Download App

Chapter 2: Dunia Baru

"Bunuh semuanya! Dan tangkap yang masih muda!".

'Duaarr!'

Suara ledakan terdengar dari arah sebuah hutan.

Tidak jauh dari sana juga terlihat kobaran api menari dan langit malam menjadi kemerahan karenanya. Asap hitam mengepul hingga bersatu dengan kegelapan malam itu.

Dan penyebabnya adalah orang-orang yang sedang bertarung di sekitar sana. Tapi itu lebih terlihat pertarungan satu sisi.

Ngomong-ngomong itu sebenarnya sebuah serangan yang dilancarkan oleh beberapa orang dengan pakaian yang terlihat sama. Serangan tersebut menargetkan sebuah desa yang tidak begitu besar di tepian sebuah hutan.

Dilihat dari pakaian mereka yang sama, bisa dikatakan bahwa itu merupakan sebuah organisasi tertentu atau perkumpulan sebuah bandit.

Di antara serangan itu, sebuah pertempuran kecil juga terjadi di dekat masuk desa tersebut.

Dua orang pria asing berambut putih dengan pakaian pelayan dan remaja berpakaian kemeja datang entah dari mana di tengah-tengah mereka.

Dan secara tidak langsung, mereka juga ikut terseret ke dalam pertempuran itu yang sepertinya, mereka bukanlah bagian dari kedua kubu yang sedang bertarung.

"[Tusukan Angin Pemecah Badai]!"

Begitulah teriakan salah satu penyerang berbadan tegap dengan pakaian jubah bewana merah dan dilapisi dari luar oleh armor perak yang kelihatan ringan. Itu terjadi ketika dia akan menyerang remaja yang bersama pelayan paruh baya itu.

Sebelum menghujamkan pedangnya ke arah depan, pedang milik prajurit itu di selimuti oleh putaran angin bewarna kebiruan yang tetap mengumpul di sana.

"Tu-tunggu--!". Belum selesai bicara, remaja tersebut harus memikirkan keselamatan hidupnya saat itu juga.

Pedang prajurit itu melesat seperti tombak yang terbuat dari balutan angin yang mengarah langsung ke dada remaja itu.

Remaja itu pun mencoba melompat ke samping demi menghindari serangannya. Meski tidak terkena langsung oleh pedang prajurit itu, namun dampak dari tekanan angin di pedang itu menghemapaskan dirinya.

Dia terkapar dengan gumpalan darah segar yang keluar dari mulutnya. Wajahnya memucat bercampur kebiruan menahan kesadarannya yang mulai memudar. 'Itu… Bagaiaman bias?'

"Tuan Moreeey..!"

Teriakan pelayan paruh baya itu melihat remaja yang dianggap tuan oleh dirinya, terhempas hampir tidak sadarkan diri. Dia mencoba mencapai remaja itu, namun harus terhalang oleh seorang pria tua dengan kuku seperti macan yang bewarna merah.

"Sialan kalian!! Tidak dapat di maafkan".

Pelayan itu segera menyerang dengan kecepatan yang mampu memukul semua orang-orang berjubah merah itu seketika. Gerakannya cepat, namun sangat halus.

Beberapa di antaranya terkapar sambil memegang dada dan wajah mereka.

"Hmm, boleh juga kau".

Pria tua itu terlihat sangat tenag dengan serangan pelayan itu sebelumnya. Namun matanya tidak tenag sama sekali. Itu sebuah mata yang memancarkan tatapan haus darah.

Lalu pria tua itu memasang kuda-kuda layaknya macan yang menghadap ke arah pelayan itu. Pria tua itu terbang ke depan dengan cakarnya seperti anak panah yang melesat dari busurnya.

Sedangkan pelayan itu merentangkan kedua tangannya seperti menyerahkan tubuhnya. Namun tiba-tiba--, "[Manipulasi Darah; Tameng Darah]".

Seketika di depan pelayan itu muncul sebuah tameng setinggi manusia yang bewarna merah seperti darah. Tameng itu terlihat cukup tebal kira-kira setebal kepalan tinju anak-anak. Dan sepertinya akan sangat susah untuk ditembus.

Pria tua sebelumnya yang terlihat melesat tajam sudah tidak dapat terhenti.

'Pleeng!!'

Cakar pria tua itu mengeluarkan bunyi benturan besi saat berkontak dengan tameng pelayan tersebut. Tameng pelayan tersebut bergetar karenanya.

Tameng yang cukup tebal dan terlihat kuat itu perlahan menemui keretakan tepat di mana cakar pria tua itu memukunya. Dan setelahnya, tameng tersebut pecah seperti sebuah gelas kaca yang jatuh ke lantai.

Pelayan itu menekuk kepalanya melihat kebawah arah dadanya. Di mana kuku pria tua itu telah menembus tepat di jantung si pelayan yang memuntahkan sekantong darah.

Dan dari cakar pria tua yang telah ditariknya dari tubuh pelayan itu mengeluarkan asap bewarna biru tua. Dari warnanya kemungkinan itu adalah racun.

"Tak kusangka--, Aku meremehkanmu, dan-- itu malah menjadi bumerang bagiku".

Pelayan tersbut terlihat kesulitan menjaga kata-katanya. Dia mengetahui keadaan dirinya sendiri. Dan itu adalah, dia sudah tidak punya waktu lagi. Air matanya mulai mengalir yang menyentuh pipi pucatnya.

"Maafkan aku Tuan Raja dan Nyonya Ratu, karena tidak mampu mejaga Tuan Morey".

Kata-kata yang terdengar lirih dari pelayan tersebut mengakhiri nafasnya. Tidak ada lagi sorot kehidupan yang terpancar di matanya.

Sementara remaja yang hamper pingsan sebelumnya, hanya mampu menyaksikan pelayan itu berkahir tanpa berdaya. Dan perlahan kegelapan menyelimuti pandangannya.

***

"Duumm!"

Bunyi benturan roda kereta yang menabrak batu besar mengejutkan Haris dari ingatan pertarungan yang tidak di ketahuinya.

'Ingatan apa itu tadi?' Gumam Haris setelah tersadar akibat ingatan yang melaju seperti film itu.

Ingatan yang memperlihatkan pertarungan pelayan yang tewas itu membuat Haris mengirnyitkan dahinya. Dari sudut pandangnya, jelas bahwa dia juga berada di dalam pertarungan itu.

Itu juga terlihat seperti mimpi dan di saat yang sama, juga terlihat nyata. Haris memikirkan dugaan yang telah ada di dalam kepalanya saat ini. Meski itu bukan jawaban yang akan dipercaya oleh dirinya sendiri.

Haris kembali melihat layar status yang masih ada di depannya. Dan sepertinya tidak ada yang memperhatikan layar tersebut.

Kesimpulan yang mengatakan bahwa itu hanya dapat dilihat oleh dirinya.

'Morey? Bukankah ini nama dari pangeran vampir dalam novelku?'.

Ingatan lain muncul ketika Haris melihat nama tersebut. Ingatan yang sedikit berbeda namun dapat dicocokkan dengan yang sebelumnya. Ingatan itu tentang bagaimana Pangeran Morey dari novelnya sampai terseret ke dunia lain.

Dan juga sepertinya saat ini dirinya entah kenapa Haris, berada di dalam tubuh Morey.

Dalam ingatan tersebut, setelah perperangan bangsa Vampir dengan manusia di dalam novel buatan Haris, kedua orang tua Morey tewas. Dan setelahnya, Morey dibawa oleh pelayannya ke tempat yang aman dan membesarkannya jauh dari orang-orang.

Itu merupakan akhir dari cerita novel yang telah di tulis oleh Haris sebelumnya.

Dan yang mengagumkan, cerita setelah itu juga muncul ke dalam ingatan Haris saat ini.

Itu adalah ketika Morey menemukan sebuah kalung berbentuk naga kembar yang kemudian membuka sebuah lubang dimensi dan menyeret Morey dan pelayannya ke dunia ini. Dan sialnya, mereka terjatuh tepat di keadaan penyerangan seperti di ingatan sebelumnya berlangsung.

Hari mencoba tetap tenang dan menganalisis segala yang telah masuk ke otaknya. Sebuah jawaban telah muncul meski dia masih ragu untuk menungkapkan.

'Artinya, saat ini aku masuk ke tubuh Morey. Dan di saat yang sama Morey juga di pindahkan ke dunia lain yang berarti itu adalah diriku juga?' Haris memejamkan matanya seperti sudah lelah.

'Aku telah melewati dua dunia hingga sampai ke tempat ini berarti?'.

Haris yang saat ini Morey memncoba tetap tenang meski dia masih tidak mempercayainya. Kemudian dia mengamati kembali status miliknya.

Terlihat bahwa saat ini dia berada pada level satu. Juga ada skill-skill yang terlihat seperti milik Vampir. Layar itu sendiri jelas adalah sebuah layar status seperti di dalam game.

Lalu dia bangun dan duduk memperbaiki situasinya. Ada enam orang bersama dirinya di dalam kereta kuda yang melaju entah kemana. Mereka adalah orang-orang dari sisa perang yang telah dilihat Haris dalam ingatan Morey.

"Buka gerbang!!"

Lalu terdengar teriakan yang keras dari arah depan. Morey melihat ke sana dan itu adalah sebuah gerbang raksasa dengan tembok besar di sekelilingnya.

Di sana ada empat orang penjaga dengan pakaian kulit pelindung di dada mereka yang mulai membuka pintu raksasa itu.

Setelah pintu terbuka, mereka memberi hormat dengan menyatukan kedua tangan mereka. Tangan satu mengepal dan satunya lagi terbuka.

"Selamat datang tuan Lan Xiong".

"Hm". Pria paruh baya berbadan tegap itu hanya melambaikan satu tangannya dengan angkuh dari atas kudanya.

Sepertinya Lan Xiong itu merupakan seorang yang berkedudukan tinggi dan dihormati di tempat itu. Selain itu, pria bernama Lan Xiong itu adalah orang yang menyerang tubuh Morey sebelumnya.

Kereta kuda yang membawa Morey dan yang lainnya juga ikut masuk ke dalam gerbang itu mengiringi Lan Xiong.

Seorang yang tampak telah tua dengan janggut putih panjang berdiri di depan sana. Jubah bewarna merah memancarkan aura dingin dari caranya berdiri.

"Berapa yang kau bawa?". Tanya pria tua itu kepada Lan Xiong yang segera menuruni kudanya.

"Kami hanya berhasil mendapatkan tujuh orang, Paman". Jawab Lan Xiong sambil memberi hormat.

Pria tua itu adalah paman dari Lan Xiong. Dia bernama Lan Shikong yang merupakan salah satu Tetua di dalam Sekte Iblis Kegelapan. Itu merupakan sekte yang terkenal jahat di mana tempat para pembunuh dan alat kejahatan diciptakan.

Lalu pria tua itu berjalan ke arah kereta kuda tempat Morey dan yang lainnya di tempatkan. Dia melihat anak-anak yang ada di sana dengan mata tuanya.

Sorot matanya tertuju pada Morey yang terlihat berbeda dengan anak lainnya.

Morey memiliki rambut putih dan mata kemerahan yang mana berasal dari ras vampir. Kulitnya putih sedikit pucat menjadi ciri khas dari ras tersebut.

"Siapa bocah rambut putih itu?".

Tanya Lan Shikong yang penasaran dengan Morey. Ketertarikan terlihat dalam pandangan pertamanya saat melihat Morey.

"Aku juga tidak tahu. Saat kami menyerang desa itu, dia sudah ada di sana bersama dengan seorang pria paruh baya yang berkemampuan aneh".

"Kemampuan aneh?".

Pria tua itu kembali melototi Morey sambil menggosok-gosok kedua sisi kumisnya. Dia seperti memikirkan sesuatu yang mengerikan ketika senyum tipisnya samar terlihat.

"Betul sekali paman. Pak tua Niang yang menghadapi orang itu juga melihatnya". Jelas Lan Xiong seiring menganggukkan kepalanya.

"Kalau begitu, bawa mereka semua. Mungkin mereka akan berguna bagi sekte kita nanti".

Senyum tipis mengantar Lan Shikong segera menghilang seketika dari pandangan. Itu bukanlah gerakan yang mampu dilakukan oleh pria tua seperti yang terlihat dari parasnya.

Segera setelah Lan Shikong pergi, Lan Xiong membawa Morey dan yang lainnya ke sebuah lorong yang berada di bawah tanah. Lorong tersebut dihiasi api dari kotak lentera yang memandu mereka di kegelapan jalan itu.

Setelah berjalan sekitar lima puluh meter, ujung dari lorong itu mulai terlihat. Itu adalah sebuah ruangan! Sebuah ruangan yang berada di bawah tanah.

Dinding dari tanah alami yang tidak datar itu menjadi tempat bergantung api-api penerang ruangan. Seperti goa tempat persembunyian yang begitu luas. Bahkan saking luasnya, itu tampak seperti tiga kali luasnya lapangan sepak bola.

Dan di sana, ada beberapa murid yang sedang berlatih secara berkelompok. Setiap kelompok mereka memilki jenis latihan yang terlihat berbeda.

Ada yang duduk bermeditasi, juga ada yang sedang melakukan adegan gerakan beladiri. Itu seperti sebuah sekolah bela diri di mana murid-murid berlatih di dalamnya.

Tapi yang membuat Morey merinding adalah raut wajah mereka. Itu bukanlah raut wajah yang menampilkan kebahaian dalam berlatih. Di balik wajah mereka mengandung ketakutan. Juga rasa tangis yang tertahan dan tidak dapat mereka keluarkan.

"Wah, senior Lan Xiong. Apa ini barang baru?".

Seorang pria yang tampak sebaya dengan Lan Xiong datang menghampiri. Dari jalannya yang terhuyung-huyung sekilas seperti orang mabuk.

Giginya seperti kelinci yang sedikit menonjol keluar. Tubuhnya tampak kurus, namun auranya sangat kejam dan kuat.Tangannya terlihat lebih panjang dari pada orang biasa dan dilengkapi kuku yang seperti pisau di setiap jarinya.

Dengan wajah datar, Lan Xiong menjawab

"Seperti yang kau lihat. Latih mereka sehingga mereka pantas untuk di bawa ke sekte dan berguna bagi sekte".

"Hiehehe…". Tawa jahat pria itu sedikit menggema di dekat mereka. "Tentu saja. Akan kami buat mereka menjadi orang yang berguna".


CREATORS' THOUGHTS
KobenG KobenG

Adakah pemikiran tentang kisah saya? Tinggalkan komentar dan saya akan menmbaca dengan serius

Apakah kamu menyukainya? Tambahkan ke koleksi!

Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login