Download App

Chapter 75: Part 31

" Kak! Apa kak Zab nggak pulang dulu barang sehari? Kasihan Kak Yasmin!" kata Ezzah.

" Tidak! Dia akan baik-baik saja!" kata Zabran yang tidak mau meninggalkan kedua orang tuanya.

" Ada..."

" Apa kamu tidak mendengar ucapan kakak?" tanya Zabran memotong perkataan Ezzah.

" Maaf!" jawab Ezzah tertunduk.

Zibran menatap tajam pada Zabran dan beralih pada Ezzah.

" Aku pulang!" kata Zibran tanpa melihat pada Zabran yang sudah menoleh dan menatapnya penuh kemarahan.

" Berhenti! Apa maksudmu pulang? Apa yang kamu cari dirumah?" tanya Zabran curiga.

" Aku mau mandi dan berganti pakaian!" kata Zibran santai.

" Kamu bisa mandi di Hotel yang sudah kusewa untuk kita!" kata Zabran.

" Aku tidak mau! Aku mau ganti pakaian!" kata Zibran bersikukuh.

" Jangan menantangku Zib!" ancam Zabran.

" Kenapa aku harus menantangmu?" tanya Zib memutar tubuhnya dan menatap kakaknya dengan cuek.

" Aku bilang mandi di Hotel!" kata Zibran menahan amarahnya.

Zibran memang menyewa sebuah kamar di Hotel yang terletak di depan rumah sakit untuk beristirahat adik-adiknya yang bergantian menunggu di rumah sakit agar tidak jauh-jauh pulang ke rumah.

" Kenapa kak Zab memaksaku? Apa kamu takut aku akan menggoda istrimu?" tanya Zibran menggoda kakaknya.

" Tutup mulut kotormu! Jika sedetik saja kamu berani bergerak meninggalkan rumah sakit ini, jangan salahkan aku jika kamu akan menyesal!" kata Zabran dingin.

" Astaughfirullah! Istighfar, Kak! Aku ini adikmu! Dan aku masih ingat apa itu dosa, jangan terlalu serius, Kak!" kata Zibran tersenyum kecut.

Zabran hanya diam tanpa melihat lagi ke arah Zibran yang kembali duduk di kursi tunggu ruang khusus ICCU dan ICU. Astaughfirullah! Ada apa denganku? Aku begitu marah dan...cemburu saat tahu Zib akan pulang ke rumah! Cem...buru..? Apa aku sudah begitu bucin pada istriku? Istri? Kamu aja tidak pernah memperlakukan dia sebagai istrimu, Zab! batin Zabran.

" Anda harus bertahan Nona! Siapa yang akan meneruskan perusahaan dan keturunan Lois!" Gumam Julian sambil mondar-mandir di depan ruang IGD.

Sudah hampir sejam lamanya Julian menunggu dsana, tapi tidak ada tanda-tanda David keluar dari ruangan itu.

" Sial! Ada apa dengan dokter itu!" ucap Julian kesal.

Julian mencoba menghubungi Jacob lagi, tapi kali ini tidak bisa terhubung, karena ponsel Jacob sepertinya mati.

" Sial! Awas aja kalo sampai ketemu! Berani kamu mematikan ponselmu disaat seperti ini!" kata Julian marah.

Seorang perawat keluar dari dalam ruangan IGD dan melihat ke arah Julian.

" Tuan Julian?" tanya perawat itu.

" Ada apa?" tanya Julian.

" Anda ditunggu Dokter diruangannya! Mari ikuti saya!" kata perawat itu.

" Ada apa dengan Nona Muda? Apa ada yang serius?" tanya Julian bertubi.

" Nanti biar dokter yang menjelaskan!" kata perawat itu lagi.

" Silahkan masuk!" kata Perawat itu setelah mereka berdiri di depan sebuah pintu yang bertuliskan DR. Jacob Darren.

Tok! Tok! Ketuk perawat itu.

" Selamat Sore Dokter! Tuan Julian sudah disini!" kata perawat itu.

Julian langsung masuk dan melihat Jacob sudah duduk di kursi kebesarannya.

" Duduklah, Yan!" kata Jacob.

" Kamu sudah disini?" tanya Julian sambil duduk di kursi.

" Aku langsung terbang kesini begitu kamu selesai telpon. Untung ada teman yang memiliki jet pribadi!" kata Jacob lagi.

" Bagaimana Nona Muda?" tanya Julian tanpa basa-basi.

" Bagaimana ini bisa terjadi? 10 tahun dia bertahan tanpa pernah kambuh dan sekarang?" ucap Jacob.

" Aku juga tidak tahu! Tiba-tiba aku menemukan dia pingsan di meja kerjanya!" kata Julian.

" Aku sudah memberikan suntikan dan memeriksa kembali jantungnya, tapi..."

" Ada apa?" tanya Julian penasaran.

" Aku akan jujur! Jantung Nona Muda sedikit mengalami kebocoran dan jika dia tidak menjaga kondisinya dengan baik, maka kebocoran itu akan menjadi lebar dan berbahay bagi dirinya!" kata Jacob.

" Astaga!" Julian berdiri dan mengusap wajahnya.

" Jika bisa, mulai sekarang kita harus mencari donor jantung buat Nona Muda!" kata Jacob.

" Tapi kamu bilang..."

" Akan lebih baik jika kita bisa menggantinya dengan jantung yang sehat!" potong Jacob tegas.

" God! Ini gila, Jacob! Apa yang terjadi dengan gadis itu? Kenapa semua serba tiba-tiba?" kata Julian menyugar rambutnya.

" Aku sudah memindahkan dia ke ruang rawat inap. Aku akan memberitahu padanya tentang..."

Tok! Tok! Tok! Suara ketukan pintu memotong pembicaraan mereka berdua.

" Masuk!" jawab Jacob.

" Tuan Julian!" sapa seorang pemuda yang membuka pintu dan melihat Julian berdiri di tengah ruangan.

" Tuan Muda Anil!" sapa Julian.

" Aku melihat Chris diluar dan dia bilang katanya Amber..."

" Iya, Tuan Muda! Nona Muda pingsan!" kata Julian.

" Apa? Tapi bagaimana...tadi dia baik-baik saja saat kami makan siang!" jelas Anil terkejut.

" Ehmm..."

" Maaf, Dokter! Apa saya boleh masuk?" tanya Anil.

" Silahkan, Tuan Muda!" jawab Jacob.

" Panggil saja saya Anil!" ucap Anil.

" Itu tidak boleh! Semua anak dan menantu Tuan Besar Lois adalah majikan bagi kami!" jawab Jacob.

Anil hanya menghembuskan nafas malas, dia tidak suka dipanggil Tuan Muda, tapi Amber akan marah jika ada yang berani memanggilnya hanya dengan nama saja.

" Baiklah! Ada apa dengan Nona Amber?" tanya Anil.

" Penyakit jantungnya kambuh!" jawab Jacob.

" Apa? Dia...punya... penyakit...jantung?" tanya Anil terkejut.

" Iya! Sejak kecil dia memang punya kelainan jantung dan akhirnya sembuh 10 tahun yang lalu. Hingga tadi siang Julian menghubungi saya!" kata Jacob.

" Apa Tuan Muda dan Nona Muda ada membicarakan sesuatu hal tadi siang?" tanya Julian penasaran.

" Tidak ada! Kami hanya makan dan saya pamit untuk ke kampus!" kata Anil.

" Tapi kenapa hal ini sampai terjadi?" tanya Julian tidak mengerti.

" Bagaimana keadaannya sekarang?" tanya Anil.

" Sudah baikan! Hanya saja, ada sedikit lubang di jantungnya dan jika tidak di rawat dengan baik, akan membahayakan nyawanya. Karena itu kita harus mencari jantung baru untuknya!" kata Jacob lagi.

" Ap..apa? Jantung...baru?" tanya Anil kembali terkejut.

" Iya!" jawab Jacob.

Suasana di dalam ruangan itu menjadi sunyi, mereka bertiga terdiam dengan pikirannya masing-masing. Amber mengerjap-kerjapkan kedua matanya, dadanya terasa sedikit nyeri, dia memejamkan kedua matanya sejenak.

" Dimana aku?" tanya Amber yang melihat dinding kamar berwarna putih dan bau obat-obatan yang cukup menyengat.

" Alhamdulillah, kamu akhirnya bangun juga!" ucap seorang pemuda yang duduk di sisi brankar Amber.

Wanita itu menolehkan kepalanya ke arah datangnya suara, hatinya menghangat melihat siapa yang sedang duduk di sampingnya.

" Apa ada yang sakit?" tanya pemuda itu.

" An...nil!" sapa Amber.

" Iya! Ini saya! Apa kamu lapar?" tanya Anil pelan.

" Tidak! Kamu...kenapa kamu disini?" tanya Amber yang mengganti pertanyaannya.

" Aku kebetulan sedang ada perlu di rumah sakit ini dan aku melihat Chris yang sedang duduk di lobby, lalu dia menceritakan semua!" kata Anil.

" Apa Amanda tahu aku disini?" tanya Amber.

" Tidak! Dia belum tahu!" jawab Anil.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C75
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login