Download App

Chapter 21: Double Date

"Hehehe," ringis Elsana—menyalahkan mesin mobil. Ia siap menuju ke tujuan yang sebelumnya sudah di susun oleh Rey dan Jay.

"Jadi....? Kita berdua—double date gitu ga, sih?" Setelah berpikir cukup lama, akhirnya Reiley menyadari.

"Kayanya sih gitu," ujarnya lagi—saling tatap dengan Elsana. Reiley juga baru ngeh. Ia berniat untuk menumpang di mobil Elsana. Tapi setelah sudah mencapai setengah jalan, malah hal tak terduga sebelumnya baru didapatkannya.

"Ohhh ... gue paham, sekarang yaudah hahaha...." Elsana sontak kegirangan.

***

Setelah sampai setengah jalan, Elsana dan Reiley berniat untuk menepi terlebih dahulu.

"Tunggu gue disini," perintah Reiley ke Elsana. Ia mencoba turun untuk membeli beberapa barang untuk diberikan secara mendadak ke tunangannya.

"Sialan lo emang. Udah tau mau kencan, nggak dari kemarin-kemarin nyiapinnya. Gini kan jadinya, ketar-ketir sendiri lo," bentak Elsana di dalam mobil. Karena Reiley harus pergi, dirinya mencoba untuk menghubungi Rey. Karena mungkin akan sedikit terlambat.

Tuttt ... Tuttt ... Tuttt ...

"Halo, Sayang," ujar suara seorang cowok di seberang sana.

"Lama, ya, Sayang? Maaf, ya. Aku berhenti sebentar ini. Kamu udah di sana? Sama tunangan Reiley, 'kan?" tanya Elsana penasaran.

"Ohh jadi itu alasannya ngga sampai-sampai. Nggak papa, Sayang. Aku tungguin kamu sampe datang. Jangan ngebut, ya. Hati-hati kalo mengemudi. Jay udah disini. Dia juga baru saja sampai," ungkap cowok itu. "Eum yasudah! Sepertinya aku nggak perlu ngasih tau kejadian yang sebenarnya lagi. Karena sepertinya kamu sudah tahu," tambah Rey.

"Iya, baru tahu malah! Aku sama Reiley nggak habis pikir, ternyata ini sudah direncanakan oleh kalian berdua haha."

Tokk ... Tokk ... Tokk ...

Tiba-tiba suara ketokan dari luar jendela menggema di telinga Elsana yang asik mengobrol di telepon itu.

"Bentar, Sayang. Reiley kayanya udah selesai belanja." Elsana membisukan spiker panggilan itu sejenak. Ia berniat membuka pintu mobil yang ia kunci dari dalam, hal itu karena dirinya takut jika ada penjahat yang mungkin akan membegalnya.

"Sialan lo, Els. Masa lo kunci gue dari dalem?" pekik Reiley protes.

"Haha, sorry-sorry. Cepet banget? Beli apa?"

"Ada deh ... yaudah yuk jalan," suruh Reiley yang sudah tidak sabar memberikan hadiah itu.

***

Setelah dapat setengah jalan lagi. Elsana tiba-tiba memandangi cewek yang kini tengah duduk berdampingan dengannya. Entah kenapa Elsana berpikir bahwa Reiley begitu random. Ada apa dengannya? Awal-awal sangat tertekan dengan perjodohan itu. Namun semakin kesini, kenapa Reiley semakin berubah? Dalam arti, seperti sudah mempunyai rasa ke cowok itu. Elsana beberapa kali berpikir, apakah secepat itu? Apalagi pertunangan mereka belum lama ini. Bagaimana bisa secepat itu?

"Ley, lo jujur sama gue." Elsana mendahului pembicaraan.

"Ngomong, aja. Kenapa pake jujur-jujuran segala sih? Biasanya gimana?" ketus Reiley lirih, sibuk bermain ponsel.

"Gue liat, lo sepertinya udah punya perasaan sama, si, Jay. Emang bener? Secepat itu? Atau malah...." Elsana tiba-tiba berhenti berucap.

"Malah apa?" Reiley masih fokus memainkan ponselnya. Ia benar-benar hanya menyaut tanpa memalingkan wajahnya.

"Lo udah jadian lama sama tuh cowok?" tebak Elsana ngaco.

Jari jemari yang tadinya sibuk menekan tombol di layar ponsel, kini seketika berhenti kala Elsana berkata seperti itu. Reiley perlahan menolehkan kepalanya menyamping. Ia melihat adanya seorang cewek yang tengah menyetir dengan kecepatan tinggi, baru saja berbicara mengada-ada kepadanya.

"Kenapa diem, Ley? Jadi bener dong? Lo diam-diam punya cowok selama ini? Hehe," lirih Elsana menggigit bibir bawahnya. Tampak kepanikan diwajahnya. "Apa gue baru saja memancing amarahnya?" gumam Elsana dalam hati—menggertak giginya pelan. Wajahnya menciut mencoba menerima umpatan Reiley yang mungkin akan menjebolkan gendang telinganya.

"Elsanaa!!!" memekik cukup keras. Namun tidak diselimuti dengan amarah. Melainkan tawaan. "Hahaha ... lo ngelawak mulu ahh."

"Eumm ... haha iya gue bercanda, ya. Jangan dimasukan ke dalam hati. Gue bener-bener cuma bercanda tadi haha." Meninju pelan lengan Reiley.

"Iya, Els! Iya haha." Reiley menarik senyumnya lebar.

"Gue tau kok, kalo lo itu nggak akan baper haha." Elsana kembali fokus mengemudi. Dirinya bernafas legah setelah Reiley tidak memasukkan ucapannya itu kedalam hati.

***

"Kak, kok lo pake celana ketat seperti itu? Tumben banget woy!" Esme memekik keras dengan gaya.

"Nyaman aja! Mumpung nggak ada anak-anak," jawab Elend seraya mengeratkan tali sepatunya. "Baiklah, kita mulai olahraga. Kuat nggak 2 jam?" tantang Elend. Ia ingin menguji kemampuan Esme dalam bermain badminton. Memastikan apakah ada perkembangan.

"Gue udah jago, Kak. Lihat saja nanti," tantang Esme balik. Ia juga mengeratkan tali sepatunya. Pakaian khusus untuk bermain badminton yang dikenakannya juga terlihat nyentrik, dengan sepatu model terbaru yang baru saja di belikan oleh papanya saat pulang dari Hawaii.

"Okee," lirih Elend merentangkan kedua tangannya untuk pemanasan terlebih dahulu.

"Kak, biasanya jam segini, hari ini, detik, ini, menit ini, kita semua lengkap berkumpul. Ghibah sana-sini, saling support satu sama lain. Karaoke, melukis, main permainan aneh yang nggak pernah dimainkan orang-orang sebelumnya. Duh kangen banget tau, ngga," rengek Esme. Ia malah teringat akan masa-masa sebelum masalah menerpa. Dirinya benar-benar merasa mengganjal dalam pertemanannya akhir-akhir ini.

Elend yang sudah memegang gagang raket itu seketika diam terpaku. Raut wajah yang tadinya bersemangat, kini berubah memerah keras. Dan tubuhnya tiba-tiba dingin.

"Kak, kok jadi ngga mood, ya gue? Pengen kumpul bersama lagi kaya dulu." Esme tiba-tiba melempar raketnya. Ia duduk di pelataran ruang terbuka yang akan dijadikannya untuk bermain badminton dengan Elend.

"Esme, kita keluar yuk? Kok gue jadi lemes saat ingat masa-masa itu," ajak Elend.

Alhasil, mereka mengurungkan niat mereka untuk bermain badminton. Dan lebih memilih untuk mencari Ellera dan Sellena yang tidak berada di Eleranda Palace akhir-akhir ini.

"Pake mobil gue aja. Nanti kalo ada apa-apa biar gampang." Elend enggan di paksa Esme naik mobilnya. "Udah deh, jangan memperlama! Pake mobil gue aja. Gue takut mama lo marah. Lo itu masih di bawah umur Esme ... engga! Gue bilang engga ya engga! Udah ayo naik," paksa Elend menyeret tubuh si maknae yang sangat ingin sekali membawa mobil barunya.

Sorot mata Esme begitu tajam. Ia begitu kecewa karena Elend meremehkannya. "Emang ngaruh kalo gue masih 16 tahun? Ahhhh...." rengek Esme menendang-nendang sesuatu yang dilihatnya.

"Terserah, pokoknya pake mobil gue!"

Elend dan Esme sudah berada di dalam mobil. Tujuan mereka kini akan keluar kota. Sesuai informasi dari pihak kampus Ellera dan Sellena, yang sebelumnya Elend sudah mencari tahu. Elend kini sudah tahu lokasi keberadaan Ellera dan Sellena. Ia berniat untuk segera menyusulnya.

"Jangan memperlama. Ayo hilangkan amarahmu itu. Bantu gue, lo pasang Google Maps coba. Gue harus mengemudi dengan kecepatan tinggi. Biar cepet nyampe," suruh Elend yang sudah keluar dari basemen parkir bawah tanah Eleranda Palace.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C21
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login