Nona sudah menghubungi keluarganya Nona?" Sinta menatap Niken dengan tatapan penasaran.

"Iya, tapi. sampai saat ini dia belum sampai kesini, padahal jarah dari kampung ke sini itu tidaklah jauh, aku takut jika nanti akan ada sesuatu dengan Aldo!" Niken mengambil tisu yang ada di hadapan dirinya.

di lantai bawah, semuanya sudah berkumpul, semua para tamu undangan sudah menanti akan terjadinya janji suci antara Kenzo dan juga Niken.

sedangkan di depan altar, ada seseorang yang menatap altar itu dengan tatapan tajam dan juga sendu

"Meski sekarang kamu akan menikah, aku akan tetap berjuang untuk melepaskan kamu!" ujar Riko yang sedang mengisap sebatang rokok.

Kenzo dengan gagahnya menggunakan jas dengan warna yang senada dengan Niken

senyuman terus saja terhias di wajah tampan itu.

Kenzo melihat penampilan di depan cermin.

"Hari ini, kamu tidak akan bisa pergi dari sisiku, mulai hari ini, kamu adalah separuh dari hidupku, jangan pernah berharap untuk pergi dari hidupku!" Kenzo menatap Poto besar yang ada di depan dinding kamarnya

sedangkan di kampung Niken. para warga tidak berhenti untuk membicarakan perihal kematian Bibi dan juga menghilangkannya kedua anaknya.

Karena, para warga ingin memberi tahukan tentang peristiwa yang di alami oleh Bibinya.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C15
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login