Download App

Chapter 2: Masa di Bangku SMK Part 2

Hari berjalan lambat hingga tiba pagi hari, pagi itu Saiful yang duduk-duduk di depan rumahnya sambil menyeruput secangkir teh, dengan sebongkah roti yang menjadi teman di pagi hari.

Matahari mulai menampakkan pesona cahayanya membuat badan terasa hangat, dalam hati Saiful berkata, "Hmm ... kenapa saya tiba-tiba ke ingat Rahel, dia sekarang lagi ngapainnya, andai saja saya tahu rumahnya, bisa saya kerumahnya lalu berangkat sekolah bersama."

"Eh ... apaan sih kamu ini ... ingat masih baru masuk sekolah, berteman saja jangan aneh-aneh ya," ujar Saiful pada hatinya.

Kring ... Kring ... Kring

Suara nada dering Hp Saiful berbunyi terlihat di layarnya nama yang tidak asing lagi yaitu Yolanda dia mantan pacarnya saat dibangku SMP, Saiful mengangkatnya belum dia berkata Yolanda menyapa duluan, "Sayang ... dimana ini ketemuan yuk."

"Hmm ... Yolanda ingat kita sudah pisahan ya ... jangan masuk-masuk lagi dalam kehidupanku, sana kamu pergi bersama pacarmu itu siapa namanya lupa saya," tutur Saiful yang merasa jengkel karena cintanya sempat ditolak.

"Sayang! Saya masih mau bersama dengan kamu, berilah kesempatan satu kali lagi, saya akan setia padamu, beneran," kata Yolanda yang masih menaruh harapan besar pada Saiful.

"Sudahlah, kamu jalani kehidupanmu sendiri, saya jalani kehidupanku sendiri, kita sudah tidak ada hubungan apapun kita kalau boleh hanya sebatas teman," ujar Saiful.

"Sayang! Maafkan saya! ... Saya menyesal sudah pernah membiarkanmu, beneran sekarang saya akan berserius, pokoknya sampai kapanpun saya akan mengejar cintamu, siapa saja yang mendekatimu akan melewati saya dulu saya tidak rela jika kamu dimiliki orang lain," ujar Yolanda yang kemudian menutup telfonnya.

"Halo ... Halo ... Halo, Yolanda! Ih ... mengapa coba masih masuk dalam kehidupanku, kemaren saja kamu menolak dan menduakan cintaku kini kamu hadir lagi dalam kehidupanku, malah kamu mengancam." ujar Saiful.

Dari belakang rumah terdengar suara, yang memanggil-manggil.

Saiful! ... Saiful! ... Saiful!

Ibunya memanggil dari dapur.

Dengan cepat Saiful menemui Ibunya saat berada di depannya seraya berkata, "Iya Ibu! Ada apa?"

"Ini sudah siap hidangannya, silahkan sarapan lalu berangkat sekolah lihat itu jam sudah menunjukkan pukul 06.15 wib, jangan dibiasakan terlambat, itu sudah Ibu siapkan," tutur Ibunya yang terlihat sibuk menyiapkan sarapan untuk anak-anaknya.

"Iya ... Bu ... Ibu memang wanita terbaik yang ada di dunia ini, Ibu selalu menyiapkan kebutuhan Saiful dan adek-adek Saiful, walau Ibu sendirian mengasuh anak-anak Ibu, Ibu tegar dan sabar, Ibu! Saiful Cinta Ibu jangan tinggalkan Saiful ya Bu," tutur Saiful yang mulai duduk dan menikmati menu sarapan paginya.

"Saiful! Sudah jangan bicara seperti itu, nanti malah keinget Ayahmu yang meninggalkan kita semuanya demi kedudukan jabatannya, Saiful nanti kalau sudah berkeluarga pesen Ibu jangan bekerja hingga harus berpisah dengan keluarga, lama-kelamaan rasa kasih sayang akan berkurang kepada keluarga apa lagi kalau sudah cinta pekerjaannya," terang Ibu.

"Iya ... Ibu Saiful akan mengingat nasihat Ibu, Ibu memang motifasi Saiful," ujar Saiful sambil memandang Ibunya sesekali dia memasukkan nasi ke dalam mulutnya.

"Ya sudah nanti kalau sudah selesai cepat-cepat berangkat ke sekolah, Ibu mau mengantar adek Zidan berangkat sekolah, maklum masih Sekolah Dasar kelas 3 apalagi jarak sekolah terhitung jauh jadi Ibu tidak tega," terang Ibunya.

"Iya Ibu siap," sahut Saiful yang terlihat lahap sekali menelan nasi beserta lauknya sesekali dia minum air putih untuk menghilangkan rasa dahaganya.

"Zidan! Ayo minta izin pada kakakmu lalu kita berangkat," Ibu memerintahkan Zidan berjabat tangan dengan Kakaknya.

"Kakak! Zidan berangkat duluan ya ... dada kakak, Assalamu'alaikum," sapa Zidan sambil mencium tangan Kakaknya.

Tak lama Zidan dan Ibunya tidak lagi terlihat seperti dimakan tembok rumah.

Kini Saiful seorang diri didalam rumah, selesai sarapan bersiap-siap diapun juga berangkat ke sekolah dengan mengendarahi sepedahnya.

Dengan keren dia mengendarahi sepedahnya dengan rambut tertata rapi, dengan tebaran senyum manisnya membuat siapa saja yang melihatnya dapat tergoda oleh ketampanannya sayang dia masih sekolah.

Terlihat para murid-murid mulai berdatangan hingga hampir penuh seisi sekolahan itu, para cewek-cewek termasuk juga Rahel menyaksikan Saiful datang dengan mengendarahi sepedanya menjadi takjub seperti terhipnotis.

"Rahel ... Lihat tuh pangeran turun dari langit mau menjemputmu, lihat kedipan matanya, senyumnya hmm ... hati siapa yang tidak meleleh melihatnya," kata Sulis pada Rahel yang terlihat senyum-senyum sendiri tetapi dia tahan.

"Ih ... kamu ya ... mulai deh, eh saya kasih tahu ya ... memang saya kalau didekat dia bergetar hati ini, tapi pastilah dia sudah punya pacar, secara diakan ... kamu lihat sendiri siapa wanita yang tidak memujinya, saya tidak maulah nantinya malah jadi ribet." kata Rahel yang masih memandang Sulis, sesekali dia menoleh ke arah Saiful.

Tak lama bel sekolah berdering ...

Kring ...!

Pertanda masuk sekolah.

Kini Saiful duduk bersebelahan dengan Rahel lagi, Saiful tidak membuang kesempatan begitu saja dia memberanikan diri untuk bertanya dengan berkata, "Mbak perkenalkan nama saya Saiful, Siapa nama kamu?"

Dengar hati berdebar dia menjawab, "Nama saya Rahel," dengan menatap tajam Rahel hampir tidak menyangka tiba-tiba dia mengajak berkenalan dan mengajak bersalaman.

"Sebang berkenalan denganmu, maaf kemaren belum sempet kenalan padahal satu bangku," terang Saiful yang sambil meletakkan tasnya kemudian berdiri dan berkata dengan lantang, "Maafkan saya teman-teman kemaren belum sempat berkenalan dengan kalian, perkenalkan nama sanya Saiful," tutur Saiful yang kemudian duduk kembali.

"Tiba-tiba para cewek mendekatinya dengan berebut bersalaman dengannya salah satunya Sulis, dia berkata, "Perkenalkan juga nama saya Sulis panggil saja Sulis murid termanis di kelas ini."

Maka se isi kelas berteriak serentak, "Huuu ...,"

Maka mereka pun satu persatu berkenalan dengannya, tiba-tiba dari pintu kelas terlihat bayang-bayang yang semakin lama semakin terlihat jelas akan masuk ke kelas.

Ya Bapak Guru yang akan mengajar di kelas itu,

Namanya Bapak Guntur yang berkumis tebal membuat para murid-murid menjulukinya Bapak Kumis.

"Selamat pagi murid-murid," sapa Bapak Guntur.

"Pagi Pak," sahut murid-murid dengan serentak.

Waktu terus berjalan tibalah waktu istirahat, Saiful mengajak Rahel ke kantin untuk makan.

"Rahel!" Ada acara tidak," tanya Saiful padanya dengan nada lembut serta senyuman manisnya.

"Hmm ... Kayaknya tidak ada tuh ... kenapa ya," tanya Rahel dengan suara manjanya.

"Mari kita ke kantin, kita makan bersama, ya itung-itung ngerayain perkenalan kita, kitakan jadi teman sekarang," terang Saiful dengan menghadap padanya.

"Hmm ... Bagaimana ya ... Masak kita berdua nanti ada yang marah," ujar Rahel.

"Siapa yang marah tenang saja, kan kita tidak ngapa-ngapain hanya makan, ya boleh lah kamu ajak teman setiamu yang penting jangan satu kelas," tutur Saiful.

"Baiklah kalau begitu, Sulis mari kamu ikut ke katin kita makan-makan," ajak Rahel.

Sulis yang mendengar ajaan itu dia berkata, "Waw dengan senang hati, yang penting saya jangan dijadikan obat nyamuk ya," ledek Sulis pada Rahel.

"Apaan sih kamu ini, jangan ngaco deh, ya udah mari kita berangkat sekarang, keburu masuk lagi," kata Rahel yang mulai berdiri kemudian beranjak pergi bersama teman-temannya.

Nah, Bagaimana kisah kelanjutannya? Apa yang akan terjadi di Kantin ikuti kisahnya.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login