Download App

Chapter 3: Bersaing Memperebutkan Cinta Wu Lan

Di kelas Wu Lan, cuma aku satu satu nya siswa yang tidak lulus. Bukan berarti aku bodoh ya, tapi sengaja itu aku lakukan. Wu Lan sangat mengerti sekali kenapa aku tidak lulus, kecuali anak anak yang lain

beranggapan aku bodoh. Pengorbanan ku supaya selalu bersama Wu Lan cukup lah besar, walaupun antara aku dan Wu Lan tidak pacaran. Hati ku sudah terlanjut jatuh cinta pada gadis desa, yang cantik ini. Sekalipun cinta ku ditolak, dengan kelakuan ku seperti sekarang ini, bisa menggoyahkan perasaan Wu Lan pada ku. Dia mulai kehilangan seorang yang perhatian dan begitu cinta pada nya. Sekarang bukan cuma aku lagi yang begitu perhatian sama Wu Lan. Ada Li Tong yang menjadi saingan ku. Harapan Li Tong lebih besar dari pada aku, untuk diterima oleh Wu Lan. Nasib Li Tong pun sama dengan diri ku, masih sama sama belum keterima cintanya. Tapi Li Tong tidak menyerah, terus saja dia tetap berburu. Sementara aku, cuma berani dari jauh saja. Kemesraan antara Wu Lan dan Li Tong membakar api cemburu di dada ku. mereka selalu ingin menunjukkannya kepada ku. Suatu hari saat aku lagi asik dengan buku pelajaran, di pojok teras Labor, aku terkejut dengan kehadiran si Wu Lan.

"Hai, Yoes. sendirian ya, aku boleh ikut belajar disini gak?"

"Boleh". aku menjawab nya tanpa beralih pandangan dari buku yang lagi, ku baca. seperti nya dia kikuk sekali

"Kamu semakin menjauhi, aku ya? menyapa ku pun, kamu sudah tidak Sudi lagi. apalagi belajar bersama, seperti dulu."

"Kamu saja gak pernah lagi menyapa, aku! malah kamu sengaja menghindar dari ku dan parah nya lagi selalu mesra sama Si Li Tong saat, di depan ku".

"Kamu, cemburu ya? kamu sakit hati, gak?"

"Lah, iyalah. Emang nya aku pohon mangga, yang tidak memiliki perasaan".

"Berarti, kamu masih punya perasaan terhadap diri ku, ya".

"Gak, tau juga. masih apa gak nya". Kenapa kamu gak belajar bersama Li Tong, nanti dia marah, lho?

"Dia bukan pacar ku, dia cuma sahabat ku. Tidak ada hak nya melarang diri ku, mau dekat dengan diri mu. Atau kamu yang keberatan, ya? kalau iya, aku pergi saja lah". rasa nya lega hati ini, karena mereka belum pacaran. masih ada kesempatan kata hati ku.

"Kamu cepat ngambek, ya. Dulu gak seperti ini, deh". Dulu kamu lebih pengertian dan penyabar.

"Masa? Biasa aja, kali." Setelah lulus nanti kamu mau lanjut kemana, Yoes.

"Yah, paling SMA yang ada disini saja. lalu kamu gimana? atau mau meried? hahaha

"Enak, aja. Ortu nyuruh aku masuk SMK, aku sih nurut apa mau nya mereka saja. Soal nya aku gak punya pilihan.

"Kalau kamu masuk SMK, aku ikut kamu juga lah.

"Kok, gitu. Gak punya pendirian dong?"

"Bukan gak punya, pendirian. Aku gak bisa jauh jauh dari mu, kan kamu sendiri tau kenapa aku gak lulus. karena aku ingin selalu bersama mu, setiap waktu.

"Ah, gombal. Nyata nya kamu cuekin aku, sekarang ini".

"Bukan aku cuekin, kamu. Kamunya selalu dekat dengan, Li Tong. Lagian aku juga tau diri, cinta ku bertepuk sebelah tangan".

"Kita kan masih kecil, Yoes. gak boleh pacaran dulu. kurasa berteman lebih baik untuk saat ini, mana tau kelak kita bisa pacaran beneran sampai ke jenjang pernikahan. Emang nya pacaran buat main main, ya".

"Hmm, setuju. Pemikiran kamu lebih cepat dewasa dari pada umur mu". Aku memahami ke inginanan kamu, untuk saat ini. Tapi bener ya, saat kamu sudah siap untuk pacaran, aku lah cinta pertama mu.

"Gak janji ya, Yoes. Jodoh, Maut, Rezeki Tuhan yang atur, bukan kita". Moga aja cinta pertama ku bersemi, kepada mu. jadi gak ikut aku masuk SMK, kita bisa selalu bersama. mana tau benih benih cinta bisa bersemi, hahaha.

"Ngeledek aku, kamu. Kemana pun kamu ajak, aku siap bersama mu. Tidak akan aku sia sia kan masa masa indah bersama mu".

"Gombal, lagi dia. Kekantin, yuk. Aku lapar banget".

"Oke, cantik. Karena kamu yang ngajak, kamu pula yang bayar ya".

"Kamulah. Aku gak bawa duit, Yoes". Kalau bawa duit aku gak ajak kamu, hahaha...

"Aku bercanda kali, masa cewek bayarin cowok. Gak keren banget". Yuk...!

Sepertinya. Tanpa Wu Lan sadari, dia mulai menyukai aku dan gak bisa jauh jauh dari ku. benih benih cinta nya, mulai bersemi. Keakraban Wu Lan dengan diriku, membuat Li Tong gak mau kalah gesit. Setiap ada kesempatan dia selalu dekat Wu Lan. Apa pun yang Wu Lan mau, dia lebih dulu mengerjakannya. Nyaris gak ada kesempatan buat akunya. Kesekolah mereka bareng, pulang bareng, ke kantin bareng, duduk bareng, belajar juga sama sama. Aku terpaksa kembali ke habitat ku di pojok Labor. menyendiri dengan buku pelajaran, karena gak ada kesempatan bersama Wu Lan.

"Hai, sendiri lagi nie? Aku temanin ya".

"Kamu, Wu Lan. Tumben bisa lepas dari Li Tong. Seperti nya dia memperhatikan kita deh."

"Biar, Sajalah. Aku lagi bosen sama, dia". Susah bernapas aku dibuat nya. Gak mau, aku terlalu banyak berhutang Budi dengannya. Kamu gak mau ya, antar jemput aku kesekolah.

"Mau banget. Tapi gimana sama si Li Tong?"

"Kalau mau, besok jam 6.00 pagi kamu sudah harus nongkrong di depan rumah kost ku. Biasa nya lintong jemput aku jam 6.15. Jadi kalau kamu nyampe duluan dia pasti ngalah".

"Siap, tuan putri. pulang nanti sekalian ikut aku, saja". Gimana? bilang aja sama Li Tong, kamu ada perlu sama aku.

"Ide, bagus juga tuh". Kamu liat gak, dia memperhatikan kita dari balik majelis Guru". Tu anak ngebet banget, minta diterima cinta nya. Dah aku jelasin, gak paham paham juga. Takut aku jadinya, Yoes.

"Hahaha... Radin, deh. Kamu kasi hati, sih. Kan jadi repot sendiri." Dah, cuek saja lah. Jika perlu, kamu lebih mepet lagi ke arah ku. hahaha...

"Lepas dari mulut singa, malah masuk ke mulut komodo". Kamu kok bau aku ya, Yoes? parah nie anak, bau cewek.

"Aku beli minyak wangi sama dengan merk punya mu, Wu Lan. Biar tiap hari aku cium bau dirimu".

"Tapi itu kan, buat cewek. Parah ya, sakit nie anak."

"Baru tau aku sakit, ya. Sejak pertama kali melihat mu, aku emang sudah sakit parah. Kamu tau, aku sakit apa?"

"Tau! Kamu menyukai aku, kan?"

"Itu, kamu tau". Sudah, bel. Masuk kelas, yuk.

Pulang sekolah, Wu Lan bersama diri ku menelusuri jalan berliku dan berlobang menuju ke tempat ia ngekos. Dari ke jauhan, Li Tong membututin kami dari belakang.

"Lan? Kamu peluk pinggang ku, deh."

"Gak, mau ah. entar apa kata orang, nantinya. apa lagi diliat oleh Abang ku". runyem urusannya.

" Ada Li Tong dibelakang kita, aku mau laju, dikit motornya. Aku takut kamu jatuh nantinya".

"Pelan saja. Warung baso depan sana tuh, kita berhenti." aku mau makan baso, dulu. kamu pasti mau juga, kan.

"Ya, mau lah". Perut ku juga lapar

Aku parkir di warung baso langganan Wu Lan. Aku gak terlalu suka baso, kalau cewek dah gak heran lagi. Setelah selesai mesen baso, dari arah pintu masuk, ku lihat Li Tong juga masuk kemari. Ganggu saja dia, ya.

"Kalian, makan disini juga ya. Boleh aku ikut bareng, gak". Makan sendiri, kagag seru juga. tanya si Lintong.

"Silakan, Li. kamu doyan bakso, juga ya?" Wu Lan hanya memandangi ku tanpa berkedip. Seperti nya dia merasa terganggu.

"Kalau cuma mau makan baso, kenapa gak bilang sama aku saja Wu Lan? biasa nya, kamu selalu ngajak aku kemari".

"Aku ada perlu sama, Yoes. Jadi aku pergi sama dia. Ada yang mau kami bahas bersama, jadi maaf ya, Li. Wu Lan membuat alasan yang membuat Li Tong bengong. Dasar muka tebal, cuma cengengesan doang.

"Maaf, habis makan baso nanti aku kasi kesempatan buat kalian berdua".

"Santai aja kali, Li. Kami juga gak bahas nya disini, kok. Mulai besok pagi dan seterus nya kamu gak perlu jemput Wu Lan, ya. Aku yang akan antar jemput Wu Lan.

"Gak, bisa begitu dong, Yoes. Aku lebih duluan dari kamu dan sudah mendapat restu dari kedua orang tua Wu Lan".

"O, ya. Kalau begitu biar Wu Lan yang mutusin". kita debat juga gak ada gunanya.

"Gini, Li. Aku dan Yoes lagi mau belajar bersama untuk menghadapi, ujian kelulusan".

"Biasa nya kita belajar bersama, Wu Lan. Kenapa sekarang kamu mau belajar sama si Yoes".

"Karena, Yoes sudah pernah ikut Ujian kelulusan. Dia punya pengalaman dari pada kamu".

"Pengalaman, gak lulus ya? Hahaha...

Hatiku jadi panas, di ejek si Li Tong. Namun malas sekali, melayani ocehan nya.

"Kamu, belum tau lagi kenapa si Yoes, gak lulus Li. Nyata nya dia juara umum disekolah, kita. Kamu gak keberatan kan aku belajar sama Yoes".

"Keberatan, dong? Aku boleh ikutan, ya?"

"Gak, bisa Li. Saya cuma terima satu murid saja. Yaitu, Wu Lan".

"Kamu dengar sendiri kan, Li. Yoes cuma terima aku saja. Jadi maaf ya, Li". Kami pamit duluan, oke?!

Li Tong, hanya terpaku tidak bisa berkata kata lagi. Dalam perebutan hati nya si Wu Lan, aku sudah pasti menang telak. hahaha... Tidak percuma pengorbanan ku, untuk tidak lulus tahun lalu. Dengan semangat, yang baru. Ku pacu motor ku ke kost nya Wu Lan.


Load failed, please RETRY

New chapter is coming soon Write a review

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C3
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login