Download App

Chapter 6: Menghukum Tangan

Bram menatap Adelia lekat-lekat. "Bukankah kau ingin ke toko buku? Mengapa begitu cepat berubah pikiran?" Bram membiarkan netranya menjelajahi seluruh wajah Adelia, setelah dirinya berhasil berdiri tepat di depan gadis itu.

"Tidak apa-apa. Toko buku adalah tempat yang paling membosankan. Tidak ada hal yang menarik di sana. Yang ada di sana hanyalah sekumpulan benda mati, yang tidak bisa berbicara, yang hanya mendatangkan rasa kantuk tak berkesudahan, membuat dunia terasa sangat membosankan." Jawaban Adelia saat ini begitu mengherankan. Mengapa adiknya ini begitu cepat berubah pikiran?

Untuk saat ini, Bram memilih untuk diam dan mengikuti kemauan Adelia yang baru saja berubah pikiran. Ia berjalan cepat menghampiri mobilnya. Dengan menekan klakson sekali, Adelia langsung melesat meninggalkan kamar Bram yang saat ini masih digunakannya. Ia belum diberitahu kamar mana yang akan ia tempati.

Bram membawa mobilnya melaju dengan kencang, menembus hari yang mulai menjelang petang. Dalam diamnya ia berpikir tentang kejadian beberapa hari ini. Adelia yang tiba-tiba ditemukan, setelah usahanya yang bertahun-tahun mencari keberadaan sang adik, dihentikan satu tahun yang lalu. Adelia yang tidak jelas. Terkadang A, beberapa menit kemudian berubah menjadi B. Tentang emosinya pun, Bram sering kali dibuat terheran-heran. Emosi yang labil dan terlalu sensitif. Apakah itu sesuatu yang wajar?

Adelia menangis dalam hati. Kaki dan tubuhnya terasa pegal setengah mati. Sosok jahat yang tadi bersemayam di dalam dirinya, telah menyiksa tubuhnya dengan berjalan mengelilingi mall berlantai enam. Setelah mereka kembali, dengan seenaknya sosok itu menghilang begitu saja, meninggalkan Adelia dengan rasa lelah yang luar biasa.

"Capek?" Bram duduk di sebelah Adelia yang menselonjorkan kedua kakinya di lantai kamar Bram. Adelia memilih mengangguk dalam diam, daripada menjawab pertanyaan pria di sampingnya. Ia takut sosok jahat itu, akan datang kembali ketika ia memulai pembicaraan dengan pria yang mengaku sebagai kakaknya itu.

"Malam ini tidur di kamar kakak dulu ya? Kamarmu yang dulu sedang dibersihkan dan baru besok bisa ditempati."

Adelia kembali mengangguk dalam diam. Dirinya tiba-tiba terhenyak. Bram tanpa mengucap permisi, langsung memijat kaki Adelia. "Aah! Jangan! Tidak perlu begitu. Aku bisa sendiri." Adelia segera melipat kedua kakinya. Apa yang baru saja dilakukan Bram, membuat Adelia blingsatan sendiri. Apa maksudnya coba?! protesnya dalam hati. Wajahnya saja sudah bikin baper tingkat dewa, sekarang malah bersikap seperti ini. Adelia jelas tidak berkutik.

"Kenapa? Malu?" Bram malah semakin menggoda Adelia, membuat gadis itu semakin salah tingkah. "Dulu, kamu justru suka sekali mengganggu Kakak. Dikit-dikit minta dipijitin, dikit-dikit minta digendong. Pokoknya nempel terus sama Kakak. Nggak bisa jauh."

Adelia terperangah. Begitukah sikap gadis yang memiliki wajah serupa dengannya itu? Ada di mana gadis itu? Betapa beruntungnya dia, memiliki kakak yang begitu tampan dan perhatian seperti ini.

"Sudah, kemarikan kaki-mu. Tidak usah malu." Bram kembali menarik kedua kaki Adelia, dan mulai memijat kaki Adelia. Tiba-tiba desiran halus dan aneh, kembali datang memenuhi rongga dada Bram. Perasaan hangat dengan cepat merambat ke seluruh tubuhnya. Bram segera menghentikan gerakannya, dan dengan cepat bangkit dari duduknya, melangkah meninggalkan Adelia yang melipat kedua kakinya kembali.

Adelia tidak berani memandang punggung Bram yang semakin menjauh darinya. Ada apa denganku? Ia merasa bingung dan linglung. Mengapa dirinya bisa terjebak dalam perkara seperti ini? Perkara yang sama sekali tidak pernah ia bayangkan sebelumnya, terlintas pun tidak.

Apa yang harus aku lakukan? Aku tidak mungkin membiarkan roh jahat itu menggunakan tubuhku untuk membalaskan dendamnya. Adelia mengetukkan jari jemarinya di lantai, berharap Tuhan mengirimkan keajaiban padanya, mengembalikan dirinya ke kehidupannya yang dulu.

-0-

"Jack!" Panggilan mendadak Bram dari balik meja kerjanya, membuat Jack, sang asisten tergopoh-gopoh masuk ke dalam ruangan Bram.

"Sedang apa, kau?" Nada suara Bram sungguh tidak enak didengar. Entah mengapa, suasana hatinya pagi itu begitu buruk. Yang ingin ia lakukan hanyalah marah, marah dan marah. Ia tiba-tiba ingin melampiaskan rasa gundahnya hari ini. Sikap Adelia yang ambigu, membuatnya bingung. Bagaimana tidak? Adiknya itu sungguh membuat perasaannya jungkir balik tidak karuan.

Pagi ini saja, Adelia sudah begitu lancang masuk ke kamarnya saat dirinya baru saja ke luar dari kamar mandi, setelah hampir selama dua puluh menit berendam dalam bak air hangat, di kamar mandi pribadinya. Di tengah kepanikannya, Adelia justru bersikap acuh tak acuh. Adiknya itu justru dengan santai memperhatikan dirinya, yang menjadi kikuk sendiri.

"Ada apa Tuan Muda?" Jack merasakan ruangan atasannya itu begitu panas, berbeda dengan hari-hari biasanya. Apa sedang ada masalah di rumah?

"Lakukan sesuatu!" Perintah Bram tidak jelas, membuat Jack tertegun.

"Apa yang harus saya lakukan, Tuan?" Ia sungguh tidak mengerti dengan tingkah tuan mudanya hari ini.

"Pokoknya lakukan sesuatu!" Bram menatap tajam sang asisten yang justru berdiri terpaku menatap ke arahnya.

"Mengapa kau masih berdiri di situ? Cepat lakukan perintahku!"

"I-Iya, Tuan Muda, tapi, apa yang harus saya lakukan?" Jack semakin bingung. Apakah aku sudah melakukan kesalahan kemarin?

Bramastyo mendesah kasar. "Kau ini! Mengapa begitu telmi? Sudah berapa tahun kau bekerja denganku, hah?!" Suara hardikan Bram menggema dalam ruang kerjanya yang kedap suara, membuat Jack tidak berkutik. Kepekaannya mendadak hilang, kegesitannya sudah pergi meninggalkan dirinya. Mungkin mencari aman adalah satu-satunya jalan agar sang atasan tidak semakin menjadi-jadi amarahnya.

"Baik, Tuan. Baik. Saya akan segera pergi." Dengan cepat, Jack memutar badannya dan mulai melangkahkan kakinya meninggalkan Bram.

"Memangnya kau mau ke mana? Apakah aku sudah memberimu perintah?"

Astaga! Salah lagi, teriak Jack dalam hati. "Bukankah Tuan menyuruh saya melakukan sesuatu?"

Bram terdiam. "Pergilah."

Jack dengan cepat melangkah meninggalkan ruangan Bram, sebelum atasannya itu berubah pikiran lagi. Ia segera menekan tombol lift menuju ke lantai dasar, menyalakan mesin dan langsung membawa mobil hitam mewah itu meluncur cepat menuju suatu tempat. Ia akan mendatangi seseorang dan membawa orang itu tepat ke hadapan Bram. Semoga keberuntungan berpihak padanya hari ini.

-0-

Adelia sedang sibuk melakukan sesuatu di dalam kamarnya. Beberapa saat yang lalu, ia terjebak dalam kamar 'kakak'nya. Pemandangan yang membuat hatinya menjadi hilang arah. Pemandangan yang tidak seharusnya ia nikmati saat ini, tapi entah suatu hari nanti. Ia harus lari tunggang langgang begitu menyadari sosok di depannya sudah tidak lagi bersikap ramah pada dirinya. Suara teriakan kasar mengusirnya dari dalam kamar itu.

Tangannya ini. Tangannya sudah bertindak diluar kendalinya, dan kini saatnya ia menghukum keduanya, mengikat dengan plester hitam yang ia temukan di laci meja. Ketukan berulang di pintu kamar, membuatnya menghentikan sejenak aktifitasnya. Ia kemudian bangkit dari duduknya, berjalan membukakan pintu, lalu melihat sosok asing di depannya. Pria berkulit putih, kaku, berambut klimis, menatapnya dengan tatapan dingin dan sedikit mengintimidasinya. Mata tajam itu mendadak panik begitu melihat kedua tangan Adelia terlilit plester hitam yang gulungannya masih terjuntai hingga hampir menyentuh lantai.

"Apa yang sedang Nona lakukan??!" Suaranya terdengar panik dengan nada sedikit tinggi dan membentak kesal padanya.

"Ak-Aku sedang menghukum tanganku," jawab Adelia gugup. Kenapa dia jadi marah-marah begitu.

Jack terkejut. Menghukum tangan? "Kemarikan tangan Nona!" Perintahnya cepat.

"Tidak. Tidak mau!" Adelia menolak. Ia tidak ingin mengulangi kesalahannya.

"Mengapa tidak mau? Apakah Nona sengaja ingin membuat keributan?" Jack mengalihkan tatapannya ke wajah Adelia.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C6
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login