Download App

Chapter 2: Rencana Manda Dan Nisah

"Udah deh gausah banyak tanyak Manda, lu harus bantuin gw supaya mama itu ga marah," aku masih berusaha meluluhkan Manda yang masih belum mengerti maksud ku.

"Emang kenapasih ga beres lu, gw aja ga tau permasalahan nya apa, makanya lu itu cerita ke gw," melipat tangan di dada.

"Manndaaa gawatt Maann," menggoyanggoyang tubuh manda.

"Aaggghhhg ga usah goyang goyang tubuh gw," ujarnya pasrah.

"Manda, lu tau mampus gw mampus," menceritakan semua kejadian yang dia perbuat.

"Lu sih, parah lu parah ga waras lu," celoteh Manda.

"Manda lumau ya bantuin gw, plisslah plis lu tolongin gw lah Man," pujuk Nisah.

"Yaudah dia deh, dia tenang aja lu." Karena melihat Nisah yang ke takutan aku pun bersuka rela membantunya.

Lagian ini demi menghancurkan dan membuat Kiara di marahi tidak masalah buat ku.

Dan pada akhirnya Manda sepakat untuk membantu Nisah.

"Bagus," Nisah menarik tangan Manda yang ada di belakangnya.

"Ga usah tarek tarek aeelah," pasrah.

***

Sementara itu Kiara telah sampai di kamar Hiren, wanita itu sedang rebahan sambil menonton tv.

"Mah...ma," ujar Kiara.

"Mau apalagi kamu kemari," bentak Hiren.

Wanita itu sangat kesal terhadap Kiara karena ulahnya yang sudah membuat baju yang harus dia pakai robek kena seterika

"Mahh, yang buat baju mama terbakar itu bukan aku tetapi kak Nisah," meyakinkan sang ibu.

"Ehh ehh enak aja kamu ya nuduh aku," ujar Nisah yang baru sampai.

"Udah mending kakak ngaku aja kalau yang buat baju mama jadi terbakar itu kakak kan," lanjut Kiara.

"Kiara punya bukti apa kamu kalau aku yang buat nya?"

Hiren hanya memandangi kedua anak nya yang sedang berdebat itu.

"Kiara kalau salah mah salah aja ga usah bawak bawak orang," lanjut Manda.

"kak Manda kakak ga tau ke jadian ini jadi ga usah ikut ikutan," tegas Kiara membuat Manda diam ta berkata.

"Kiara maksud lu apaansih, lu nuduh gw gitu kalau gw yang buat tu baju terbakar hangus karena perbuatan lu? Mikir lu Kiara lu kalau ga suka sama gw ga usah mitnah gw jugalah," sebisa mungkin Nisah memasang wajah agar terlihat sedih.

"Tante, tante percaya sama Kiara yang jelas jelas merasa tidak ada salah?" lanjut Manda melembutkan suaranya.

"Kakak tau kamu benci sama kakak, tetapi kamu ga harus kyak gini dek," Nisah menangis di hadapan semuanya.

Hal itu membuat Kiara tak sampai hati, dia lebih baik menyudahi semuanya.

"Mending kalian bertiga keluar dari kamar ini, saya mau istirahat," Hiren kembali meletakkan badan nya ke kasur.

Ketiganyapun keluar dengan Nisah yang merasa senang karena rencana mereka berhasil, sedangkan dia kembali ke kamarnya, dia hanya bisa menangis mengingat perbuatan saudaranya itu.

"capai ya jadi gw omongan gw ga pernah di dengarkan baik mama, maupun papa," Kiara tersenyum meneteskan air mata. Tidak hanya hari itu selama ini Kiara juga selalu di tuduh yang bukan bukan. dia juga sering di anggap pembuat onar yang tak berguna oleh ke dua orang tuanya.

"Gw selalu ga di percayain padahal apa yang gw ucapkan benar, mau sampaikapan lagi nih harus kuat, kalau terus terusan begini ada kalanya juga gw capai dengan ke adaan," tersenyum.

Mestipun demikian Kiara bukanlah anak yang mudah menyerah dia bukan lemah. Kiara terus bertahan dengan ke adaan nya yang tak pernah membaik.

***

"Manda kita berhasil," Smirk.

"Tentu," mereka berdua saling tos.

"Udah ah kalau gitu gw mau ke kamar dahulu," ucap Manda.

"Gw juga mau ganti baju terus makan."

Keduanya saling pigi ke kamarmasing masing.

Saat Nisah melewati kamar Kiara dia menguping di balik pintu, namun dia tak mendengarkan apapun hanya suara tangisan, dan sesenggukan dari Kiaralah yang terdengar.

"Yess gw menang. Rasain lu kiara," senyum tipis yang tergambar di wajahnya.

"Kiara gw g akan ngebiarin lu gw akan terus terusan memberi lu pelajaran," Nisa pergi dari pintu kamar Kiara.

"paapa pulaang," ujar Georgy memasuki di ruang tamu.

"Tumben tumbenan ni rumah hening," dia begitu heran melihat ke adaan rumah yang tak seperti biasanya.

"Sayaangg," teriaknya memanggil Hiren.

"Di kamar emas!" Suara seruan Hiren dari kamar.

Georgypun menghampiri Hiren ke kamar.

"Sayangg," membuka pintu.

dia melihat wajah istrinya itu yang cemberut dan terlihat Bt.

"Sayang kamu mengapa? Kok kamu kyak gitu kamu habis marah ya?" tanya Georgy pelan.

"emas gimana aku ga marah, ini semua gara gara Kiara anak kamuitu," meninggikan suara.

"Emang mengapa Kiara ma?"

Hiren menceritakan semuanya ke georgy, ke dua pasangan suami istri itu sangat membenci anak terakhir mereka yaitu Kiara.

"Ke terlaluan ya emang si Kiara itu apasih maunya," Georgy mulai geram mendengar cerita istrinya dia bangkit dengan wajah yang memerah.

"emas kamu mau ke mana?" Tanya Hiren memandang Georgy.

"Aku akan memberi itu anak pelajaran, dengan begitu dia akan kapok," Georgy dengan marah melemparkan jas, dan dasinya ke kasur.

"Mass!" Seru Hiren namun Georgy yang emosi tak menggubris istrinya itu dia malah pergi dan mau mengasih pelajaran dengan Kiara.

***

"KIARAA."

Georgy dengan emosi mendobrak pintu kamar Kiara sangat keras sehingga membuat Kiara terkejut.

"Papa," ujar kiara melap air matanya.

"Ga usah pura pura nangis kamu ya, emang dasar anak ga tau di untung kamu Kiara," lelaki itu terus terusan membentak Kiara tampa henti. Suara georgy sangat kuat sehingga terdengar hingga ke kamar Nisah yang bersebelahan dengan Kiara.

"Pasti papa lagi marahin Kiara, ahh samperin ah, rasain lu Kiara eeh dia lupa," Nisa men chat Manda memberi tahu bahwa Georgy sedang memarahi Kiara.

Manda menyusul ke kamar Kiara dia melihat lelaki itu dengan tegap berdiri di kamar Kiara dia benar benar sangat emosi.

"Kiara kurang ajar, kamu taukan baju mama kamu ini mau di pakai besok buat bertemu claen, justru harusnya kamu jaga dong. Bukan malah kamu buat kyak gini, busuk hati kamu ya Kiara. Kamu kenapasih? Harus nya kamu lihat kakak kamu Manda, dan Nisah mereka itu sangat menurut ga kyak kamu ga bisa di andelin," dia terus terusan mencaci Kiara. Kiara hanya bisa duduk menunduk meneteskan air mata.

"Kiara jawab papa sekarang apa? Puas kamu ngelihat mama yang bersesih gitu, anak kurang ajar. Plaakkk," memukul pipi Kiara.

"Aduhh pa sakitt," Kiara menangis tersedu sedu hingga cikukan.

"Ga usah nangis. Air mata kamu itu air mata munafik," ucapnya lagi meninggalkan Kiara.

Saat georgy keluar dia membantingkan pintu kamar Kiara kembali.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login