Download App

Chapter 15: Miskin!

Berhubung Vero masih cuti, jadi Aurel bisa pergi diantar oleh Suaminya, guna mengurus perusahaan dan aset berharga milik Almarhum kedua orang tuanya.

"Mas, mau berangkat jam berapa?" tanya Aurel sesaat setelah menceritakan maksud niatannya pada Vero di saat Melisa dan Abimanyu sudah pergi ke Kantor.

"Habis aku mandi juga gak apa-apa, Sayang. Tapi, nanti pulangnya kita langsung pacaran lagi, ya?" jawab Vero sembari melahap ayam goreng.

"Andai kamu mengerti perasaanku, Mas. Sebenarnya aku masih enggan begituan. Sama sekali tidak sedang terpikirkan akan hal itu apalagi menginginkannya. Apakah kamu tidak bisa menunggu beberapa hari lagi?" Kalimat yang tidak bisa diungkapkan pada Vero. Aurel hanya bisa memendamnya sendiri.

Wanita cantik itu memang orang yang sangat tidak tega jika membuat orang lain kecewa. Dia lebih memilih diam dan mengalah asalkan bisa membuat orang lain bahagia.

"Bagaimana, Sayang? Oke enggak?" sergah Vero menunggu jawaban langsung dari Aurel agar lebih yakin.

"I-iya, Mas. Apapun akan aku lakukan untuk kamu. Toh, seorang Istri harus patuh terhadap Suaminya bukan?"

Setelah Aurel dan Vero selesai makan dan bersiap-siap, mereka lantas pergi.

Vero berbeda dengan kedua orang tuanya. Dia tidak terlalu tergiur dengan harta Aurel karena Vero sendiri memang sudah kaya dan memiliki pekerjaan yang mapan, yaitu mengurus perusahaan kedua orang tuanya.

Tidak disangka semuanya terjadi begitu saja. Kedatangan Aurel disambut hangat oleh petugas Bank di mana mereka memang sengaja tidak mendatangi kediaman Aurel, melainkan meninjau langsung ke Perusahaan.

Tentu saja Aurel kaget dengan kedatangan pihak Bank. Setelah melalui penjelasan yang cukup panjang dan rinci akhirnya Aurel yakin bahwa apa yang telah disampaikan pihak Bank memang benar adanya.

Namun, ada sesuatu hal yang mengganjal di benak Aurel. Dia tahu betul bahwa selama ini Mama dan Papanya tidak pernah menyembunyikan apapun dari Aurel.

Lantas, kenapa dalam hal ini Aurel tidak diberitahu oleh Putra dan Nurma? Kalau saja Aurel tahu bahwa semua itu terjadi lantaran ulang Sang Mertua, pasti Aurel akan sedikit menyesal.

"Baiklah, terima kasih atas informasinya, Pak. Kalau begitu saya ijin pulang dulu," ucap Aurel berpamitan pada dua orang laki-laki dari pihak Bank tersebut.

Vero tidak bisa berbuat apa-apa. Karena memang bukan ranah urusannya. Di dalam ruangan, Vero hanya menemani Aurel.

"Aku turut berduka atas semua kejadian yang menimpamu, Sayang. Tapi, sekali lagi aku ingin mengatakan, mau bagaimana pun keadaanmu aku akan selalu di sampingmu," tutur Vero sebelum menghidupkan mesin mobil.

Aurel menatap Suaminya itu dengan begitu tulus. "Benarkah itu, Mas? Tapi sekarang aku ini tidak punya siapa-siapa dan MISKIN ...."

Vero langsung menutup mulut Aurel dengan jari telunjuknya. "Sst! Hey, kamu itu punya AKU! Apa kamu tidak menganggap Suamimu ini?"

Sikap Vero benar-benar manis. Dia bisa membuat hati Aurel tenang dan berbunga-bunga. Bahkan, sampai terharunya, Aurel sampai meneteskan air mata bahagia.

"Makasih, Mas. Aku sangat beruntung memiliki Suami sepertimu. Mama dan Papa kamu juga sangat baik sama aku. Terima kasih," ungkap Aurel dengan suara parau dan tatapan sendu.

Vero mengusap beberapa butir air mata yang berhasil jatuh membasahi pipi Aurel kemudian memeluk Istrinya itu dengan erat. Sungguh sweet sekali pasangan pengantin baru ini.

Seperti permintaan Vero, sepulang dari kantor dan sesampainya di rumah, Vero langsung meminta jatah. Nafsu lelaki memang sulit dikendalikan.

***

"Pa, hari ini kita pulang lebih awal saja, ya," ajak Melisa.

"Loh, memangnya kenapa, Ma? Bukankah kita hari ini banyak kerjaan?"

"Ah, Papa ini bagaimana sih! Kita kan sudah sepakat kalau sore ini akan merayu Aurel untuk me memberikan semua aset perusahannya pada kita."

"Oh itu. Papa lupa. Baiklah, Papa ikut Mama saja."

Benar saja, waktu menunjukkan pukul 16.00, Melisa dan Abimanyu bersiap pulang.

"Mama sudah tidak sabar mencium bau-bau uang yang begitu banyak, Pa!"

Abimanyu hanya tersenyum sambil kepalanya manggut-manggut.

Sepanjang perjalanan pulang, Melisa sudah menceritakan daftar barang-barang yang nantinya akan dibeli dan dinikmati oleh dirinya.

Sayangnya, tawa yang semula menggelegar, impian-impian jahat yang telah tersusun rapi musnah sudah setelah Aurel menjelaskan kalau dia sudah tidak memiliki apapun di dunia ini.

Ruang tamu di kediaman Abimanyu menjadi hening dan dingin.

"Ma ... kenapa Mama jadi diam seperti ini? Apa Mama marah pada Aurel?" Aurel memberanikan diri bertanya.

Lagi-lagi Vero yang sejak dari tadi duduk di samping Aurel diam tidak berdaya. Laki-laki itu memang ciut saat berhadapan dengan kedua orang tuanya.

Namun, kali ini Vero tahu alasan Mamanya diam sejuta bahasa.

"Sorry, Honey! Kali ini aku tidak bisa membantu banyak," batin Vero dalam kebisuannya.

"Jadi sekarang kamu tidak punya apa-apa?" Kalimat lembut, tapi terasa menyindir terucap dari bibir Melisa.

Aurel tahu diri akan kekurangannya saat ini. Jadi, dia pasrah dengan apapun yang akan terjadi nanti.

Aurel mengangguk tanda mengiyakan tanggapan Sang Mertua.

Tiba-tiba Melisa berdiri dan berteriak. "DASAR MENANTU TIDAK BERGUNA!!!"

Deg!

Perasaan Aurel seakan tersambar petir. Dia kaget dengan sikap Melisa yang sangat berbeda. Semua yang memperlakukannya dengan lembut dan kasih sayang, kini untuk pertama kalinya Melisa menyakiti hatinya.

"Ma-ma ...," lirih Aurel. Tidak terasa air mata kembali bergulir dan kali ini cukup deras.

"Kenapa Mama jadi seperti ini? Apa salahku? Apakah karena miskin, Mama jadi membenci dan tidak lagi sayang padaku?" Pertanyaan itu berhasil diungkapkan oleh Aurel dengan cucuran air mata.

"Jelas kamu salah! Asal kamu tahu, aku merestui hubunganmu dengan Vero hanya karena kamu itu anak dari Pengusaha kaya!" jawab Melisa tegas.

Menantu mana yang tidak kecewa dan sakit hati mendengar hal itu? Semua yang Aurel anggap selama ini ternyata hanya kebohongan saja.

"Apa Mama selama ini tidak pernah menyayangi Aurel?"

Melisa tertawa. "Sayang kamu bilang? Hari gini masih saja percaya dengan sayang? Dasar bodoh!"

Batin Aurel tercabik oleh kalimat-kalimat yang begitu kasar dari bibir Melisa.

SAKIT!!!

Lengkap sudah penderitaan Aurel. Belum ada satu minggu, dia sudah kehilangan kedua orang tuanya, semua harta, ditambah mendapatkan perlakuan yang tidak baik dari Sang Mertua.

Tidak hanya itu saja, yang lebih menyakitkan lagi adalah di saat melihat Suami yang jelas-jelas sedang berada di sisi Aurel hanya berdiam diri tanpa membela dia sedikit pun.

"Mas, kenapa kamu tidak membelaku? Kenapa kamu seolah buta dan tuli? Apa kamu telah melupakan janji yang katanya akan melindungi dan selalu ada untukku?" batin Aurel menjerit sambil melirik ke arah Vero.

Laki-laki itu malah dengan santainya bermain ponsel. Pandangannya tertuju pada layar ponsel tidak berpindah sedikit pun.

"Mulai sekarang, jangan memanggilku Mama! Karena aku risih dengan orang MISKIN sepertimu! Kamu di sini, tidak lebih dari seorang PEMBANTU!!!"

***

Bersambung.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C15
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login