Download App

Chapter 25: KEMBALI KE SARANG SINGA

Sundari sama sekali tidak menyangka jika tamu yang datang adalah Kartika. Ia merasa senang ketika Rivan menebus Kartika dari mami Sonia. Wanita itu tidak menyangka sama sekali jika Kartika akan kembali ke sini.

"Apa yang terjadi, Nak? Kenapa kau ke sini? Bukankah Rivan sudah-"

"Aku hamil, Bu. Ini anak Rivan."

Sundari menutup mulutnya. Ia tidak menyangka sama sekali jika saat ini Kartika kembali hamil.

"Nak ... bagaimana bisa semua ini terjadi?"

Kartika tidak menjawab, ia menubruk tubuh Sundari dan menangis dalam pelukan wanita cantik itu.

"Ibu akan menjagamu, apa kau mau mengugurkan anak ini?' tanya Sundari.

Kartika menggelengkan kepalanya perlahan.

"Tidak, Bu. Kasian anak ini."

"Apa kau sudah yakin?" tanya Sundari.

"Kalau dia tidak mau ya jangan paksa."

Kartika dan Sundari menoleh, Sania tengah berdiri sambil menatap Kartika dengan senyum culas. Selama ini ia menyuruh seseorang untuk memata-matai Kartika. Dan ia senang sekali ketika KArtika memutuskan pergi dan juga akhirnya kembali lagi ke Bandung.

"Kalau kau mau, mami bisa memberimu pekerjaan," kata Sania.

"Tidak, Mami. Saya tidak mau lagi menjadi wanita penghibur," jawab Kartka dengan tegas.

"Tidak,aku akan menawarkan untuk kau bekerja di rumahku sebagai juru masak. Aku tau masakanmu enak, Kartika. Memasak tidak akan mengganggu kandunganmu,kan?"

Sundari menatap Sania sambil mengerutkan dahi. Jujjur saja ia tidak percyaa dengan perkataan Sania. Ia tau betul apa yang ada dalam pikiran wanita itu.

"Jangan menatapku seperti itu, Sundari. Aku tidak sedang menjebak Kartika. Aku sudah mendengar percakapan kalian tadi."

"Biarkan saja dia tinggal di sini bersamaku," kata Sundari.

"Ya tentu saja dia bisa tinggal di sini. Dia hanya perlu datang ke rumahku untuk memasak saja. Setelah selesai dia bisa pulang ke sini."

Kartika menatap Sundari dan Sania bergantian.

"Baik, Mami aku mau menerima tawaran Mami. Jika anakku sudah lahir baru aku akan mencari pekerjaan yang lain."

"Nah,begitu kan lebih baik, Kartika. Aku hanya kasian kepadamu," kata Sania.

"Tapi,aku mohon jangan sampai Rivan tau keberadaanku, Mami, Bu. Aku tidak mau dia mencariku dan berharap untuk bisa bertanggung jawab."

"Rivan sudah menikah dengan tunangannya, Kartika," ujar Sundari.

Meski sudah tau jika Rivan mempunyai tunangan tak urung hal itu membuat Kartika sakit juga. Ia sangat mencintai Rivan dengan sepenuh hatinya. Tapi, dia bisa apa jika dibandingkan dengan tunangan Rivan dia tidak ada seujung kuku.

***

Usia kandungan Kartika sudah memasuki minggu terakhir. Dia masih bekerja di rumah Sania sebagai juru masak. Sania juga memperlihatkan sikap yang baik kepada Kartika.

"Aku ini kasian sama kamu. Masih muda,tapi kok nasibnya begini amat. Sabar ya, Tika. Semoga anak kamu kelak bisa membuat derajatmu naik," ujar Sania.

"Terima kasih, Mami."

"Kau tidak mau bertemu dengan ibumu?" tanya Sania.

"Dia bukan ibu kandung saya, Mami. Jika dia ibu saya masa dia tega menjual saya."

Kartika tak kuasa membendung air matanya. Bagaimana mungkin orang lain bisa demikian baiknya, sementara ibu kandung sendiri tega membiarkan anaknya menderita.

"Aku mengerti perasaanmu,TIka. Ya inilah namanya hidup tidak selamanya berjalan dengan mulus. Sama dengan kehidupanku dulu."

"Apa Mami tidak mau berhenti dari pekerjaaan Mami sekarang?" tanya Kartika. Sania hanya tertawa terbahak-bahak.

"Aku tidak punya siapa-siapa Kartika. Hidup seperti ini sudah jadi suratanku."

***

Malam itu, Kartika merasa perutnya mulas luar biasa. Tak kuat untuk bangkit Kartika pun spontan berteriak minta tolong.

Tak lama kemudian, Sundarri datang dan langsung menghampiri Kartika.

"Ya Allah, ini mau lahiran. Ayo cepat panggil Bu Bidan saja. Tidak mungkin lagi Kartika bisa berjalan," kata Sundari pada anak buahnya. Kartika benar- benar tidak tahan rasa sakitnya sehingga ia hanya bisa berteriak kesakitan sambil meremas sprei.

"Tahan ya Nak ,memang begini rasanya kalau mau melahirkan," kata Sundari.

"Sakiiit!" pekik Kartika.

"Atur Napasnya Tika, pelan- pelan ya."

Kartika berusaha untuk mengikuti perkataan Sundari , tetapi setiap mulas datang, ia menjerit kesakitan. Hingga akhirnya saat Bidan datang rupanya Kartika sudah pembukaan delapan.

Bidan pun membantu Kartika dan memberikan instruksi supaya Kartika bernapas dengan benar.

Hingga akhirnya menjelang tengah malam, Kartika pun berhasil melahirkan bayinya dengan selamat. Bayi yang cantik dengan mata yang bulat dan hidung mancung. Mirip sekali dengan Rivan. Tangis Kartika pecah seketika saat melihat bidadari kecilnya lahir dan mulai menyusu kepadanya.

"Kalau bisa, jangan ditinggal sendiri ya. Kondisinya kan baru saja melahirkan. Jangan bergerak dulu, suaminya ke mana?"

Kartika hanya diam saat pertanyaan itu dilontarkan kepadanya.

"Kartika ini janda, Bu bidan," jawab Sundari.

"Oalah, kalau begitu minta tolong siapa yang bisa membantu," kata Bu bidan dengan iba.

"Biar saya yang menjaga di sini, Bu," jawab Sundari.

"Oh, ya sudah kalau begitu. Saya permisi dulu, ya."

"Bu, bayarannya ...."

Kartika baru saja akan bangun, tapi Sundari mencegahnya. "Pakai uang Ibu saja dulu," ujarnya sambil memberikan sejumlah uang kepada Bu bidan.

"Akan kau beri nama siapa anakmu?" tanya Sundari. Kartika termenung sejenak.

"Dania Putri Prasasti, Bu."

"Masya Allah, namanya bagus sekali. Semoga saja kelak bisa menjadi anak yang baik dan berbakti,ya."

"Amin."


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C25
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login