Download App
66.66% What a mate

Chapter 2: 2. Mereka ada

-STONE-

"This my dream, i am the controller"

Dia masih menganggap ini mimpi ya. Baiklah, akan kutunjukkan apa itu mimpi buruk.

Kulihat Sean dan Gala ingin memukul gadis ini namun kuisyaratkan mereka untuk berhenti karena aku sendiri yang akan menyiksanya terus-menerus hingga mati.

"Mimpi ya?" Ujarku tersenyum

Apakah ini bisa disebut tersenyum jika salah satu sudut bibirku saja yang naik.

Aku menendang wanita itu sampai menghantam kursi-kursi yang di tata rapi.

Stone, itu namaku. Aku merupakan The alpha di pack ini, selama aku menyandang status ini aku tak pernah dihina bahkan sampai ada yang berani memukulku begini. Demi martabatku akan kutunjukkan kepada semua hukuman seperti apa yang cocok untuk orang yang berani menghinaku.

Wanita ini telah menginjak harga diriku.

"Wah, mimpi ini terasa nyata sekali" ujarnya dari sana lalu berusaha bangun, dia lumayan kuat juga mampu berjalan mendekatiku lagi.

Aku memandanginya dengan tatapan malas. Sudah tersusun rencana ku apa yang akan kulakukan pada wanita penghayal ini untuk dikirim ke neraka.

-SCHEHANA-

Sial, gue jadi ragu kalau ini mimpi.

Kekuatan gila macam apa itu.

Punggung gue rasanya sakit banget, kekuatan dia nggak masuk akal sehat manusia. Gue rasa dia belum menggunakam kekuatannya dengan penuh tapi mampu melempar gue hingga dinding belakang dengan entengnya.

"APA KAU MONSTER?!" Ucapku sambil menunjuk pria tadi.

Gue berjalan mendekati Adgar, "Bagaimana orang bisa menendang orang lain begitu, kau ini apa?"

Diriku bersembunyi di balik Adgar. Lalu, gue berbisik, "Kita harus ngulur waktu atau beneran dieksekusi"

"Jangan ngeprovokasi dia, goblok!" Bisiknya

Dia tetap menatap lurus, tanggannya menekan-nekan tanganku awalnya gue pikir dia takut ternyata memberikan kode morse.

Dia cerdas juga, dia teroris tentu saja hal sandi begini mereka ahlinya. Pasti otaknya penuh dengan sandi, kode dan strategi kabur kalau nggak pasti kami sudah menangkapnya sebelum tiba di bandara.

Gue harus ngebaikin dia soalnya gue ahli nangkep orang bukan kabur.

Aku mencerna kode itu, mengolah ketukan-ketukan itu menjadi huruf di kepalaku, menyusun setiap huruf hingga terbentuk kalimat. Sumpah susah banget.

(BOM DI LUAR)

"Coba Lo bikin dia emosi lagi. Nah, kalau keadaannya kacau gue bakal keluar ambil bom itu lalu kita ledakin tempat ini dan kabur" ujarnya lagi

"Nah, gue mati lo kabur"

"Itu rencana gue"

"Gue bakal lepasin Lo nanti. Kita kerjasama aja dulu perkara terorisme lupain dulu. Kita harus keluar darisini itu yang penting" pinta gue

"Jangan takut" imbuhku

Laki-laki berambut blonde ini menatap ke arah kami, jelaslah mereka cuma ngerti bahasa Inggris sedangkan gue pakai bahasa Indonesia. Dia menatap gue, gue tahu betul apa tatapan itu. Tatapan seorang predator yang siap memangsa mangsanya. And well, itu gue.

"Apa yang kalian bicarakan" Pria itu bertanya

Aku melirik Adgar, "Don't worry, Honey. It's just my dream"

"Look, mereka cuma mitos dan ya aku tidak pernah percaya sama sekali dan mereka tidak ada, kalaupun mereka ada pasti tidak nyata dan itu terjadi di mimpiku. Paham" Lanjutku

Seolah aktor yang tengah memainkan peran dia juga ikut ke dalam drama yang gue buat, "Oh gitu ya. Jadi, kalau semisal kita mati itu tidak akan berefek pada kita, kan?"

"Hmm, aku seorang lucid dreamer jadi kalau memang sudah tidak beres aku bakal bangun. Jangan takutlah, kamu hanya salah satu karakter dalam mimpi indahku"

Ini mimpi indah? Ayolah, mending gue ketemu RM BTS atau ikut One Direction reunian walau hanya mimpi.

"Begitu, pasti sekarang kita sedang menikmati honeymoon dan membuat banyak anak"

Otak semprulnya boleh juga.

Aku mengangguk, "Ah benar, aku ingin anak pertama laki-laki apa ada tips khusus?"

Gue lihat si Alpha ini sudah muak dan melirik tajam ke arah kami, "Mimpi ya?"

Dia menarik tangan gue, lalu gue mencoba menepisnya tapi cengkraman dia sangat kuat.

Lalu aku berbalik berdiri dan menendang lutut belakangnya yang membuat dia membungkuk. Gue mengambil kursi secara asal dan melemparnya ke arah pria itu.

Anak buahnya sudah siap untuk menyerang dan mengoyakku namun si Alpha tetap memberikan isyarat agar tetap tenang.

Lalu dia mengambil tangan gue, mengangkat badan gue ke atas lalu dibanting dengan seenaknya.

Bugghhhh

Oh, nice dia beneran mau bunuh gue. Gue rasa udah RIP tulang rusuk.

Apa gue harus keluarin pistol? Gue lihat sekeliling gue, anak buah mereka hanya menonton kami berdua dan Adgar juga tengah melawan seorang yang mencoba membekkukkannya.

Kalau gue keluarin senjata pasti nanti mereka geledah tas gue. Kelar udah.

Gue melirik Adgar diapun mengangguk. Menyerang Alpha bukanlah pilihan yang bagus. Terlebih lagi kekuatan macam apa ini.

Gue bangun mengabil kursi sebagai perisai, tidak peduli apa reaksi mereka gue berlari menuju arah pintu beberapa anak buah mengikutiku mendekati pintu.

Kursi yang gue bawa, gue lempar ke salah satu jendela hingga pecah. Disana seseorang mendekat ke arah gue lalu gue mendelosor di bawahnya dan berlari menuju ke arah jendela yang telah pecah itu.

Adgar sendiri mengambil pecahan kaca dan bersiap melompati jendela namun ditahan oleh seorang gadis yang menojok kepalanya tadi.

Lalu dia menodongkan kaca ke arah gadis itu sedangkan gue, gue tarik salah satu anak buah asal dan gue bekukin ke atas lantai yang penuh kaca.

Ini rencana kacau banget sumpah.

"Kalian merepotkan ya" ujar si Alpha mendekati kami, "haruskah eksekusinya disini saja"

Si Alpha menarik gue kasar dengan entengnya gue keseret dan ngelepasin kuncian gue.

His strength on the next level

"Cara brutal apa yang bisa bikin anda jera?" Tanyanya

Inget kata Ayah, jangan pernah menunjukkan kelemahanmu atau kau semakin diremehkan.

"Bagaimana kalau penggal? Sepertinya seru" Jawab gue ngasal, dia menyerngit ke arah gue.

Gue lihat juga Adgar keheranan sama jawaban gue.

"Tidak, aku mau menyiksamu dulu" Tolaknya, Tangan kanannya mencekik leher gue. Nafas gue tercekat semakin keras dia mencekik semakin susah gue nafas.

Aku mencoba tenang.

Mengingat ilmu bela diri yang telah diajarkan senior waktu gue di taruna dulu.

Dengan cepat gue tarik kerah dia dan memukul tepat pada jakunnya. Hal ini akan membuat reaksi kaget yang akan membuat korban reflek kehilangan kesadaraan sesaat.

Memanfaatkan kelonggaran cekikkan itu, gue menendang tulang keringnya lalu akan gue tendang kepalanya.

Baru saja bersiap sebuah pukulan kencang melayang diperutku dan membuat terpental lagi.

Bughhhh

"Uhuk uhukkk"

Gue rasa organ dalam gue nggak baik-baik saja

"Gar!"

Dia hanya melirik,"Kenapa? Ini cuma mimpimu, kan? Bangunlah!"

Nadanya mengejek sekali

Sialan. Gue dan dia memang nggak bisa kerja sama.

Gue memejamkan mata gue sejenak mengatur nafas, rasanya sesak sekali. Lalu kurasakan hawa yang aneh di sekitar sini.

Gue ngerasa ada hewan berbulu dengan gembusan nafas kasar tepat diatas gue.

Saat gue membuka mata. Kaget banget sumpah, taring tajam tepat wajah gue dan mata merah menyala menatap gue intens.

Hawa keberadaannya benar-benar memberikan tekanan di ruangan ini.

Tubuh gue kaku banget tapi jiwa gue bergetar, entah bagaimana caranya gue mendiskripsikan kondisi gue. Tangan gue mencoba meraih pistol namun gue nggak bisa.

MENTAL GUE KENA!

---

North--wolfnya Stone--

Berkaki dua, banyak bulunya, matanya merah menyala, dan punya cakar yang tajam di kedua tangannya.


CREATORS' THOUGHTS
anyelirbiru anyelirbiru

Masih mimpi, Na?

Disuruh bangun tuh sama Adgar

Guys jangan lupa kritik dan sarannya ya

Sama tambahin koleksi kalau suka

Load failed, please RETRY

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login