Download App

Chapter 78: Part 34

Sial! Kenapa ucapan Ustadz Harun terngiang-ngiang di telingaku? batin Aksa. Dia membayangkan lagi wajah imut Fiza dengan kerudung hitamnya yang membuat wajah bulatnya semakin terlihat cantik. Aku nggak boleh tertarik dengan gadis itu. Aku sangat mencintai Chelsea dan setelah lulus kami akan menikah! batin Aksa.

" Bagaimana Ummi kalian?" tanya Harun pada Zibran yang duduk di sofa.

" Masih belum sadar, Ba!" jawab Zibran.

Keesokan harinya setelah Fatma dioperasi selama hampir 5 jam, Fatma dimasukkan ke ruang ICCU dan siang ini akan di pindahkan ke ICU karena operasi berjalan dengan lancar dan semua dalam keadaan baik.

" Apa kakakmu masih belum menemui istrinya?" tanya Harun lagi.

" Belum, Ba!" jawab Ezzah.

" Kakakmu benar-benar keterlaluan, kasihan Yasmin. Siapa yang membantunya jika dia membutuhkan sesuatu?" tanya Harun menahan amarahnya.

" Sabar, Ba! Aba tahu sendiri bagaimana Kak Zab jika sama Ummi!" ucap Zibran menenangkan Harun.

" Tapi ini sudah 2 minggu lebih!" kata Harun lagi.

" Apa kalian juga tidak pulang?" tanya Harun.

Kedua putranya itu menggelengkan kepalanya.

" Jadi Yasmin di rumah sama siapa?" tanya Harun kesal.

" Sama Ezzar, Ba!" kata Zibran.

" Kamu kenapa nggak pulang melihat keadaan adikmu?" tanya Harun menatap Zibran.

" Tanggung, Ba!" jawab Zibran berbohong.

" Tanggung? Apa itu?" tanya Harun menatap tajam putra sambungnya.

" Kak Zab udah menyewa sebuah kamar di Hotel depan buat kita, Ba! Jadi kita nggak kejauhan kalo mau ganti atau sekedar mandi!" tutur Zibran mencoba memberikan alasan.

" Tetap saja, kalian harus sesekali pulang!" kata Harun lagi.

" Iya, Ba! Besok, Zib akan pulang!" jawab Zibran tersenyum.

Zibran baru saja menebus resep di apotik dan memberikannya pada perawat yang berjaga di ruang ICU. Kemudian dia kembali ke ruang tunggu dan melihat seorang wanita dan seorang pria sedang berpegangan tangan.

" Sakit, sayang?" tanya pria itu lembut.

" Sedikit! Tapi tidak apa, asal kamu selalu bersamaku, apapun yang terjadi aku akan selalu bahagia!" ucap si wanita.

" Maafkan aku yang baru bisa datang, padahal sudah 3 bulan kita menikah!" kata pria itu.

" Tidak apa! Aku akan selalu setia menunggumu sampai kapanpun!" jawab si wanita.

Dengan penuh kasih sayang pria itu memeluk bahu istrinya dan sang istri menyandarkan kepalanya di dada suaminya. Zabran jadi teringat dengan Yasmin, istri yang sudah 2 minggu ini belum pernah dilihatnya. Diraihnya ponselnya, kemudian dinyalakannya ponsel yang sengaja dimatikannya. Saat layar sudah menyala dan semua aplikasi muncul, banyak sekali panggilan dan pesan masuk ke ponselnya. Tak satupun panggilan dari sang istri, tapi puluhan pesan dikirimkan Yasmin padanya. Hampir 70 pesan dari istrinya masuk ke alplikasi WA miliknya. Zha! batin Zabran. Ditekannya sebuah nomor dalam ponselnya.

" Assalamu'alaikum, Boss!" jawab disebrang.

" Wa'alaikumsalam Wr. Wb! Yan! Bagaimana?" tanya Zabran.

" Kaki Nyonya dibawa ke dokter dan diperiksa 3 kali sekalian diterapi, sekarang sudah sembuh dan sudah 3 hari Nyonya pergi ke kantor dengan mengajak Mas Ezzar karena selama Nyonya sakit banyak proyek yang lepas dari perusahaan mereka!" tutur Ian.

" Hmm! Apa ada..."

" Ada, tapi Nyonya selalu mengajak Mas Ezzar!" jawab Ian tahu dengan apa yang dimaksud Bossnya.

" Baiklah! Assalamu'alaikum!" salam Zabran.

" Wa'alaikumsalam!" jawab Ian.

Zabran menatap layar ponselnya yang terpampang gambar keluarganya minus Yasmin. Diusapnya wajah Fatma dan merapalkan do'a dengan bibir bergetar.

Harun sudah diperbolehkan pulang, tapi pria itu tidak mau meninggalkan rumah sakit, terpaksa Regina memesankan ruang VVIP untuk Fatma, jika sampai wanita itu siuman dari tidurnya.

" Ustadz istirahat saja disini jika memang lelah!" kata Regina saat masuk ke dalam ruangan Fatma.

" Trima kasih, Na!" ucap Harun.

" Sama-sama! Saya permisi dulu!" jawab Regina.

" Silahkan!" jawab Harun.

Harun membaringkan tubuhnya di atas brankar yang nantinya menjadi tempat Fatma memulihkan diri.

" Cepat bangun, Ummi! Aba sangat merindukan Ummi!" ucap Harun dengan mata berkaca-kaca.

Kedua bola mata itu menatap ke atas dan melihat semua serba putih. Dia menolehkan kepalanya ke kanan lalu ke kiri, bibirnya membentuk sebuah senyuman samar karena melihat sosok pemuda yang sedang tidur di dekat brankarnya.

" Anil!" ucapnya pelan.

Ingin rasanya dia mengusap wajah tampan itu, wajah yang membuat hati dan jiwanya merasakan bahagia untuk yang pertama kalinya.

" Nona Muda! Nona sudah bangun!" ucap Julian yang melihat Amber membuka kedua matanya.

Amber menatap tajam Julian, karena mengganggu kesenangannya menatap wajah kakak iparnya.

" Kamu sudah bangun?" tanya Anil yang terbangun karena suara Julian.

" Apa kamu semalaman disini?" tanya Amber penasaran.

" Tidak! Saya semalam ada keperluan dan Tuan Ju..."

" Panggil dia Pak Julian!" potong Amber.

Anil menghembuskan nafasnya.

" Pak Julian yang menunggui kamu!" jawab Anil membuat kecewa sang Nona Muda.

" Kenapa sampai bisa kambuh lagi?" tanya Anil.

Karena kamu membuat saya gila! batin Amber. Ingin rasanya dia mengatakan semua isi hatinya pada pemuda tampan itu, tapi dia tidak mau menyakiti dan membuat kakaknya bersedih.

" Mungkin lelah saja!" jawab Amber memberikan alasan.

Julian hanya menghela nafas dan menatap wajah anak majikannya itu. Dia tahu jika Amber jatuh hati pada suami kakaknya, karena dia selalu mengamati kedua kakak beradik itu.

" Apa kamu lapar?" tanya Anil.

" Sedikit!" jawab Amber.

" Makanlah, tadi ada perawat yang mengantarkan makanan!" kata Anil meraih makanan yang ada di atas nakas dan meletakkannya ke atas meja brankar.

" Nanti saja!" ucap Amber.

" Dokter bilang kamu harus banyak makan jika ingin lekas pulang!" kata Anil lagi.

" Aku bilang nanti saja!" kata Amber dengan suara sedikit meninggi.

" Hiduplah dengan baik, kasihan kakakmu kalo sampai dia tahu kamu kembali sakit!" kata Anil.

" Pergilah! Dia pasti merindukan suaminya!" kata Amber dingin tanpa melihat ke arah Anil.

" Ada apa denganmu? Kenapa marah lagi? Jangan banyak pikiran yang bisa membuat kerja jantungmu menjadi keras!" kata Anil.

Dasar tidak peka! batin Amber.

Sebulan sudah Fatma berada di rumah sakit dan semua anak-anaknya dengan setia menjaga kecuali Ezzar yang tidak diperbolehkan oleh Harun untuk kesana.

" Kak Yas!" panggil Ezzar.

" Ya?" jawab Yasmin.

Mereka sedang sarapan pagi, wajah Ezzar terlihat sangat sedih .

" Ada apa, Zar?" tanya Yasmin melihat adik iparnya.

" Apa Aba masih tidak mengijinkan Ezzar melihat Ummi?" tanya Ezzar.

" Kakak tidak tahu! Coba kamu tanya Kak Zab!" kata Yasmin.

" Kak Zab bilang naggak boleh!" jawab Ezzar dengan menundukkan kepalanya.

" Sabar, ya! Kita do'akan saja, agar Ummi segera sembuh dan kembali ke rumah seperti sedia kala!" kata Yasmin merasa kasihan pada adik iparnya itu.

Dia tahu jika Ezzar sangat menyesali segala perbuatannya, karena yang dilakukan Ezzar saat di rumah hanya menatap foto dan melihat video Fatma saja. Cepat sembuh, Ummi! Maafkan Ezzar! batin anak laki-laki itu dengan mata berkaca-kaca.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C78
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login