Download App

Chapter 2: Episode 2: Awal Perubahan

Pagi itu semua anak Mbah Surip dipanggil ke rumahnya, Siti yang merupakan anak bungsu Mbah Surip tinggal di belakang rumahnya. Walau demikian tampilan rumah Mbah Surip dan Siti berbeda jauh, alasan Siti tinggal dekat dengan Mbah Surip adalah untuk sekalian merawatnya.

Tarjo nampak belum terbangun dari tidurnya, waktu sudah menunjukkan jam 6 pagi. Ambar nampak tersenyum ketika melihat anak semata wayangnya masih tertidur dalam keadaan pulas sekali.

"Sudah dibangunkan Tarjo?" tanya Bambang.

"Ini mau ibu bangunkan mas." jawab Ambar.

Karena ada suara obrolan dari orangtuanya, maka Tarjo yang sudah biasa bangun pagi tiba-tiba saja terperanjat ketika melihat orang tuanya memakai pakaian bagus merunut mereka.

"hooahhhmmm... pak, Bu, mau kemana sudah rapi gitu?" tanya Tarjo yang keluar dari kamarnya.

"Tuh sudah bangun anak kita mas." ujar Ambar.

Bambang melihat anaknya agak prihatin, karena di umur yang sudah tepat untuk menikah Tarjo masih belum mendapatkan seorang istri. Mungkin karena wajah Tarjo serta kehidupan mereka yang bisa dibilang pas-pasan.

"Cepat mandi nak, Mbah menyuruh kita semua kumpul!" seru Bambang.

"Memang ada apa pak?" tanya Tarjo.

"Nanti juga kamu tahu kalau sudah kesana." jawab Bambang.

Tarjo segera mandi dengan penuh semangat, entah kenapa pada saat itu dirinya merasa berbeda. Seolah dia tahu kalau ada sesuatu yang akan dia dapatkan.

Sekitar 10 menit Tarjo mandi, dia segera masuk ke kamarnya dan mencari baju paling bagus, aroma lemari tercium jelas dari pakaian yang akan dia pakai. Dia colek bagian ketiaknya dan baunya masih saja menyengat walaupun sudah mandi juga.

Tarjo keluar kamar dan menemui orang tuanya yang sudah menunggunya daritadi, Ambar melihat anaknya penuh bangga. Entah kata orang Tarjo tidak tampan tapi bagi Ambar, Tarjo adalah anak kandung yang sangat dia sayangi.

"Ganteng banget anak ibu, apalagi kalau sudah punya keluarga." Ujar Ambar.

Tarjo terdiam tak kala mendengar ucapan dari ibunya, dia tahu kalau orang tuanya ingin sekali melihat Tarjo berumah tangga.

"Ayo, keburu siang."

Tiba-tiba saja Bambang berseru untuk segera berangkat ke rumah Mbah Surip.

Setengah jam perjalanan akhirnya keluarga Bambang sudah sampai disana, ada 3 mobil berjejer di depan rumah Mbah Surip. Tarjo sudah tahu kalau itu mobil siapa saja, hanya saja dia enggan kalau harus memuji milik orang lain.

Tiba-tiba saja mereka dihampiri oleh Sri yang merupakan suami dari Susilo, dia nampak enggan dekat-dekat dengan keluarga Tarjo.

"Bau banget badannya, Tarjo kamu mandi gak sih?" tanya Sri.

"Mandi kok bulik." jawab Tarjo.

"Kok badan kamu masih bau gitu ya, pantas saja kamu belum dapat jodoh. Lihat tuh anak Tante Doni, sebentar lagi bakalan nikah sama Dewi. Kamu tahu kan Dewi itu yah mana?" ujar Sri.

"Iya bulik." kembali Tarjo menjawab seadanya.

"Waduh kalian baru datang, cepat masuk Mbah sudah menunggu dari tadi."

Tiba-tiba sama Giman datang menemuinya Tarjo dan keluarganya.

"Iya mas," timbal Bambang.

Terlihat tatapan tidak suka dari sorotan mata Sri akan keluarga Tarjo.

"Kalian hanya akan mendapatkan ampas saja!" tiba-tiba Sri berujar seperti itu.

"Wus, kamu itu apa-apaan sih Sri!" bentak Giman.

Kemudian Tarjo masuk beserta keluarganya, terlihat juga Siti yang sudah duduk di kursi yang sudah disediakan olehnya.

"Maaf ya mas Bambang, saya jadi mendahului mas buat dipanggil sama Mbah. Soalnya mas lama datangnya" ujar Siti.

"Gak apa-apa, mas masuk dulu ya!" timbal Bambang.

Tidak ada yang terlewat untuk dipanggil oleh Mbah Surip, termasuk Gita yang merupakan anak dari Siti dan Bambang.

"Tarjo, sekarang giliran kamu." ujar Bambang setelah dirinya dan Ambar keluar dari kamar Mbah Surip.

"Iya pak." jawab Tarjo.

Kemudian Tarjo masuk dan menemui Mbah Surip yang sedang terduduk di tempat tidurnya.

"Mbah?" tanya Tarjo.

"Sini duduk dekat Mbah, Tarjo. Mbah punya sesuatu buat kamu." ujar Mbah Surip.

Kemudian Tarjo mendekat dan terlihat Mbah Surip sudah memegang kotak yang ditutupi kain merah. Ketika Tarjo sudah ada didekatnya, maka dengan segera Mbah Surip membuka kotak tersebut.

"Apa ini Mbah?" tanya Tarjo yang heran.

"Benda dalam kotak ini adalah benda-benda yang akan merubah masih kamu." jawab Mbah Surip.

Terlihat ada 3 benda yang dapat dilihat jelas oleh Tarjo pada saat itu, hanya saja dia tidak tahu fungsi benda yang ada di dalam kotak itu. Kemudian Tarjo menunjuk benda berupa minyak dalam botol kecil, lantas dia pun menanyakan kepada Mbah Surip prihal benda itu.

"Ini adalah minyak yang Mbah dapatkan secara susah payah, nampaknya ini cocok untuk kamu Tarjo." ujar Mbah Surip.

"Memang ini minyak apa Mbah?" tanya Tarjo.

"Ini cuma minyak wangi biasa, tapi minyak ini akan menimbulkan efek wangi yang luar biasa ketika kamu tidak mandi, atau setidaknya kamu mandi satu hari sekali." jawab Mbah Surip.

"Maksud Mbah, saya tidak boleh mandi gitu. Terus mana ada yang mau sama saya Mbah?" tanya Tarjo.

"Kamu itu belum tahu yang lainnya, jadi biar Mbah jelaskan semuanya dulu." timbal Mbah Surip.

Tarjo menganggukkan kepalanya dan kembali mendengarkan apa yang di jelaskan oleh Mbah Surip. Tapi ketika mendengar benda yang ketiga, Tarjo nampak terkejut mendengarnya.

"Mbah, apa yang ketiga gak bisa kalau siang saja?" tanya Tarjo.

"Gak bisa, tapi terserah kamu saja. Coba kamu pikir, bagaimana kalau Mbah berikan tiga pusaka ini kepada Doni. Mungkin dia tidak akan berpikir panjang dan akan segera melakukannya." ujar Mbah Surip.

Tarjo terdiam dan segera membawa pusaka yang diberikan oleh Mbah Surip, walau demikian dia masih bimbang dengan segala apa yang di suruh oleh Mbah Surip.

Ketika keluar kamar semua orang menatapnya dan heran dengan ekspresi wajah Tarjo yang datar, mereka tahu kalau Tarjo tidak mendapatkan apa-apa selain pusaka itu.

"Nampaknya kamu gak kebagian harta ya Tarjo?" tanya Doni.

"Mbah Surip itu gak bakalan ngasih harta buat mereka, karena kalau dikasih harta pasti bakalan boros banget." ujar Sri.

"Jangan gitu toh mbak, bukannya Mbak Sri juga boros sampai beli mobil dua." sanggah Siti.

"Kamu juga juga sama, masih kamu gak bakalan jauh sama keluarga mereka. Lihat tuh Gilang, usia muda sudah gak bisa ngapa-ngapain." bentak Susilo.

"Kenapa bawa-bawa masa Gilang segala sih mas?" tanya Siti agak emosi.

"Sudah-sudah, apa kalian gak malu dengan kelakuan kalian yang kata anak-anak." teriak Giman selaku anak paling besar.

"Kami terima semua apa yang dikasih sama Mbah, mungkin ini adalah rezeki kami." ujar Bambang.

"Alah, jangan coba nahan sakit mas!" bentak Sri.

Ingin rasanya Tarjo balas membentak Sri, tapi dia ingat akan perkataan dari Mbah Surip kalau pusaka itu dapat merubah hidupnya. Maka dia bertekad untuk menjalankan apa yang disuruh oleh Mbah Surip agar bisa memakai pusaka tersebut.

Bersambung


Load failed, please RETRY

New chapter is coming soon Write a review

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login