Download App
6.71% TABUR TUAI

Chapter 9: Pertolongan Dirga

Pendaftaran dokter spesialis sudah mulai dibuka, sesuai keinginan Eliza dia akan melanjutkan menempuh pendidikan dokter spesialis paru setelah masa internshipnya selesai.

"El, kapan kamu ke Jakarta untuk daftar?" tanya Karin.

"Kayaknya Sabtu depan ini deh Rin, besok aku mau izin urus beberapa persayaratan yang kurang."

"Ooh. Persyaratan apa lagi gitu?"

"Tinggal sertifikat ATLS sama ACLS sih."

"Kamu mau ambil pelatihan dimana El?"

"Yang ATLS sih kayaknya di Jakarta, kalau ACLS di Jogja saja."

"Kenapa harus terpisah El?"

"Soalnya peserta ALTS yang di Jogja sudah penuh. Aku telat mendaftar."

"Oh gitu, capek banget kamu EL, harus bolak-balik Jakarta Jogja."

"Mau gimana lagi, jadwal paling dekat ya itu."

Karin mengangguk-angguk, kemudian dia sibuk dengan telepon selulernya. Eliza juga kembali fokus dengan laptopnya.

"Eh El, ALTS kan yang di Jakarta?" tanya Karin tiba-tiba dan mengejutkan Eliza.

"Iya, kenapa?" tanya Eliza heran.

"Aku baru ingat kemarin sepupuku cerita kalau penanggungjawab penyelenggaraan ALTS yang di Jogja itu adalah temannya. Siapa tahu kamu bisa diselipin El, iya kan?"

"Sepupu kamu yang mana?"

"Ituloh yang perwira polisi."

"Ooh, terus untuk tanggal berapa?"

"Kata dia sih tanggal 16, berarti lusa dong…"

"Ahhh yang untuk 2 minggu lagi saja sudah gak terima pendaftaran, apalagi yang lusa Rin," ujar Eliza datar.

"Ya kan siapa tahu pakai tenaga orang dalam bisa manjur, iya kan?"

"Terserah kamu de Rin…"

Karin tersenyum sambil mengangkat kedua alisnya kemudian dia menghubungi sepupunya, Dirga.

"Halo Ga, lagi sibuk gak?"

"Ehmmm, kenapa memangnya? Kalau penting aku ladeni…"

"Dik sok bener jadi orang…"

Dirga terkekeh, "Kenapa? Tumben telepon siang-siang…"

"Eh kemarin kamu bilang teman kamu ada yang jadi penanggungjawab ALTS di Jogja kan?"

"Iya. Memangnya kenapa?"

"Temanku ada yang mau daftar, boleh gak?"

"Ya mana aku tahu, kok tanya sama aku sih?"

"Iiih ya bantuin dong, kamu tanya temen kamu itu masih tersedia 1 bangku kosong gak?"

"Aduhhh, kamu ya merepotkan terus. Nanti deh aku tanya," gerutu Dirga.

"Sekarang dong Ga, kita butuh sekarang."

"Iya…iya bawel."

"Aku tunggu ya Ga, sekarang…" Karin menutup teleponnya.

"Rin, kamu maksa banget sama sepupu kamu. Aku jadi gak enak," ujar Eliza.

"Gak apa-apa El, kita berdua memang suka begitu kok."

"Kalian sumuran?"

"Enggak, dia 7 tahun lebih tua dari aku. Tapi kita sudah dekat banget, dari kecil juga sudah bareng. Makanya diantara kita gak ada sungkan-sungkan lagi."

"Ooh, kamu bilang dia perwira? Baru lulus atau gimana?"

"Bukan baru lulus, sudah lama. Tapi baru pindah tugas ke Magelang. Dia sudah apa ya namanya, ehmmm… itu loh Ajun Komisaris…"

"AKBP?" potong Eliza.

"Nah itu…"

"Dia sudah menikah?"

"Belum, itu yang dikeluhkan Om dan Tante. Dirga itu kan anak satu-satunya, dia fokus banget sama kerjaannya sampai lupa cari pasangan hidupnya."

"Kamu bantuin dong…"

"Susah El, gak tahu dia suka yang gimana. Aku sudah kenalkan 7 temanku sama dia, satupun gak ada yang dilirik. Payah dia tuh…"

"Hemmm, no comment deh El," jawab Eliza tersenyum.

Tengah asik berbicara, telepon genggam milik Karin berbunyi. Dirga menghubunginya.

"Ya Ga? Gimana?"

"Satu orang saja kan Rin?"

"Iya. Bisa?"

"Bisa, kebetulan ada peserta yang mengundurkan diri. Biar diisi sama dia saja," ujar Dirga.

"Oke deh Pak Polisi. Terus nanti berkasnya dikirim kemana?"

"Nanti aku kirim kontaknya ya, konfirmasi ke situ saja."

"Oke deh, makasih ya…"

Dirga tidak menjawab lagi dan langsung menutup teleponnya.

"Bisa El…" ujar Karin tersenyum.

"Serius Rin?"

"Iya lah, bentar ini nomor kontaknya. Kamu konfirmasi ke sana saja deh."

"Ya ampun, makasih banget ya Rin. Sampaikan juga rasa terimakasihku sama sepupu kamu ya. Siapa namanya tadi?"

"Dirga."

"Iya, Mas Dirga."

"Santai El, namanya teman harus saling membantu dong…"

***

Eliza sangat lega karena urusannya dipermudah, padahal dia sebelumnya sudah pasrah kalau minggu depan akan ke Jakarta untuk menghadiri pelatihan ALTS. Kabar gembiria ini langsung diberitahu Eliza pada Eric, karena bagaimanapun juga waktu mereka untuk bersama akan semakin mudah. Karena selama pelatihan Eliza akan tinggal di Jogja.

"Ric, aku punya kabar bahagia…" ujar Eliza dengan bersemangat.

"Kabar apa?"

"Aku akan pelatihan ALTS lusa di Jogja."

"Oh ya? Tapi kemarin kamu bilang di Jakarta."

"Iya, tadinya sih gitu. Tapi aku dibantuin sama sepupunya Karin, jadi bisa mengisi satu bangku untuk pelatihan di Jogja lusa nanti."

"Dibantu sepupunya Karin?"

"Iya, jadi penanggungjawab pelatihan itu adalah teman dari sepupu Karin. Kebetulan ada peserta yang mengundurkan diri, nah jatahnya itu dikasih aku deh…"

"Ehmmm sepupunya Karin itu siapa memangnya? Dokter juga?"

"Bukan, perwira polisi. Pangkatnya AKBP gitu deh, punya kenalan petinggi-petinggi termasuk penanggungjawab pelatihan itu," ujar Eliza santai.

"Cowok?"

"Iya. Sekitar 35 atau 36 tahun gitu deh…"

"Ooh," jawab Eric datar.

Eliza menghela nafasnya, "Mulai lagi deh, kenapa juga sih aku cerita masalah ini sama Eric," batin Eliza. Eliza sadar, segala sesuatu yang berurusan dengan laki-laki, Eric tidak akan suka. "Ric, kok diam?" Eliza pura-pura tidak tahu dengan perubahan suasana hati Eric.

"Gak apa-apa kok, jadi kapan kamu ke Jogja?"

"Besok sore."

"Ketemuan sama perwira polisi itu?" tanya Eric sinis.

"Enggak dong, buat apa? Aku juga gak kenal kok sama dia, belum pernah ketemu."

"Lh, katanya dia yang bantuin kamu…"

"Iya, tapi dengan perantaraan Karin. Jangankan bertemu, bicara saja belum pernah."

"Ooh…"

"Ya sudah, besok aku kabari ya."

"Iya."

Eliza menutup teleponnya, dia kesal. Eric terlalu berlebihan, dalam keadaan seperti inipun dia masih sanggup untuk cemburu.

***

Eliza sampai di Jogja sekitar jam 5 sore. Tadinya Eric meminta Eliza untuk menginap di rumahnya saja, tapi Eliza menolak, karena rasanya kurang pantas. Dia lebih memilih untuk tinggal di hotel yang dekat dengan tempat pelatihan.

Eric ikut mengantar Eliza sampai di hotel. Saat Eric berjalan mendahului Eliza, Eliza memperhatikan tubuh Eric yang terlihat kurus. Bahu yang dulu kokoh sekarang terlihat kosong. Fisik Eric sangat jauh berbeda.

"El, kamu lihatin apa sih? Serius amat…" tegur Eric.

"Hah? Enggak kok."

Eliza tidak tega mengatakannya pada Eric, dia takut melukai hati Eric dan nantinya membuat Eric merasa rendah diri. Eliza mencoba membuat semua sama seperti dulu, walau fisik Eric terlihat lemah tetap saja cinta Eliza masih penuh pada Eric.

"Oh ya El, besok kamu pelatihan seharian?"

"Dua sesi, dari pagi sampai siang terus habis makan siang sampai sore."

"Selama 2 hari saja kan?"

"Iya, memangnya kenapa Ric?"

"Kalau besok malam, aku sepertinya gak bisa temani kamu. Gak apa-apa kan?"

"Ehmmm, kamu kemana?"

"Aku besok ada teraphi, jadwalnya malam El. Gak apa-apa kan?"

"Ehmm, gimana kalau aku yang ikut kamu?"

"Gak usah, kasihan kamu. Nanti sampai malam banget loh, yang ada kamu capek terus bosan lagi."

"Hemmm, ya sudah deh."

Eliza percaya saja pada Eric, kalau Eliza tidak diizinkan ikut dengan Eric terapi itu hanya karena menjaga perasaan Eliza bukan yang lain.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C9
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login