Download App

Chapter 2: Trauma

Sepertinya apa yang terjadi cukup memengaruhi pikiran Seira sampai gadis itu berulang kali menggelengkan kepalanya demi menghalau pikiran buruk hinggap di otaknya. Bukan hanya itu, dia juga mendesah berulang seolah kejadian tadi adalah hal yang serius baginya. Bahkan tidak sekali dua kali dia mengusap wajahnya.

"Nggak usah dipikirin kali, Sei! Mereka memang begitu. Lo juga tahu kan mereka." Meri menimpali kegusarannya. Seira tak menggubris. Telapak tangannya masih setia menutupi wajah yang tertekuk.

"Makanya, lain kali kalo jalan liat-liat dong, jangan fokus aja ama buku. Gimana sih lo itu, Seira!" Ria berkomentar sebal melihat tampang Seira yang masam, jauh dari biasanya.

"Kalian diam sajalah kalo kesannya cuma buat aku bikin stres aja," katanya ketus.

"Sabar, Ra." Marina mengusap lengan Seira. Gadis itu paling dewasa dan pengertian. Seira menganggukkan kepalanya saja.

Mereka berada di taman kampus, duduk di kursi berbahan kayu dengan naungan pohon beringin yang rindang. Tiga teman cewek Seira hanya memperhatikannya, mereka juga bertanya-tanya mengapa dua pria itu bersikap begitu padahal mereka sebenarnya dekat. Ya, setahu mereka begitu dan itu bukan rahasia lagi kalau Seira sering kali dikelilingi cowok.

Para mahasiswa yang melihatnya berbisik, sepertinya mereka membicarakan kejadian pagi tadi. Astaga, kenapa juga harus pagi, sih? Malam aja sekalian biar wajahnya Seira tidak terekspos dengan jelas. Sialan banget kedua cowok itu. Lihat saja, dia bakal buatn perhitungan, seenaknya menjadikan dia rebutan. "Apaan maksudnya, sih?" Batin Seira benar-benar berperang.

"Sei, lo mau makan sesuatu gak, biar gue pesenin?" tawar Ria kemudian setelah mereka sibuk dengan pikiran masing-masing.

Seira menatapnya dan mengangguk. "Lo taulah kalau aku lagi bad mood. Cup besar, Ri, aku nafsu nih," kata Seira. 

"Oke!" Ria mengangguk paham. Maksudnya es krim cup untuk membuat Seira menjadi lebih baik. "Yok, Mer," ajaknya pada Meri.

Sepeninggalan Meri dan Ria, di bangku taman itu hanya ada Marina dan Seira, berduaan saling bicara untuk menghilangkan bosannya sampai seseorang menyapa tak lama kemudian.

 "Hai." Dia menyapa cukup ramah samapi membuat Seira menatapnya aneh, dan tanpa minta izin dulu, dia duduk di dekat Seira membuat tatapannya tak lepas, tapi kemudian Seira mengalihkannya lagi, tak peduli dengan kehadirannya. "Cuek amat, sih lo. Ada masalah?" tanyanya. 

Dasar tidak peka!

Seira tak menjawab membuat pria itu menatap Marina. 

"Lagi badmood. Ada perlu?" tanya Marina membantu suara Seira untuk menjawab pria itu. 

Pria dengan perawakan tinggi dan penampilan selalu rapi itu mengangguk, mengiyakan pertanyaan Marina. 

"Iya, sama Seira, tapi dianya gitu, jadi ragu deh ngasih tau," katanya sengaja benar.

"Apaan?" Seira menanggapi ketus. 

Sejak kejadian jadi rebutan itu tadi pagi membuat dia jadi tidak mood di dekati cowok, tak peduli siapa pula cowok di sampingnya kini.

"Aku mau ngasih tau kalau …."

"Sei, ini es krimnya!" teriak nyaring dari Mery menghentikan kalimat cowok itu. Mery datang dengan satu cup es krim ukuran sedang di tangannya lalu menaruhnya tepat di hadapan Seira. "Lo ngapain di sini? Bukannya ada rapat, heh?" tanya Mery pada cowok itu.

Pria itu mengembuskan napasnya dan mengangguk kemudian fokus pada Seira yang langsung melahap es krimnya begitu saja tanpa merasa dingin. Segitunya dia emosi sampai makan es krim aja seperti takut diambil orang, ckck.

"Iya, emang ada rapat, makanya aku di sini kalau mau ngasih tau ke Seira, kita ada rapat gabungan untuk membahas issue yang sedang terjadi. Yah, kita bisa mulai gimana kalau sekretaris yang pentingnya aja malah sibuk makan es krim."

Merasa tersindir, Seira yang sedang melahap es krimnya segera melayangkan tatapan setajam siletnya pada cowok itu. 

"Astaga, bawel kamu. Bentar aja napa, aku lagi makan ini. Entar habisin dulu biar adem, dan thanks udah ngingetin, kamu emang the best," kata Seira dengan mulut penuh es krim membuat ketiga orang di dekatnya itu menatap dengan beragam.

Seira mengambil tisu yang di sodorkan Marina dan melap mulutnya lalu mengambil cermin. Sepertinya moodnya sudah lebih baik sekarang. 

"Semoga nggak ketemu berandalan itu," gumamnya sebal. Awas saja kalau bertemu. Meri menganggukkan kepalanya. "Siapa yang beliin ini?" tanya Seira pada es krimnya. 

"Udah nggak usah dipikiran, Sei sayang, lo mending ke rapat aja, gih. Gue nggak nyaman di tatapan sama para cewek pengagum dia," kata Mery. Pede sekali tatapan para gadis itu ke arahnya padahal kan ke pria itu yang sejak tadi menatap Seira takjub. 

"Ya udah deh, thanks buat es krimnya, bilang Ria juga aku entar back usai rapat, kalau enggak ya besok aja ding. Tau kan kalo rapat gabungan, bawaannya lama beut sampe aku ngantuk," seloroh Seira sambil bangun dari duduknya. 

Meri hanya menganggukkan kepalanya mirip mainan yang kepalanya begerak. 

"Yok Papinya anak BEM," ajak Seira pada pria itu.

Marina dan Meri menatap kepergian Seira bersama pria itu yang tampak begitu akrab. Lihatlah, tangan cowok itu yang berada di kepala Seira seolah mengelusnya layaknya ke adik padahal mereka jauh, teramat sangat jauh sekali perbedaannya.

 "Siapa sih yang nggak kenal Minho? Cowok ganteng gitu, Seira nggak ngelirik, sayang banget," komentar Ria yang baru datang, ternyata dia juga memperhatikannya, bagaimana pria itu perhatian pada Seira.

Meri mengangguk membenarkan. Memang susah temannya yang satu itu.

"Ho'oh. gue heran sama dia. Apa otaknya rusak kali?" komentarnya asal.

Marina hanya menggelengkan kepalanya. Dia yang bersikap dewasa dan pengertian, tentu mengenal Seira meskipun mereka baru bersama sejak masa OSPEK kampusnya. Gadis yang merupakan mahasiswa kedokteran itu memang populer di kalangan cowok kampus. Bukan hanya itu, Seira sering kali mendapat banyak perhatian sehingga membuat para cewek yang tak mengenalnya banyak menaruh iri. 

Tunggu dulu. Minho? Lee Min Ho? Bukan. Masa iya aktor tampan asli Korea Selatan itu. Lah bagaimana pasangannya coba kalau Minho di sini? Tidak, parasnya juga beda jauh, kok, dengan cowok itu. Wajahnya lebih mirip ke Lee Donghae dari Boy Grup Super Junior atau Stevan William, aktor tampan yang dimiliki Negeri Seribu Pulau ini. Donghae sendiri banyak dibandingkannya dengan Ariel Noah. Lah malah jadi bahas artis?

Ngomong-ngomong, tadi Seira menyebutnya 'Papinya anak BEM' ya?

"Armin, cowok itu ganteng, manis pula. Wajah asli orang Korea campuran Betawi, apa iya nggak masuk ke hati Seira? Dia perhatian pula." Mery bermonolog sambil menyantap mie yang di pesan Ria tadi. 

"Hooh, gue gak paham juga. Kalau itu gue, kenapa nggak ambil kesempatan coba? Kan lumayan, ganteng dia, bisa di pamerin ke banyak orang," timpal Ria. 

Mery mengangguk. Hanya Marina yang diam dan menggeleng. 

"Dia trauma," ujarnya yang membuat tatapan Meri dan Ria padanya.

"Trauma?" tanya mereka bersamaan. Marina mengangguk. "Apa?" Lagi, mereka bertanya bersamaan.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C2
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login