Download App
1.65% Last Boss

Chapter 3: Chapter 3 - Pelayan

Edward sudah mengetahui dasar dari dunia ini, itu memudahkan dirinya karena tahu apa yang selanjutnya ia lakukan. Edward sekali lagi membuka layar status, memeriksa ulang semuanya.

'Ras Iblis, Aku benar-benar menjadi Kaisar dari Iblis ya … Ah.'

Perhatiannya tertuju kepada status yang lain. Level, kekuatan, pertahanan, resistensi dari segala elemen.

"Semuanya sama persis seperti status Boss terakhir, ah aku merasa melakukan Cheat."

Rasa bersalah ia rasakan untuk sesaat, Edward menutup layar dengan memejamkan matanya. Berjalan ke pintu, sekali lagi ia merasakan rasa bersalah namun berbeda dengan sebelumnya. Beberapa saat yang lalu sudah membentak seorang perempuan tanpa sengaja, ketakutan dan rasa gugupnya saat berada di tempat asing dan bertemu perempuan membuatnya lepas kendali dan membentak tanpa pikir panjang. Edward merasa sangat bersalah ketika mengingat itu sampai ia ragu membuka pintu dan mematung sesaat di depan pintu.

Edward menggelengkan kepala dengan kuat, berusaha untuk tidak memikirkan hal itu lagi. Ia memegang gagang pintu dan memutarnya, ketika melangkah keluar ia melihat dari sudut matanya seseorang berdiri tepat di samping pintu. Langkah Edward terhenti, terkejut tanpa mengeluarkan suara sedikitpun.

"Paduka."

Itu perempuan yang sebelumnya, perempuan pelayan yang ia bentak sebelumnya. Perempuan itu seketika berlutut ketika sadar Edward keluar dari kamar, memejamkan matanya terlihat begitu jelas wajah penyesalan dan ketakutan di wajahnya. Jantung Edward berdegup kencang, ia juga merasa bersalah tapi rasa gugup ketika melihat perempuan benar-benar membuatnya canggung.

Sebuah layar muncul dari pandangan Edward ketika melihat perempuan itu. Nama dan level terpampang di layar itu juga bar berwarna merah, biru dan hijau yang berbaris sejajar.

'Bar merah menandakan kesehatan, bar biru menandakan energi mana, lalu bar hijau menandakan kesehatan. Benar-benar mirip dengan Aester World, apa itu berarti benar? Lalu level … Huh!?'

Mata Edward terbelalak melihat level wanita itu. Level 100, meski hanya seorang pelayan, ia memiliki level yang setara dengan monster di hutan ilusi–salah satu area di game Aester World. Edward mencoba menutupi ekspresinya itu dengan membuang wajahnya dari wanita itu.

"Paduka, maafkan Saya."

Hal itu semakin membuat Wanita itu semakin bersalah, ia menguatkan posisinya sekarang dan menunduk dengan ketakutan yang luar biasa.

"Ah tolong berdiri," Ucap Edward panik.

"Tidak! Saya sudah lancang kepada Anda, tolong maafkan Saya," Wanita itu tetap dengan keputusannya.

Ia semakin merasa bersalah melihatnya berlutut, membuat seorang wanita berlutut di depannya Edward merasa sedang melihat Ibunya yang berlutut. Edward menghela nafas, berusaha menenangkan dirinya untuk menjaga wibawa Sang Kaisar Iblis yang sedang ia perankan.

"Ehem! Aku memaafkanmu, tolong lain kali jangan tiba-tiba masuk kedalam kamar, mengerti?"

"Saya mengerti!"

"Y-Ya ini salah ku juga karena terbawa perasaan karena mimpi buruk," Edward berbohong karena merasa tidak enak "Y-Ya Kam BAgian perlu tahu tentang itu," Ia mengantisipasi sebelum keluar pertanyaan dari mulutnya "Berdirilah, Kau masih harus meneruskan pekerjaan mu."

"Baik Paduka."

Dia berdiri menuruti perkataan Edward, tidak merapihkan pakaiannya walau ada debu di pakaiannya.

"Ka-kau tidak membersihkan pakaian mu?"

Edward menyadarinya, hal itu membuatnya sedikit risih.

"Tidak sopan jika Saya membersihkan pakaian Saya di depan Anda yang terhormat, Paduka."

Panggilan itu membuatnya menelan ludah, tidak pernah ada orang yang memanggilnya dengan memberi sedikit rasa hormat kepadanya sampai menundukkan kepala.

"A-Ah baiklah … Ehem! Kalau begitu bersihkan pakaianmu dari debu, Aku tidak ingin orang-orang di dekat ku itu kotor."

"Baik Paduka."

Edward memberatkan suaranya ketika berbicara untuk menutupi suara canggungnya dan sekali lagi menjaga kewibawaan boss terakhir dari game yang ia mainkan.

"Terima kasih Paduka."

Wanita itu membungkuk di depannya dan menepuk bagian bawah pakiannya yang kotor, lalu ia kembali berdiri tegap dihadapan Edward kemudian membungkuk kembali dengan rasa hormat yang ia tunjukkan kepada Edward.

"Terima kasih Paduka," Ucapnya

Edward mengangguk pelan sebagai responnya, ia tidak berkata apa-apa lagi dan saat pelayan itu bertanya apa ia ingin sarapan, Edward juga memberikan respon yang sama. Ia melangkah mengikuti pelayan itu dari belakang melalui lorong yang megah dengan warna tembok yang di dominasi oleh warna merah gelap, tetapi Edward sudah tidak asing lagi dengan warna tembok itu. Pada misi rahasia yang ia mainkan di game itu, pahlawan diminta menyusup ke Istana Kaisar Iblis saat sepekan sebelum bertarung dengan Kaisar Iblis, meski yang ia rasakan saat ini benar-benar berbeda.

"Semuanya begitu nyata."

"Paduka?"

Suara pikiran Edward tanpa sengaja terucap di mulut ya.

"A--Ah maaf, A--Aku hanya teringat mimpi ku … Ehem! Kau tidak perlu memikirkannya."

Langkah pelayan wanita itu langsung terhenti, mengikutinya Edward juga berhenti berjalan. Ia menjadi semakin gugup, suaranya sering terbata-bata ketika berbicara, semuanya itu tidak menunjukkan bagaimana sosok Kaisar Iblis yang ia tahu dalam game.

'Gawat, dia sepertinya curi–. Ah.'

Ucapan dalam pikirannya terhenti ketika melihat wajah wanita itu.

"Paduka, paduka baik-baik saja? Apa Anda ingin beristirahat saja hari ini?"

Dia khawatir, wajahnya terlihat begitu khawatir ketika melihat dirinya. Edward hanya bisa terpaku melihat wajah itu di depannya, tidak ada satu orang pun kecuali Ibunya yang pernah memandangnya seperti itu. Begitu tulus pandangannya ketika menatap dirinya, Edward tersenyum tipis membalasnya.

"Hmph! Aku baik-baik saja, menurutmu siapa diriku?"

Ia berlaga kuat di depan pelayan itu sambil membuang wajahnya tepat dihadapannya "Ayo," Edward melangkah lebih dulu mendahuluinya menunjukkan ketidakpeduliannya kepada tatapan yang hangat itu, baginya itulah yang harus Kaisar Iblis lakukan untuk menjaga martabat dan wibawanya.

Tapi langkahnya langsung terhenti.

"Paduka?"

"Tidak, sebaiknya Kau yang di depan. A--ada beberapa hal yang ingin kupikirkan, Aku tidak ingin apa yang kupikirkan terpotong karena harus berhenti di ruang makan."

'Ribet!'

Terpaksa memakai berbagai alasan agar pelayan itu bisa mengantarnya karena ia tidak tahu dimana letak ruang makan, itu tidak ada dalam misi rahasia di game.

"Baik Paduka, permisi."

Pelayan itu tidak pikir panjang dan langsung mendahului Edward setelah meminta izin darinya. Ia kembali berjalan mengikuti pelayan itu dibelakang, apa yang dikatakan Edward sebelumnya bukan menjadi alasan belaka.

'Belum lama Aku masih di depan komputer, menjadi siswa yang akan segera lulus dari sekolah. Tiba-tiba dipindahkan dan menjadi Kaisar Iblis dari game yang ku mainkan, benar-benar kejadian aneh. Ya terserahlah, Aku akan memikirkannya nanti. Lalu apa yang harus kulakukan sekarang? Ya, kurasa Aku akan mulai dari mempelajari tentang game Ini, mempelajari bagaimana cara game bekerja adalah cara untuk memudahkan ku mengakhiri game ini.'

Edward memulai kehidupan barunya sebagai Kaisar Iblis.

To be continue


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C3
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login