Download App

Chapter 9: TUAN MUDA SAKIT

Smith memegang kepalanya ia hampir kehilangan kesadaran dan memegang pundak Adeline, gadis itu langsung menahan tubuh kekar yang lebih besar darinya itu.

"Hei, kamu kenapa?" Adeline tampak panik.

"Kepalaku sakit" jawab Smith lirih.

Sofia masih terbangun di jam itu, dan ia menghampiri Smith dan Adeline.

"Tuan muda, anda kenapa saya bantu ke atas" Sofia tampak lebih panik dari Adeline yang kepanikan nya hanya di ambang batas wajar.

Sofia memapah Smith yang tampak sangat tak kuat menahan sakit kepalanya.

Namun baru satu kaki Smith ia naikan ke anak tangga, Smith melepaskan tangan Sofia. "Sofia aku bisa sendiri, jangan naik ke atas dan patuhi peraturan seperti biasa" Smith mengucapkan kata-kata dengan cukup jelas, walau satu tangan tak lepas dari kepalanya.

"Aku akan merawatnya, jangan khawatir" Adeline menyela ucapan Smith.

"Tapi tuan muda sedang sakit, aku akan membawakan obat kalau begitu"

"Aku seorang Dokter, aku akan merawatnya"

"Tapi kamu belum menjadi Dokter" Sofia menatap wajah Adeline tanpa berkedip.

"Aku calon istrinya, dan akan menjadi istrinya!" Adeline mengucapkan ini dengan pasti.

Tatapan Sofia tampak menahan kekesalan serta amarah. Sementara gadis itu memapah Smith ke lantai dua, tanpa ada penolakan dari pria itu.

Smith membuka handle pintu dan membiarkan Adeline masuk ke sana, kemudian membantunya merebahkan tubuh di atas ranjang yang berukuran super besar itu.

Adeline memegang kepala Smith, ia melihat keringat dingin mulai bercucuran. Hal pertama yang gadis itu lakukan adalah membuka kancing kemejanya, karena hawa panas di dalam kamar itu.

Adeline menyalakan pendingin ruangan dalam mode sedang, kemudian mencari lap dan membawa satu mangkuk besar air. Ia mulai mengompres kepala Smith, kemudian meletakan lap basah sebentar di bagian perutnya.

Namun Smith tampak sangat panas sampai ia mengigau. "Larine, tidak jangan pergi aku mohon jangan" ucapan itu berulangkali keluar dari mulut Smith.

Adeline berpikir bahwa ini adalah tingkat panas yang cukup tinggi, sehingga ia mengambil es dan mengompres Smith dengan air yang lebih dingin.

Tangannya turun ke dua kancing terakhir kemeja itu, namun Smith memegang tangan Adeline secara tiba-tiba. "Jangan, kamu bisa tinggalkan aku sendirian"

"Tidak aku tidak akan meninggalkan mu" Adeline memaksakan kehendak dan berpikir Smith sedang mengigau.

"Jangan buka baju bagian bawah, jangan berani melihatnya" tangan lelaki itu semakin kuat mencengkram.

"Baiklah aku tidak akan membukanya, tapi biarkan aku disini sampai demam mu turun"

Tanpa kata-kata lagi, Smith tampak tertidur. Adeline pun tidak berani membuka baju Smith lebih lebar, ia hanya mengganti kain di kening dan dada Smith dengan rendaman kain air es itu.

Semalaman Adeline tidak tertidur, ia menarik satu kursi dan duduk di sisi ranjang Smith. Setiap 15 menit sekali ia mengecek suhu tubuh lelaki itu.

Sampai waktu menunjukan jam 5 pagi tampaknya kantuk yang super kuat menyerang Adeline, hingga gadis itu terlelap tepat setelah mengganti kain di atas kening Smith.

Tetesan air yang mengalir ke arah daun telinga, membuat Smith tersadar dan mengerutkan kepalanya. Ia membuka mata dan menyadari kain-kain di dada dan keningnya.

Ia menoleh ke arah Adeline yang tertidur dengan tangan yang keriput karena air yang terus ia pegang semalaman. Smith tersenyum dan menaikan sebelah bibirnya. "Kamu benar-benar bertindak sebagai Dokter nona muda" lirihnya.

Ia kemudian mengganti posisi nya dan duduk, kemudian menoleh ke arah kemeja bagian bawahnya dimana dua kancing tidak terbuka, lalu teringat saat ia bilang pada Adeline untuk tak membukanya.

Lagi-lagi ia tersenyum. "Gadis penurut" lirihnya lagi.

Setelah mendongakkan kepalanya ia merasa baikkan, dan Adeline terbangun tepat beberapa jam setelah ia tertidur. Betapa terkejut nya dia setelah bangun dan melihat Smith yang sudah berganti pakaian dan menatap nya.

"Hei, apakah kamu sudah bangun dari tadi?"

Smith mengangguk." Aku sudah bangun sekitar 4 jam lalu"

"4 Jam?" Adeline langsung mencari arah jam begitu mendengar ucapan Smith.

Benar saja sekarang sudah jam 9 pagi, matahari juga tampak sudah menyelinap dari bagian gorden kamar lelaki itu.

"Jadi apakah aku tertidur sangat lama! Kamu seharusnya membangunkan aku"

"Aku tahu kamu menjagaku semalaman, terimakasih untuk itu"

"Ya, anggap ini sebagai praktek pertamaku"

"Jadi apakah aku bahan percobaan?"

"Bisa di bilang begitu, aku akan membawakan mu obat kalau begitu"

"Apakah kamu tahu penyakitku?" tanya Smith.

"Tidak, yang aku tahu kamu hanya panas"

"Kalau begitu ambil stetoskop mu dan coba check bagian tubuhku"

"Tapi aku belum jadi Dokter, sehingga aku tidak mau salah diagnosis"

"Tapi kamu juga menawari aku obat dan sudah terlanjur menjadikan aku bahan percobaan"

Adeline benar-benar kehabisan kata-kata. Kalau begitu aku akan membawa stetoskop ku.

Gadis itu keluar dari kamar Smith dan kembali lagi membawa stetoskop dan alat untuk tensi darah.

Asisten rumah tangga melihat nona mudanya keluar dengan rambut acak-acakan dari lantai dua, dan segera kembali kepada atas.

Hal itu membuat mereka menerka-nerka apa yang dilakukan tuan mudanya.

"Bolehkah aku masuk?" Adeline mengetuk pintu kamar Smith lagi.

"Tentu saja, kamu sudah masuk dan keluar sedari tadi"

Ia tersenyum dan memasuki kamar Smith kemudian duduk di tepi ranjang. "Okay aku akan melihat tekanan darahmu dulu, maaf" ucapnya sembari memegang tangan Smith dan mencari urat nadinya.

"Hem, darah mu cukup normal 120/100, sekarang kita lihat bagian lidah kamu julurkan dulu" Adeline mengeluarkan senter kecil dan melihat lidah lelaki itu yang terlihat putih menandakan panas dalam akut.

"Aku akan memeriksa sebentar, maaf" ia kini memeriksa dan menempelkan stetoskop di bagian perut Smith" Adeline mengerutkan dahinya karena mendengar degupan jantung Smith yang tampak tak beraturan.

"Darah mu normal, tetapi apakah kamu punya riwayat sakit jantung sebelum nya, padahal kamu tidak sedang berlari juga" kini mata Adeline tertuju pada mata Smith yang sedang menatapnya.

Seiring tatapan itu, suara di stetoskop nya semakin keras. Adeline langsung menarik stetoskop itu.

"Aku rasa kamu panas dalam, dan kekurangan cairan apakah kamu ingin mendapatkan infus?"

Smith menggeleng kan kepalanya.

Adeline kemudian mengambilkan minum dan obat panas dalam untuk Smith.

"Aku akan menyuruh orang bawah memasak sayuran bening untukmu, agar kamu cepat pulih"

Baru saja Adeline akan berdiri dari duduknya, tangan Smith menarik tangannya. Ia tampak sangat terkejut, bibir mereka beradu bukan karena tanpa sengaja, tapi kesengajaan yang dilakukan oleh Smith.

Lelaki itu memejamkan matanya, dan mata Adeline yang terbuka lebar karena keterkejutan nya membuat dadanya bergemuruh. Kini jantung nya yang berdegup kencang.

Adeline yang tersadar setelah beberapa saat Smith melumat bibirnya langsung menarik diri dan memegang bibirnya yang basah itu. "Apa yang kamu lakukan?" tatapannya pada Smith penuh kebingungan, ia kemudian berlari sekarang keluar dari kamar Tuan Muda itu.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C9
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login