Download App

Chapter 19: TIPL - Berurusan dengan Hukum

"Gue ingin lo menjauh dari Leo, sebab gue ingin kembali bersama dengan Leo."

"Apa yang lo inginkan tidak akan menjadi kenyataan," tutur Peyvitta dengan penuh keyakinan.

Bukan hal yang mudah kalau dia harus melepaskan orang yang sudah cukup lama bersama dengannya, sehingga gertakan dari mantannya Leo tidak akan berarti apa pun untuk Peyvitta.

"Kenapa?"

Mendengar kata tanya yang dia ucapkan dengan menggunakan kalimat yang begitu polos membuat Peyvitta tersenyum kecil. "Karena gue tidak mau menjauh dari Leo," ujar Peyvitta sambil menatap balik perempuan itu.

"Jangan terus membantah apa yang sudah gue ucapkan!" geram perempuan itu.

Semakin lama emosi dirinya malah semakin naik, sehingga semakin tidak mungkin dirinya terus berucap dengan menggunakan nada bicara yang santai, apalagi bersahabat.

"Jangan terus menyuruh gue untuk menuruti apa yang sudah lo ucapkan!" balik geram Peyvitta.

Peyvitta bukan orang yang suka diancam seperti ini, karena semakin diancam, maka Peyvitta akan semakin menentangnya. Ancaman perempuan itu sama sekali tidak ada artinya buat Peyvitta, apalagi sampai membuatnya merasa tergertak.

Tidak sama sekali.

"Lo ngeledek gue?" Memang tidak perlu dijelaskan secara jauh, sudah pasti perempuan itu merasa kalau Peyvitta meledeknya.

Sebab apa?

Sebab nada bicara yang Peyvitta gunakan sangat persis dengan nada bicara yang sudah perempuan itu ucapkan, kalau bukan sebuah ledekan?

Lalu apa maksud dari Peyvitta menyerupai nada bicara dirinya?

Peyvitta menggelengkan kepalanya. "Gak juga, gue hanya mengungkapkan apa yang gue pikirkan." Peyvitta berucap sambil mengukirkan senyuman miringnya.

Benar-benar sama sekali Peyvitta tidak merasa tergertak mendengar kata-kata yang sudah perempuan itu ucapkan, hal tersebut seolah sudah menjadi hidangan yang tidak asing bagi Peyvitta, sehingga Peyvitta tidak akan merasa aneh dengan hal tersebut.

"Banyak omong!" bentak perempuan tersebut yang kemudian melayangkan tangannya ke arah pipi Peyvitta.

Emosi yang perempuan itu rasakan sekarang sudah tidak bisa dia tahan lagi, sehingga dia sudah benar-benar ingin menampar Peyvitta. Peyvitta terdiam kaget saat ada orang yang menahan tangan perempuan itu.

Mengikuti tangan laki-laki itu, sampai akhirnya Peyvitta melihat dengan jelas wajah laki-laki yang sudah menahan tangan perempuan yang semula hendak mendarat di pipinya.

Tatapan perempuan itu semakin berubah tajam.

Dirinya menatap laki-laki yang masih memegangi tangannya dengan tatapan yang penuh dengan kebencian. Bagaimana tidak benci jika gara-gara orang tersebut tamparannya tidak menjadi mendarat di pipi Peyvitta?

"Lo siapa? Jangan ikut campur sama urusan gue dan dia!" bentak perempuan itu sambil menarik tangannya.

"Jangan main fisik sama dia," larang Bima menggunakan nada yang cukup santai.

Semula Bima merasa cukup aneh sebab Peyvitta ke Toilet dalam waktu yang cukup lama, jauh dari biasanya. Belum sampai Bima ke arah Toilet perempuan, tapi ternyata Bima sudah melihat kalau Peyvitta sedang beradu mulut dengan perempuan itu.

Saat melihat perempuan yang ada di hadapan Peyvitta hendak melayangkan tangannya ke arah Peyvitta, maka dengan refleks Bima mempercepat langkahnya dan kemudian menahan tamparan perempuan tersebut.

"Siapa lo? Terserah gue mau main fisik atau apalah ke dia, itu urusan gue!" tekan perempuan itu. Memang dia hanya ingin berurusan dengan Peyvitta langsung.

"Pernah berurusan dengan hukum?" tanya Bima dengan santai.

Kalimat yang yang sudah Bima ucapkan mengandung arti ke arah yang lebih jauh, memang Bima masih bersikap begitu kalem. Bima tidak akan bisa dengan mudah terpancing emosinya oleh perempuan seperti itu.

Orang itu merasa begitu kesal sampai akhirnya dia melangkahkan kakinya pergi menjauh dari tempat di mana Peyvitta berada, dia memang masih ingin berbicara lebih panjang lagi bersama dengan Peyvitta, tapi dia sudah terlanjur tidak suka dengan Bima.

Peyvitta melirik ke arah Bima, memperhatikan Bima beberapa saat dengan tanda tanya yang tersimpan. Ada sesuatu hal yang Peyvitta ingin sampaikan, hanya saja terasa cukup sulit untuk dia ungkapkan sekarang.

"Makasih Pak," ucap Peyvitta dengan nada yang ragu.

Bima menganggukan kepalanya. "Perempuan tadi siapa?" tanya Bima.

Mendapatkan pertanyaan seperti ini membuat Peyvitta terdiam kebingungan, sebenarnya dia sendiri tidak tahu dengan pasti perempuan tersebut. Dirinya hanya tahu kalau perempuan itu adalah mantannya Leo, terlebih memang tadi perempuan itu mengakui hal tersebut.

"Saya kurang tahu, tapi dia adalah mantan dari Leo"

Setelah selesai mengucapkan kalimat tersebut, Peyvitta menutup mulutnya dan terdiam dengan sebuah pikiran yang mendadak muncul. Peyvitta tidak sadar saat dirinya sekarang malah mengucapkan nama pacarnya.

"Leo siapa?"

Nah kan gue keceplosan, kalau sudah seperti ini gue harus ngapain?

Peyvitta tanda tanya sendiri dengan apa yang harus dia lakukan sekarang, karena memang sebelumnya dia tidak pernah merencanakan untuk mengatakan siapa pacarnya kepada Bima.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C19
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login