Download App
66.66% C O L D / Chapter 2: 2 Dengan sentuhan terakhir

Chapter 2: 2 Dengan sentuhan terakhir

Hari demi hari aku lalui menjandi suatu kebiasaan, setibanya Dayu kerumahku, kami habiskan waktu mencari info kerjaan, kesana kemari mengirim surat lamaran. Makin lama Dayu terlihat akrab dengan kedua orang tuaku. Akhirnya kami menemukan info lowongan pekerjaan dari internet, karena Dayu sudah sepekan dirumahku, keluarganya juga sudah berulang kali menghubunginya agar segera datang ke Jakarta. Kami putuskan pamit dan meminta izin kepada orang tuaku, agar dapat berangkat ke Jakarta sembari melamar kerjaan. Orang tuaku menginzinkan dengan satu syarat kami harus mau berkunjung ke rumah kakak tertuaku. Untuk membantu kami selama melamar pekerjaan di kota besar. Ketika Bapak mengantar kami ke terminal bis, terlihat mata yang basah memerah mencoba Bapak tahan dariku. Aku sempat mengungkapkan "Bapak... Desy sayang Bapak sama Ibu. Jangan nangis ya aku bisa jaga diri, aku bakal cari kerjaan dan tidak akan kabur-kaburan lagi, tenang ya pak." Ku akhiri dengan mencium pipi dan keningnya.

Kami berdua menaiki bis dengan rasa harapan, sepanjang perjalanan memikirkan sketsa menghadapi kakakku itu. Sedikit banyak Dayu sudah mengetahui tentang kakakku. Malam berlalu tujuh jam perjalanan dan akhirnya kami sampai tujuan, kebetulan bis itu hanya terisi separuhnya saja, jadi juga kami leluasa menempati kursi. Setibanya pemberhentian, Kakakku sudah menunggu dengan taxi yang dipesanya. Tanpa bosa-basi tanpa menyabut salam tanganku ia mengomel. "Bukanya kamu sudah di jadi urusan Budi, kenapa kesini kalau kamu belum dapat kerjaan jangan ajak-ajak anak orang. pikirin dirimu sendiri dulu ngurus diri sendiri aja belum becus." Tanpa berkata-kata lagi kami berdua dibawa kerumanhya, keesok harinya Bapakku telepon aku dan ingin bicara dengan kakakku. "Sull... adikmu dah nyampe belum? aku titip adikmu dulu disitu sampai urusanya kelar ya, ajar-ajari dia karena adikmu itu sering teledor, bilang sama istrimu." lalu jawabanya "Katanya jadi urusan Budi, kok pergi ke Jakarta?" "Iya.. nanti disitu mau dicariin kerja sekalian di PT sama suaminya Saudah dan suaminya Lasmi." Mereka yang di sebutkan Bapak itu adalah saudara kandung mas Budi, Ujar Bapak. "Gini aja Sul, berapa biaya makan selama adikmu disitu aku kirim dari sini." "Iya nggak apa-apa Pak, nggak usah dipikirin masalah itu."

Seperti biasanya dimana mereka sibuk dengan aktifitas mereka. Pagi-pagi buta mereka sudah pergi bekerja untuk menghindari macet. Nyonya yang satu itu tidak terlalu pintar masak dan kerjaanya tidak ada yang beres. Dimana setiap harinya aku dan Dayu harus beli makan sendiri. Keesokan harinya kami minta diantar ke daerah Kali Malang disitulah sedang berlangsung seleksi calon karyawan PT yang kami dapat dari internet. Pada saat giliran kami di panggil dan mengisi formulir, banyak kecurigaan kami seperti lokasi pengadaanya tidak umum seperti disewa mereka memilih komplek ruko yang belum selesai pengerjaanya. Terlihat jelas tidak nyaman bagi pendaftar, disisi lain masih banyak pekerja bangunan mondar mandir. Jauh dari jalan utama, tempatnya tersembunyi. Para audit yang garang dan tak jarang meminta penjaga melarang kami menunggu atau berada di dekat ruko malahan kami yang sudah melamar langsung di usir dengan kasar, katanya nanti akan diberi konfirmasi lewat WA. Seperti ada yang tidak. beres entah apa yang mereka tutupi, akupun meragukan mereka, mereka juga tak sungkan memungut biaya jika ingin lolos, bukanya itu lowongan terbuka ya.. Dan tidak jelas nama PT yang sedang membutuhkan karyawan. Sontak aku tidak ingin melanjutkanya, "Dayu menurutmu gimana, kayaknya ada yang tidak beres." "Iya.. balik aja yuk? kamu tau jalan pulang kan ?"

"Tau.. kita naik angkutan itu aja."

Sesampainya kami dirumah, tidak ada yang menegur kami atau menanyakan kabar kami. Karena tidak ada lauk pauk kami putuskan untuk pergi mencari warung makan. "Des.. keluar yuk ada yang mau ku obrolin, kebetulan pulsaku habis aku juga mau ambil uang di ATM" "Oke... aku juga mau kabarin orang tuaku mungkin aku disini mau antar kau dulu ketempat saudaramu, baru aku pulang. Kita cari makan sekalian ya Day."

Tiba-tiba mas Budi telepon, "Halo.. Des gimana kabar kamu sama temenmu, berhasil tidak?"

"Kurang baik mas Bud.. ternyata itu penipuan, aku baru aja baca info di internet.Tadi juga disuruh bayar kalau mo lolos. Tapi kami pergi nggak kami lanjutin."

"Jadi apa rencanamu..? Mas tau disitu kalian nggak diperhatikan. Trus gimana nasib temanmu itu."

"Aku antar dulu temanku ini kerumah saudaranya baru aku pulang jawa mas Budi."

"Dah kalian minta antar kerumah mbak Saudah aja. Suaminya kebetulan kerja di PT bikinlah lamaran biar dibantu masukin kerja." Sebenarnya aku agak ragu, Dayu juga merasa kurang nyaman jika harus lama-lama tak bertemu dengan saudaranya. Karena merasa tidak enak hati kami mengiyakanya. Mungkin. mas Budi malu jika tidak menjukan sikap tanggung jawabnya dengan Kakakku. Begitu juga Ibu yang takut hubnganku makin tak terkendali dengan teman-temanku yang sebetulnya Ibu tak tau itu semua hanya pelarianku saja. Aku juga berulang kali dekat dengan pria yang hanya berujung perpisahan. Ibu tau betul tentang aku, orang yang tak mudah diluluhkan namun jika sudah menyukai seseorang aku bisa lupa mana yang benar atau yang salah seperti layaknya budak cinta.

Pengalaman yang tak terlupakan, sejak aku tinggal di rumah saudaraku, kami menunggu datangnya kabar gembira, sembari membantu saudaraku membuat kue lalu tiap pagi menitipkan dagangan ke warung, kantin sekolah, membantu putrinya belajar, dari situ kami merasa tidak terlalu merasakan kejenuhan. Namun tindak pelecehan sexsual dilakukan oleh suami saudaraku. Ia pernah meraba-raba tubuhku. Sempat ingin menciumku ketika aku tertidur di ruang tamu. Namun terlanjur kepergok oleh Dayu. kebetulan Dayu baru pulang dari membeli pulsa. Setelah itu kami mendapat kabar ada orang dalam yang ingin membantu lewat jalur belakang. Lalu salah satu lamaran yang kami kirim ke PT memberi jawaban, saat itu hanya Dayu saja yang di panggil untuk interview. Kepulangan Dayu tidak membawa kabar baik, dia sedih lalu teringat oleh saudaranya. seminggu sudah kami tinggal disitu kemudian saudaraku yang lain datang suaminya juga kerja di PT. Mereka ingin aku dan Dayu ikut tinggal sama mereka alasan ingin mencarikan pekerjaan. Namun kami merasa seperti bola, Dayu. memutuskan untuk mengunjungi saudaranya tinggal. Dia berkata "Desi mau sampai kapan kita luntang lantung, oper sana oper sini. Saudaraku bilang jika disini ada rumah sanak saudara kenapa kamu tinggal dengan orang lain. Kamu pikir-pikir dulu yang dalam, kamu ingin pertemuan kita sampai disini aja atau kamu mau giliran ikut aku sama saudaraku?"

Perkataan itu tak mampu ku jawab. hanya dalam hatiku berbicara kenapa disaat seperti ini hanya ingin pulang aja seolah tertahan. Atau aku tak diinginkan lagi? kenapa seandainya begitu merantau lagi ke Malaysia aku tak diizinkan.

Dengan berat "Oke Dayu, kayaknya kita berposah disini.. semoga kamu mendapatkan keberuntunganmu, tetap jaga komunikasi ya.. Dayu aku tahu kamu menyimpan perasaan buruk. Tapi apapun itu kita tetap berteman ya. Aku hanya ingin pulang Dayu mungkin bukan disini rejekiku".

"Iya mudah-mudahan ada keberuntungan untuk kita. Aku nggak akan melupakan Bapak dan Ibumu Des". "Jadi gimana ya.. aku gak mau ke Cikarang, dari Bekasi. Mau pulang aku Yu.!!"

"lebih baik kau pulang aja, aku takut kau kenapa-napa. Kau ingat suami saudaramu itu kurang ajar".

Aku hanya terdiam, menahan tangis dan khawatir mengatar Dayu menaiki angkutan umum. Keesokan harinya aku di jemput oleh suaminya saudaraku, aku disuruh menginap di samping rumahnya milik tetangganya yang dititipkan olehnya karena sedang pulang kampung. Aku disuruh membereskan dan membersihkanya tiap hari. Jika waktu makan tiba, aku di panggil untuk makan bersama. Sayang karena tak sanggup lagi dan aku paling pobia dengan kesendirian, akhirnya aku minta tolong dengan Eyang dan keponakan Ibu di Pondok kelapa. Aku menangis dan hanya ingin dijemput agar bisa pulang ke Purworejo. Aku juga menceritakan bahwa aku mendapatkan perlakuan pelecehan sexsual. Semua terjadi sangat cepat. Mereka memanggil Kakakku untuk mempertanggung jawaban atas tindak keteledoranya. Singkat cerita aku dijemput oleh Eyang, melalui perkataanya mereka mau ambil aku dan balik dulu ke Jawa. Soal pekerjaan bisa nyusul gimana nanti kelanjutanya. Hanya itu yang aku dengar.

Sempat aku berpamitan dan mengucapkan terima kasih. Lalu aku jalani kehidupanku yang baru dirumah Eyang dengan harapan baru.


Load failed, please RETRY

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login