Download App

Chapter 7: Bujuk Rayu Istri Muda

Bujuk Rayu Istri Muda

“Mas ...” panggil Misya manja kepada Melvin yang sedang bersantai merokok di teras rumah kontrakannya.

“Ada apa, Sayang? Istri mas paling cantik di dunia …,” rayu Melvin saat melihat Misya yang begitu cantik dan muda sedang merajuk manja terhadapnya. Ia sangat gemas dengan tingkah laku manja Misya, tidak seperti Zee yang kaku dan datar.

“Mas, aku sekarang kan sudah hamil,” ucap Misya memulai pembicaraan.

“Terus ...” Melvin tersenyum, ia masih menunggu ucapan Misya selanjutnya.

“Mas kan sudah janji padaku waktu kita menikah tiga bulan lalu,”

“Janji?” Melvin sendiri hampir melupakan kata-katanya saat menikah dengan Misya.

“Aku bisa memegang semua keuangan Mas saat aku sudah hamil?” Misya mencoba menjabarkan keinginannya.

“Tentu, Sayang.” Melvin mencium tangan Misya mesra.

“Tapi kapan, Mas?” gerutu manja Misya.

“Sabar ya, Sayang.” Melvin terus menciumi tangan Misya dan satu tangan lagi memegang rokok.

“Aku kan sudah hamil sekarang. Mas kan janji akan menceraikan wanita mandul itu dan memberikan semuanya kepada aku saat aku sudah dinyatakan positif hamil,” protes Misya kepada Melvin yang masih sibuk menikmati hisapan rokok.

“Tenang, Sayang. Aku pasti akan menceraikan Zee,” ucap Melvin berusaha menenangkan Misya.

“Aku sudah tidak sabar, Mas. Sudah tiga bulan kita bersama tapi tidak ada tanda-tanda kamu akan menceraikannya. Apakah kamu masih sangat mencintai wanita itu?” gerutu Misya sambil memajukan bibirnya. Terlihat Misya sangat cemburu kepada Zee.

“Aku pasti menceraikannya. Kamu tenang saja.” Melvin mengelus lembut punggung Misya yang sekarang duduk di pangkuannya.

“Aku kan mau menggunakan pakaian cantik, kosmetik mahal seperti istri pertamamu itu, Mas. Aku kan mau dimanja selalu sama kamu, bukan hanya mendapat jatah bulanan dari istrimu yang mandul itu,” ucap Misya manja. Ia selalu menekankan kata ‘Mandul’ jika memanggil Zee untuk mengingatkan Melvin terus-menerus.

“Iya, Sayang. Aku pasti akan mengabulkan apa yang kamu mau.” Melvin mencoba meredam kegundahan Misya.

“Mas, Aku juga tidak mau anak yang kulahirkan ini tidak memiliki akte lahir dengan ayah dan ibu yang lengkap. Jika kita hanya menikah siri, artinya anak di dalam kandunganku ini tidak memiliki kekuatan hukum sama sekali,” rengek Misya manja sambil memeluk leher Melvin dengan posesif.

“Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Tapi kita lakukan langkah demi langkah. Jangan terburu-buru,” ucap Melvin meyakinkan Misya.

“Tapi aku tidak mau menunggu lebih lama, Mas. Ah paling tidak untuk keuangan bulanan, biar aku yang menangani semuanya. Lusa kan kamu gajian, Mas. Berikan ATM-mu kepadaku,” bujuk Misya lagi.

“Baiklah, aku akan memintanya dari Zee.”

“Sekarang! Aku tidak mau nanti uang gajian sudah diambil oleh wanita mandul itu dan dipergunakan hingga habis.” Misya merajuk manja lagi.

“Baiklah, Sayang. Aku akan pergi ke tempat Zee sekarang. Lebih baik kamu istirahat terlebih dahulu. Kasihan anakku jika ibunya cemberut terus,” ucap Melvin begitu sayang kepada Misya.

“Tentu. Kami akan menunggumu pulang, Ayah.” Misya mencium kening dan pipi Melvin bertubi-tubi sementara Melvin hanya bisa tersenyum bahagia karena akhirnya ia mendapatkan anak meskipun dari wanita lain.

Misya turun dari pangkuan Melvin sementara Melvin segera berdiri. Ia bersiap-siap untuk pulang ke rumah istri pertamanya untuk mendapatkan ATM yang berisi gajinya.

oooOOOooo

“Zee … Zee ...” panggil Melvin di depan pintu. Ia bahkan lupa membawa kunci rumah karena tergesa-gesa untuk pulang ke rumah.

“Zee … Zee ...” Melvin memanggil Zee kembali tapi tidak ada jawaban sama sekali dari dalam rumah. Ia meraih ponselnya dan memilih nama Zee untuk di teleponnya.

“Maaf, nomor telepon yang anda tuju sedang tidak aktif atau di luar jangkauan. Cobalah beberapa saat lagi,” jawab operator telepon kepada Melvin.

"Hais … kamu dimana sih, Zee?" ucap Melvin kesal.

Melvin akhirnya pergi ke rumah orang tuanya yang berbeda tiga rumah darinya. Ia akan menunggu Zee pulang dan mengambil ATM-nya dari tangan Zee.

"Bu," panggil Melvin di depan pintu kontrakan orang tuanya.

"Ya, tunggu sebentar." Nina keluar dari kamarnya dan mendengar suara Melvin di depan pintu rumah.

Ceklek

Pintu rumah dibuka.

"Wah ternyata kamu sudah pulang," ujar Nina yang sangat senang melihat kedatangan Melvin.

"Iya, Bu. Ibu tahu kemana perginya Zee?"

"Tidak. Apakah Zee tidak memberitahukannya kepadamu?"

" …" Melvin menggeleng.

"Dasar wanita mandul tidak tahu adab. Pergi seenaknya," omel Nina.

"Sudahlah, Bu. Mungkin dia butuh refreshing setelah menerima kabar bahwa aku menikah lagi," ucap Melvin mencoba menenangkan sang Ibu.

"Mel, tadi ibu memberitahu Zee bahwa Misya sudah hamil."

"Wah, kenapa ibu memberitahukan Zee terlebih dahulu?" protes Melvin tidak senang.

"Mau bagaimana lagi. Istrimu itu memang menyebalkan dan harus diceraikan segera. Ibu sudah muak dengannya," ucap Nina sebal jika mengingat Zee.

"Ya sudah. Mau bagaimana lagi. Melvin juga sudah berniat menceraikan Zee. Anak Melvin dan Misya harus punya status yang jelas di mata negara," ucap Melvin pasrah.

"Tentu. Ibu sangat mendukung keinginanmu. Ayo kita masuk ke dalam. Berbicara jangan di depan pintu terus." Nina mengajak Melvin masuk ke dalam rumah.

"Vina, ambilkan minum untuk kakakmu," panggil Nina kepada Vina, adik Melvin paling kecil.

"Ya, Bu." Vina segera mengambil minum dan menyuguhkannya kepada Melvin.

"Kak, uang jajan Vina sudah habis. Apa Vina boleh minta lagi?" ucap Vina membujuk

"Habis? Kamu pakai buat apa , Vin?" sahut Melvin agak kesal. Adiknya ini sangat boros dan tidak bisa menabung. Uang selalu habis sebelum waktunya.

"Namanya juga ABG, Kak. Pasti banyak kebutuhan donk," kilah Vina.

"Awas, jangan bergaul sembarangan. Jangan kebablasan," ucap Melvin memperingatkan adiknya.

"Idih, rela apa gak sih kasih uang buat adik sendiri. Koq pakai ceramah segala!" protes Vina.

"Ini …" Melvin memberikan selembar uang dua puluh ribu.

"Idih, mana cukup uang segini, Kak," protes Vina saat melihat nominal rupiah yang dikeluarkan oleh Melvin.

"Uang kakak tadi di ambil oleh Misya. Ini Kakak mau ambil uang dari Zee terlebih dahulu. Jika kamu merasa kurang, kamu bisa meminta kepada Zee," balas Melvin sebal. Keluarganya selalu berkutat tentang uang. Jika bertemu pasti bertanya tentang uang, terkadang hal itu membuat Melvin muak dengan keluarganya sendiri.

"Asyik … ya sudah, dua puluh ribunya aku ambil dulu." Vina langsung mengambil uang dari tangan Melvin dan meninggalkan Melvin serta ibunya di ruang tamu.

Melvin dan Nina hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku Vina.

"Bu, ajarkan Vina untuk hemat. Jangan terlalu boros. Batasi pergaulannya," ucap Melvin memberi peringatan.

"Kamu kan menghasilkan banyak uang. Buktinya Zee bisa memakai pakaian bagus dan selalu makan enak. Buku novel tidak jelas di rumahmu begitu banyak. Mengapa kamu pelit terhadap keluarga kandungmu sendiri," ucap Nina protes.

"Zee memang sulit dikendalikan. Akupun sudah lelah memberitahukannya." Melvin menghela nafas dalam.

"Mungkin memang sebaiknya Misya yang mengendalikan seluruh keuanganmu dari sekarang. Zee terlalu boros."

"Ya, Bu. Mel akan mengambil ATM dari Zee." Melvin menyeruput air putih yang berada di meja. Ia sangat lelah dan benar-benar lelah, rasanya ingin sekali bebas dari keluarga dan orang-orang yang selalu meributkan masalah keuangan dengannya.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C7
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login