Download App
60.71% DARK HEROS

Chapter 17: Pengacau yang Ulung

Osute nampak sangat menikmati kekacauan yang terjadi. Matanya berbinar melihat deretan rumah porak poranda dan jeritan ketakutan dimana-mana. Bagi mereka, teriakan ketakutan, isak tangis dan air mata ketidakberdayaan adalah hiburan yang paling menyenangkan.

Para siluman, memang sangat suka hal seperti itu. Mereka suka menindas yang lemah untuk menunjukkan kekuatan.

Splash!

Lagi jaring laba-laba terbentuk, kekacauan benar-benar komplit. Osute sampai bertepuk tangan.

"Kenapa kau disini?" suara khas baritone yang penuh aura dingin dan kejam tiba-tiba menyeruak di telinga Osute. Ia langsung berbalik dan menyunggingkan senyumannya yang paling terbaik.

"Tuan! Anda memiliki peliharaan baru?" tanyanya dengan wajah berseri-seri.

"Apa? … memangnya tak boleh?" Hanzai menatap datar.

"Hehehe … bukan begitu, Tuan. Tapi bolehkah aku juga memiliki yang seperti itu?"

Sudut mulut Hanzai terangkat. Namun sorot matanya tetaplah sedingin es.

"Jangan lupa kau juga peliharaanku. Hanya karena aku berbaik hati sedikit saja, kau jadi lupa diri," celanya.

"Hm." Osute memajukan bibirnya. Wajahnya jadi cemberut.

Ia kembali memalingkan matanya ke depan, menatap puluhan siluman laba-laba sedang menjerat mangsanya. Entah sudah berapa manusia yang terjerat jaring laba-laba itu. Mereka semua menggantung dengan teriakan ketakutan yang menggema ke seluruh desa.

"Tuan … kau tak berniat membunuh mereka?" Mata Osute menyipit memperhatikan manusia-manusia itu hanya sedikit sekali yang mati. Selebihnya hanya menempel di jaring.

" …."

Tak mendapat jawaban, Osute menatap wajah pangeran kegelapan yang selalu datar seperti biasanya.

'Sebenarnya apa yang direncanakan, Tuan Hanzai? Dia bahkan tak ingin berburu rubah,' batin Osute.

"Ah!" Osute membelalak. "Aku sampai lupa! Dasar bodoh sekali aku ini!" Ia memaki dirinya sendiri yang baru ingat tugas penting dari ratu untuknya.

"Tuan! Ratu mencari Tuan," katanya. "Aku diperintahkan mencari Tuan. Sepertinya ratu ingin bertanya soal Tuan yang berhenti mencari bulu rubah untuknya."

Hanzai bergeming. Entah dia mendengarkan atau tidak. Namun netranya hanya memperhatikan kumpulan siluman laba-laba utusannya yang sedang melaksanakan perintahnya dengan baik.

"Ayolah, Tuan … aku bisa dimarahi ratu jika Tuan tak menghadapnya." Osute langsung berlutut mengatupkan tangannya dan memohon. Wajahnya memucat ketakutan jika bujukannya ini malah membuat Hanzai marah, namun ia tak memiliki pilihan yang lain.

"Berdirilah …," ucap Hanzai sambil berjalan.

"Ba-baik, Tuan!" jawab Osute bersemangat. Akhirnya dirinya berhasil membujuk pangeran kegelapan dan membawanya ke hadapan sang ratu.

*****

Pemandangan hutan yang tentu saja masih seperti biasanya, membuat siluman itu tak kesulitan melaluinya. Lompatannya bahkan terlihat sangat estetik saking sudah seringnya melakukan hal itu.

"Hei, Heros!" teriaknya sambil mencebik kesal. "Apa aku harus masuk ke dalam bajumu begini?"

Heros hanya mengernyitkan dahi saja tak menggubrisnya. Siluman rubah kecil itu makin menekuk kesal wajahnya. Bagaimana tidak? Mentang-mentang dirinya kecil, Heros memasukkannya ke dalam baju dan hanya menyisakan kepalanya saja untuk menjulur keluar.

"Ini bukan satu-satunya cara yang terbaik," gerutunya.

Heros akhirnya berhenti melompat untuk meladeni siluman rubah di dadanya. "Memang kau bisa mengikutiku? Langkahmu bahkan hanya seperenam dari langkahku. Aku tak mau menunggumu berjalan terlalu lambat!"

"Kau bisa menaruhku di kepala," cicitnya lagi namun dengan suara kecil yang hanya seperti gumaman. Ia tak berani menatap ataupun berbicara keras melihat wajah Heros yang ikut kesal.

"Baiklah … baiklah … ayo jalan," celetuk siluman rubah itu. Ia tak mau mendapat tatapan mengintimidasi dari Heros terlalu lama. Bisa beku matanya jika terus-terusan bertatapan dengan Heros yang dingin.

Heros menatap tajam. Curiga kalau-kalau siluman rubah ini berencana melakukan sesuatu padanya.

"Jangan gunakan kukumu untuk mencakarku. Itu jika kau tak ingin kehilangan tangan," tandas Heros lalu mulai melompat lagi.

"Iya iya!" sahut si rubah dengan ketus. "Kita sebenarnya mau kemana?"

"Aku mencari seseorang," sahut Heros singkat.

"Siapa? Apakah manusia?" tanya siluman rubah itu lagi.

Heros nampak mengernyit.

"Untuk saat ini, bukan. Aku harus menemukan siluman gagak tua itu dulu," balas Heros dengan mata tegas namun tetap terlihat sedikit penyesalan disana.

"Siluman gagak tua?" Siluman rubah itu nampak berpikir sambil menggaruk-garuk dagunya yang tak gatal.

Namun saat perjalanan itu makin jauh, Heros berhenti melangkah karena kekacauan dihadapannya.

"A-apa yang terjadi?" Siluman rubah itu tersentak melihat banyak sekali jaring besar putih yang lengket. Bukan hanya itu, puluhan manusia sedang menggantung di dalamnya.

"Mereka terjerat!" katanya lagi pada Heros yang nampak mengerutkan dahinya makin dalam.

"Itu semua … bukankah jaring laba-laba?" tanya Heros dengan mata tak percaya.

"Em," Angguk siluman rubah. "Siluman laba-laba pasti menyerang mereka."

Heros makin menajamkan kewaspadaannya. Siluman laba-laba yang mereka maksud pasti masih berada disekitar sana. Mereka tak boleh sampai lengah. Dan benar saja …

Splashhhhhhh!!!!!

Sebuah jaring putih menyerang Heros. Untungnya ia dapat menghindar.

"Hah! Dia benar-benar disini!" pekik siluman rubah itu sambil bersembunyi di dalam baju Heros. Ia hanya berniat menjadi pengamat di pertarungan kali ini.

"Heros! Berhati-hatilah! Jaring mereka itu sangat lengket. Akan sangat sulit dilepaskan jika kau sudah menempel disana." Siluman rubah itu memperingati.

"Kau juga hindari dia agar tak tergigit …. Mereka makhluk yang beracun."

"Sudah mengocehnya! Aku tak bisa konsentrasi jika kau ajak bicara terus!" jawab Heros dengan omelan.

SPLAASSSSSHHH!!!!

Wusssshhhh!!!!

"CAKARRRR ANGINNN!!!!" Heros mencoba menghalau dengan cakar anginnya. Memang jaring itu terbelah, namun tetap saja terlempar ke arah Heros.

"Akh!!!!" Heros tersentak. "Hampir saja!"

Heros berguling menghindari jaring itu.

"Sial! Sepertinya cakar angin hanya mampu mengoyaknya saja. Jaring itu tetap bisa jadi perangkap jika aku sampai kena." Heros membelalak.

Jaring putih milik siluman laba-laba ini patut diacungi jempol. Sepertinya lebih kuat dari lem super glue yang premium sekalipun.

"Heros, aku rasa itu tak akan berhasil. Kau harus menyerangnya dari dekat," ujar si siluman rubah. "Tapi, dekat juga berbahaya. Dia bisa lebih mudah menyerangmu."

Heros adalah pendengar saran yang baik. Meski kadang ia tak melakukan apa yang diminta oleh orang sekitarnya, setidaknya ia belajar dari apa yang mereka ucapkan.

Artinya kali ini, serangan Heros harus mengenai tubuh siluman laba-laba itu. Setidaknya itulah yang bisa ia tangkap dari ucapan siluman rubah padanya.

Netranya memeriksa sekeliling dan menemukan apa yang dicarinya. Benda itu pastilah digunakan para manusia untuk membela diri ketika siluman laba-laba ini datang.

Heros menyeringai, ia memiliki ide dibenaknya. Heros sudah lebih siap ketika siluman laba-laba itu menyerang lagi.

Splasshhh!!!

Tangan Heros langsung melempar kuat benda yang digenggamnya agar bertubrukan dengan jaring laba-laba itu sambil berteriak dengan kuat, "CAKAR ANGIN!!!!"

Wusshhhhhhh!!!!

Pisau itu terdorong dengan kekuatan energi cakar angin milik Heros, membuat jaring itu langsung terbelah, dan …

CRATT!!

"SHAAAAA!!!"

Siluman laba-laba itu menjerit. Perutnya tertusuk pisau yang dilayangkan Heros. Sedangkan Heros meski menghindar, tangannya terkena sedikit jaring laba-laba siluman itu.

Seketika siluman laba-laba itu langsung rubuh dan mati.

"Sebenarnya ada apa ini?!" Heros mengernyitkan dahi. Dalam 15 tahun kehidupannya bersama Kara, ia tak pernah menemui siluman level Tsu di dunia manusia.

"Bukankah sudah aku katakan padamu, jika Hanzai sedang berbuat kekacauan dimana-mana?"


CREATORS' THOUGHTS
FharasTheQueen FharasTheQueen

Hai Reader! Gimana episode kali ini? Penulis berharap kalian suka dan tetap stay bersama Heros! Yuk sapa Heros di kolom komentar!

Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C17
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login