Download App

Chapter 17: JALAN SANTAI

Menikmati semilir angin di kala sore berjalan santai menuju arah kontrakan bersama Mbak Syakila dan juga pacar aku Mas Hari Abimanyu yang tampan tiada tandingannya itu.

"Hati aku merasakan damai sekali jika sudah berada di luar pabrik, seolah segala beban hilang sudah," ujarku tersenyum sambil merentangkan kedua tangan.

"Memangnya di dalam kamu merasa tersiksa?" tanya Mas Hari Abimanyu menanggapi perkataanku barusan.

"Tentu saja tersiksa, bayangkan saja aku kerja terus dikejar-kejar sama penjahit dan dimaki-maki oleh atasan jika kerjaku lambat," jelasku senyum.

"Memang kerja jadi Helper itu berat sekali," sahut Mbak Syakila.

"Kamu harus ikhlas dalam bekerja agar perasaan beban tersiksa itu hilang dan kamu juga harus mencintai pekerjaanmu itu," kata Mas Hari Abimanyu memberikanku nasihat.

Setelah aku pikir memang Mas Hari ada benarnya juga, tapi bukannya wajar jika manusia mengeluh.

"Memangnya aku tidak boleh mengeluh ya?" tanyaku ke Mas Hari Abimanyu melirik dia.

"Boleh, tapi lebih baik kamu banyak bersyukur saja. Tahu sendiri kan banyak pengangguran di luar sana," ujar Mas Hari Abimanyu.

"Iya, sih betul. Aku akan Mencoba ikhlas dalam bekerja dan juga mencintai pekerjaanku itu," sahutku tersenyum seolah ada semangat baru yang luar biasa dalam tubuhku.

"Aryna kita jalan-jalan sore, yuk!" ungkap Mas Hari Abimanyu mengajakku entah ke mana dia belum berkata.

"Bau ah, belum mandi," sahutku.

"Kita pulang dulu ke kontrakan terus mandi ganti baju baru pergi," jelas Mas Hari Abimanyu.

"Abi, aku tidak diajak?" tanya Mbak Syakila dari sorot matanya dia berharap bisa gabung dengan Aryna dan juga Abi.

"Aku mau naik motor Killa, masa kalian dibonceng berdua seperti cabe-cabean gitu mau?" tanya Mas Hari Abimanyu.

Aku tersenyum soalnya pacar aku menolak secara halus dan aku pun berpikir jika Mbak Syakila pasti akan menolak jika dibonceng berdua.

"Kenapa tidak naik mobil saja?" tanya Mbak Syakila lagi.

"Maksudnya kendaraan umum? Males ah, pasti ramai," sahut Mas Hari Abimanyu.

"Mobil pribadi kamu lah, tinggal suruh supir jemput kita," timpal Mbak Syakila.

"Tidak mau, aku sedang belajar mandiri." Mas Hari Abimanyu memang sedang belajar hidup mandiri jauh dari kemewahan.

"Mbak Syakila kalau tidak mau ikut di kontrakan saja," kataku tersenyum.

"Siapa bilang aku tidak mau ikut, aku mau ikut kok, tidak masalah naik motor," tutur Mbak Syakila tersenyum lebar.

Kata orang jika pacaran hanya berdua maka yang ketiga adalah setan, maka baiklah tidak apa-apa jika Mbak Syakila ikut, biar jadi pengawal.

"Kamu yakin Killa mau ikut?" tanya Mas Hari Abimanyu memastikan.

"Iya, aku yakin Abi." Mbak Syakila menarik tanganku sambil berbisik.

"Aryna lebih baik Mbak ikut kemanapun kalian pergi, tugas Mbak Syakila adalah menjaga kamu, Abi orang baik tapi tetap saja Mbak takut kalian khilaf," jelasnya.

"Iya, Mbak." Aku percaya Mbak Syakila adalah kakak angkatku yang sangat baik dan sayang padaku dia tidak mungkin punya maksud dan tujuan yang lain.

"Bagus, anak pintar," kata Mbak Syakila mencium pipi aku sambil tertawa kecil terlihat sangat senang.

"Kalian sedang berbisik apa kenapa tidak berkata saja didepan aku?" tanya Mas Hari Abimanyu dia penasaran dengan apa yang dikatakan oleh Mbak Syakila.

"Abi, ini adalah rahasia perempuan kamu laki-laki tidak boleh tahu," ujar Mbak Syakila menoyor kepala Mas Hari Abimanyu seraya tertawa.

"Killa kamu nakal ya!" Mas Hari Abimanyu juga membalas menoyor kepala Mbak Syakila. 

Bukan sekali atau dua kali tapi sering mereka terlihat sangat akrab seperti sepasang kekasih tapi keyakinan hatiku masih teguh jika wanita yang dicintai oleh Mas Hari Abimanyu hanya aku Aryna Zakia Rahma bukannya Mbak Syakila yang sudah dianggap sahabat sekaligus adik oleh Mas Hari Abimanyu.

"Kakiku pegal," kataku lirih membuat mereka berhenti tertawa.

"Mau aku gendong?" Sang pacar menawarkan dirinya padaku, aku hanya senyum.

"Masa kuat memangnya? Aku berat tahu!" Aku menolak tapi sebetulnya mau banget di gendong.

"Kamu menantangku?" Mas Hari Abimanyu melangkah mendekatiku kedua mata kami saling beradu, rasanya jantung ini terasa mau loncat sebab terlalu kencang berdetang.

"Aku gendong ya?" tanya dia lagi.

"Tidak perlu, aku hanya sedikit pegal kok. Jangan terlalu romantis nanti kisah cinta kita berdua lebih so sweet dari drama Korea," kataku senyum. 

"Haha …." Mbak Syakila tertawa dia jadi membayangkan drama Korea.

"Kenapa tertawa?" tanyaku heran.

"Kalian berdua bikin aku gemes soalnya, Aryna kalau drama Korea itu pasti selalu ada adegan kissing, kamu kan belum pernah …." Aku langsung menutup mulut Mbak Syakila yang bawel ini.

Aku kan baru pertama pacaran jadi mana mungkin pernah ciuman bibir dengan laki-laki, jujur memang pernah suka seseorang tapi perasaan itu hanya sebatas suka saja tidak lebih. Beda dengan perasaan sekarang, rasanya rindu menggebu jika tidak melihat wajah Mas Hari Abimanyu sedetik saja.

"Sudah biarkan Killa bicara, aku tahu dia akan berkata apa kok," ujar Mas Hari Abimanyu senyum meledekku.

"Memangnya Mbak Syakila mau berkata apa coba?" tanyaku ke Mas Hari.

"Dia mau berkata jika kamu Aryna Zakia Rahma belum pernah ciuman sama laki-laki betul kan?" Mas Hari wajahnya memerah.

"Kamu udah pernah ya?" Aku iseng saja bertanya mungkin laki-laki usia 22 tahun sudah pernah melakukan ciuman dengan pacarnya terdahulu.

"Kamu mau tahu banget? Kasih tahu gak ya, kasih tahu deh. Ciuman itu tidak penting, menurutku hubungan yang baik saling setia dan sayang sudah cukup," jelasnya membuat hatiku tenang

"Jangan munafik kamu Abi, masa tidak mau ciuman? Seperti laki-laki tidak normal," timpal Mbak Syakila.

"Maksud aku pacaran tidak harus ciuman jika tidak atas kemauan dua insan," jawab Mas Hari Abimanyu. Wajahnya memerah dia terlihat malu dengan perkataannya sendiri.

"Ciuman memang sebaiknya atas kemauan dua orang, jika pemaksaan apa jadinya," ujarku menggaruk kepala yang tidak gatal.

Namun adegan di film banyak sih, tokoh pria memaksa berciuman tokoh utama, kemudian pada akhirnya mereka saling jatuh cinta.

"Kamu sedang membayangkan apa Aryna? Kita sudah sampai kontrakan, mandi duluan gih!" kata Mbak Syakila.

"Iya, Mbak." Aku buru-buru membawa handuk dan ke kamar mandi. Tadi itu jalannya begitu santai jadi lama tapi menyenangkan jika berjalan dinikmati.

"Sudah jam setengah lima memangnya Mas Hari mau mengajak aku ke mana? Dia tidak memberitahuku," gumamku.

Aku buru-buru menyelesaikan mandi dan memilih baju yang pantas untuk jalan ke luar bersama pacar dan juga kakak angkatku mau tidak mau.

Celana levis panjang berwarna hitam menjadi pilihan favorit aku dipadu kaos polos berwarna navy, tidak lupa pakai jaket Levis warna navy juga biar warnanya senada dan terlihat keren.

Mbak Syakila mandi dia juga cepat hanya butuh waktu lima menit padahal kita berdua perempuan tapi tidak betah jika dalam kamar mandi lama-lama kecuali sedang buang air besar.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C17
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login