Download App

Chapter 9: PULANG KERJA HATIKU GALAU

Aku jadi merasa bimbang sebetulnya Mbak Syakila suka tidak dengan Mas Hari Abimanyu? Jika dia suka tapi mengapa seperti sangat mendukungku jika aku dan Mas Hari Abimanyu untuk segara pacaran? Entahlah, kepalaku tiba-tiba jadi sakit.

"Mbak Syakila menurut Mbak kan sosok Mas Hari Abimanyu itu orang yang baik, penyayang, sabar dan saleh, apa Mbak Syakila gak naksir sama dia?" tanyaku ketika kami sedang santai di kontrakan membuat kakak angkatnya terbatuk.

"Aryna pertanyaan kamu aneh sekali, Abi itu naksir sama kamu loh, memang dia anak baik," jawab Mbak Syakila.

"Kalau Mbak Syakila naksir Mas Hari Abimanyu sah saja dong, kan sama-sama masih sendiri," hardikku.

"Abi itu sahabat sekaligus seperti adik buat Mbak, umurnya juga lebih muda dariku," timpal Mbak Syakila tersenyum sendiri.

"Oh, begitu. Jadi kalau aku pacaran dengan Mas Hari Abimanyu Mbak tidak marah kan?" tanyaku.

"Justru Mbak Syakila bahagia, kalian berdua cocok kok, serius." Mbak Syakila memelukku dia sangat mendukung hubungan aku dengan Mas Bayu.

"Benarkah? Makasih ya, Mbak."

"Semoga kamu dan Abi jodoh ya, Mbak bahagia akhirnya aku bisa jatuh cinta dengan laki-laki yang rapat," tutur Mbak Syakila.

"Aku pikir Mbak Syakila suka dengan Mas Hari Abimanyu ternyata aku salah, jadi aku harus bagaimana?" tanyaku pada diri sendiri.

"Kenapa melamun?" Mbak Syakila menoyor kepalaku.

"Aku galau Mbak, masih takut sama yang namanya pacaran," ujarku.

"Jangan ragu, terima cinta Abi," ujar Mbak Syakila menyakinkan hatiku.

"Iya sih, tapi aku sama dia belum lama kenal jadi kayaknya butuh proses deh, buat jadi pacar," sahutku yang tidak mau terburu-buru langsung main pacar-pacaran begitu saja.

"Terserah kamu saja sebab hanya Aryna yang tahu bagaimana sebaiknya, saran kakak jangan lama-lama," ungkapnya.

"Kenapa memangnya?" tanyaku heran.

"Soalnya nanti Abi bisa diambil perempuan lain, kamu mau? Banyak yang suka sama Abi tapi selalu ditolak," jelas Mbak Syakila.

"Banyak? Masa? Siapa saja?" tanyaku penasaran padahal jarang perempuan yang mendekati Mas Hari Abimanyu atau mungkin pas aku tidak melihat saja.

"Pokoknya banyak, buruan kalian jadian biar kamu tidak menyesal," ledek Mbak Syakila tertawa kecil.

Mbak Syakila seperti bisa meramal hatiku, dia tahu jika aku juga suka sama Mas Hari Abimanyu hanya saja masih ragu dan malu untuk memulai hubungan pacaran yang jelas dilarang oleh ayahku.

"Aku tidak tahu Mbak, intinya sekarang ini belum siap pacaran," jawabku.

Perutku perih rasanya lapar padahal baru makan sore tadi masa sudah lapar lagi? Tidak beres ini perut dan tiba-tiba aku ingin makan nasi goreng.

"Mbak aku lapar lagi," kataku.

"Lapar ya, tinggal makan," sahut Mbak Syakila.

"Aku ingin makan nasi goreng di luar," timpalku.

"Kamu keluar sendiri ya, Mbak soalnya capek banget hari ini," ujar Mbak Syakila. Parah, belum diajak sudah menolak tapi karena aku lapar jadi keluar kontrakan untuk membeli nasi goreng kesukaan.

Ponsel yang aku simpan di kantong celana berdering membuat pahaku menjadi terasa sangat geli. Saat aku buka ternyata pesan dari Mas Hari Abimanyu.

[Aryna, calon kekasih hatiku kamu ada di mana? Mas Hari punya kabar baik, loh. Kamu mau tahu tidak?"]

Aku menggaruk kepala yang tidak gatal, sambil berpikir apa yang akan dikatakan oleh Mas Hari Abimanyu? Apa dia akan merayuku lagi.

[Kabar baik apa Mas Abi Abimanyu? Buruan kasih tahu! Jangan hobi membuat orang jadi penasaran, deh!] Balasku.

Ponselku berdering lagi, cepat sekali Mas Hari Abimanyu membalas membuat jantungku berdebar lebih kencang.

[Kabar baiknya aku ada dibelakang kamu sekarang.] Balasnya sontak membuat aku menoleh dan ternyata benar dia berdiri di belakangku. Bagaimana mungkin?

"Mas Bayu kok, bisa ada di sini?" tanyaku sedikit heran padahal rumah dia jauh.

"Aku tinggal di sekitar sini," sahutnya membuat aku melongo dong, masa iya dia pindah hanya karena ingin dekat denganku? Rasanya aku menjadi wanita sangat spesial sehingga seseorang berusaha keras memperjuangkan cintaku.

"Maksudnya bagaimana? Tinggal di mana?" tanyaku.

"Aku ngontrak di sebelah kontrakan kamu loh," jawab dia begitu cepat.

"Apa? Kamu serius kenapa tiba-tiba pindah?" tanyaku lagi yang masih heran dengan sikap Mas Hari Abimanyu.

"Karena agar aku bisa berangkat kerja jalan kaki dan tidak mengalami kemacetan lagi," sahut Mas Abimanyu.

"Begitu ya? Aku kira supaya dekat denganku," timpalku tersenyum.

"Memang iya," sahut Mas Abimanyu membuat aku jadi grogi dan diledek oleh bapak penjual nasi goreng.

"Cie yang pacaran, ini masih gorengnya hanya satu piring atau 2 piring?" tanya bapak penjual nasi goreng tersebut.

"Mas Bayu mau? Biar aku pesankan," tanyaku kepada Mas Hari Abimanyu tapi dia menggeleng dan berteriak.

"Satu piring berdua saja Pak, biar romantis," pekik Mas Hari Abimanyu ke bapak tersebut.

"Siap Mas," sahutnya seraya mempersilahkan nasi goreng yang sudah siap disantap.

"Selamat menikmati? Mau minum teh hangat tawar atau air putih?" tanya bapak penjual nasi goreng lagi.

"Terima kasih kelihatan enak, saya sudah bawa air mineral," sahutku. Aku sebelum beli nasi goreng mampir membeli air dingin botol untuk minum.

"Ok, kalau begitu. Jadi satu botol berdua juga begitu, ya biar semakin romantis," ledek bapak penjual nasi goreng membuat wajahku terasa panas mungkin sudah merah dan mirip udang rebus.

"Kenapa wajah kamu merah? Grogi, ya? Aryna seperti tidak pernah jalan berdua dengan cowok," ejek Mas Hari Abimanyu.

"Memang benar," timpalku sambil berdoa kemudian menyendok nasi goreng.

Bapak penjual nasi goreng meletakan dua sendok meskipun satu piring.

"Pak sendoknya kok, dua? Harusnya satu saja biar kita suap-suapan," ujar Mas Abimanyu membuat aku menarik telinga dia.

"Jangan bicara terus, cepat makan!" kataku.

"Aku tidak mau makan jika tidak kamu suapin," tuturnya mengedipkan mata segala ingin aku berteriak tidak sanggup berduaan dengan dia, dadaku sesak butuh oksigen.

"Tidak mau! Punya tangankan? Makan sendiri!" jawabku ketus.

"Kalau begitu aku tidak mau makan, dasar Aruna pelit! Namanya juga Mery wkwkwk," ledeknya lagi.

"Iya, aku suapin buruan buka mulut kamu!" Aku pun menyodorkan satu sendok nasi goreng ke mulut Mas Hati Abimanyu.

"Asyik banget jadi anak muda jaman sekarang, pacaran suap-suapan," ledek bapak penjual nasi goreng lagi.

"Pak, dia bukan pacarku," sahutku.

"Iya, Pak dia bukan pacarku kok, tapi calon pacarku," timpal Mas Hati Abimanyu.

Rasanya bulan dan bintang di atas langit jika mereka bisa berbicara mungkin akan berkata hal yang sama dengan bapak penjual nasi goreng selalu saja menggodaku dan Mas Hari Abimanyu kami berdua mungkin terlihat seperti sepasang kekasih.

Usiaku baru depan belas tahun merasakan cinta pertama membuat hati bergetar, sebelumnya rasa suka pernah ada di waktu masa putih abu-abu. Namun rasa kali ini sangat berbeda hatiku begitu bergejolak dan begitu merasakan getaran nya. Jika tidak melihat wajah Mas Hari Abimanyu sedetik saja rasanya sudah rindu. Seperti setiap hari kerja, di hatiku selalu menunggu agar bel segera berbunyi dan aku bisa melihat wajah pujaan hati ketika makan siang bersama.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C9
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login