Download App

Chapter 2: Sembunyi

Jefri lari kalang kabut seperti yang lain, setelah melihat sosok yang ingin menerkamnya hidup-hidup. Dia tak percaya dengan apa yang ia lihat tadi.

"Hah hah hah hah!"

Napasnya tersengal, dia berhenti di tengah jalan. Banyak orang yang juga ikut berhenti sama seperti dirinya, dan bersembunyi. Ada yang di balik pagar, ada pula yang di parit. Manik mereka bergetar dengan waspada, sesekali ada yang mengintip ke jalan, memeriksa keberadaan mahkluk itu.

Terdengar gemeretak gigi dari salah satu orang yang bersembunyi, tubuh orang itu gemetar ketakutan, sama seperti Jefri sekarang. Dia sampai mencengkram batang pohon mangga, seraya mengatur napasnya yang tak beraturan.

Suara teriakan dan erangan yang mengerikan tadi, sudah tak terdengar lagi. Keadaan begitu tenang, Jefri penasaran. Ia bertanya-tanya, tadi itu hanya ilusi ataukah nyata?

Dia menatap persimpangan dari tempatnya berdiri. Berdebar, menunggu kepastian akan sesuatu hal yang tak ingin dia yakini.

Setelah beberapa lama nampak sepi, sunyi. Tak ada suara-suara lagi yang terdengar. Semua orang yang bersembunyi, keluar dengan takut-takut. Mengendap-endap di jalan, ingin kembali pulang ke rumah masing-masing.

Jefri juga hendak kembali ke rumahnya, namun takut, karena jalan menuju rumahnya berada dekat dengan tempat kejadian mengerikan tadi.

Baru beberapa langkah orang-orang berjalan, terdengar suara erangan hewan buas yang sedang berlari dari suatu tempat. Mereka semua yang mendengar, seketika berhenti dan menatap takut ke arah suara itu.

Dari arah kiri persimpangan jalan, terlihat seseorang berlari dengan memakai kain kafan yang sudah berlumuran darah. Jemarinya meregang dengan kuku yang yang terlihat begitu tajam, seakan ingin mencakar. Dari mulut orang itu, menetes darah yang jatuh di kain kafan. Tak hanya satu orang, ada dua orang yang datang menyusul dengan mendongak, mengendus-endus di udara.

Ketika mereka menoleh, menatap kami yang terpaku di jalan, mata mereka sudah berubah menjadi warna putih pucat dan terlihat kosong.

"HUARRRGGHHH!!!" Ketiga orang itu memekik, sebelum menerjang orang-orang yang berada di jalan.

Jefri terkejut dan sejenak terpaku melihat bagaimana buasnya mereka menggigit orang-orang. Tangan ketiga orang itu mencabik dan merobek organ tubuh vital manusia dengan mudahnya, seperti binatang buas yang kelaparan.

Darah bercucuran dan berceceran di mana-mana. Semua orang lari kembali dengan memekik ketakutan serta meminta tolong.

"TOLONGGGG!!! TOLONGGGGG!!!!"

Warga yang berada di dalam rumah penasaran dengan apa yang sedang terjadi. Mereka keluar dan menjadi santapan selanjutnya para mahkluk mengerikan itu.

Jefri hanya mampu melihat di bawah pohon mangga dan tak bisa melakukan apapun. Tangannya makin mencengkram batang pohon dengan kuat karena saking takutnya. Dia tak ada daya untuk berlari ataupun menolong.

"WOI KAU! JEPRI! AYO LARI!" seru seseorang.

Jefri tak bisa memalingkan wajahnya dari para mahkluk mengerikan itu. Matanya menatap lekat bagaimana mahkluk itu menghabisi para warga satu persatu.

"WOI! SADAR JEPRI! PLAK!" Sebuah tamparan membuat Jefri tersadar dan menatap seseorang yang berambut keriting seperti bola besar itu.

"Boni," sahut Jefri lirih dengan manik yang bergetar takut.

"AYO LARI! NGAPAIN KAU MALAH NGELAMUN!!" pekik pria yang bernama Boni itu, ia lantas menarik tangan Jefri.

Tangan Jefri pun akhirnya terlepas dari batang pohon yang seakan memakunya tadi. Dia ikut berlari bersama sahabatnya, dengan masih berusaha menoleh, menatap mereka yang sedang diserbu oleh para mahkluk mengerikan itu.

Jefri terbelalak, ketika orang yang tergigit mulai bangun dan berubah menjadi mahkluk mengerikan seperti ketiga orang tadi. Jefripun langsung menatap ke depan dan berlari sekencang mungkin.

"Loh loh Jep! Kok malah aku ditinggal!" seru Boni tak terima, lantas ikut berlari kencang.

Langkah mereka sampai ke halaman Sekolah Dasar. Keduanya dengan panik berusaha mencari tempat persembunyian, akan tetapi semua pintu tertutup rapat. Mahkluk itu yang sudah bertambah banyak, menyerbu setiap tempat dan orang-orang yang sedang melintas.

Para warga yang tak tahu apa-apa, terkejut, dan tak bisa lari dari bengisnya para mahkluk mengerikan itu.

"BRUAK!" Sebuah motor terjatuh, ketika penumpangnya diterkam oleh 2 makhluk tak punya hati nurani.

Ingin sekali Jefri menolong, namun dia pun tak tahu bagaimana cara menolong mereka yang sedang digigit.

"Jep! Sini jep!" ajak Boni di depan sebuah pintu kelas yang terbuka.

Jefri langsung masuk di ruang kelas yang gelap itu bersama Boni.

"Klek." Pintu terkunci, Boni mundur bersama Jefri.

Di dalam kegelapan, Boni, pria bertubuh tambun itu merasa menginjak sesuatu. Dia mencoba melihat kakinya. "Apa ini?" gumamnya dengan meraba sesuatu itu.

Ketika di telusuri dengan cahaya senter ponselnya, sebuah wajah membuatnya terkejut.

"ASTAGHFIRULLAH!" pekiknya dengan terjungkal.

"Sssstttttttttt!!!!!" sergah seseorang yang dilihat Boni di bawah meja bersama para warga.

"Jef! Sini!" seru seorang wanita dengan melambaikan tangan.

"Emak!" sahut Jefri, lantas bergegas mendatangi wanita setengah baya itu.

Ibunya menatap Jefri dengan lega. "Syukurlahhh, kamu tidak apa-apa Nak," ucapnya dengan menitikkan air mata.

"Iya Mak," sahut Jefri dengan perasan lega bercampur sedih.

"AHHHHHHHH!" Seseorang memekik kesakitan dari jarak dekat.

"HARGH! HARGH! HARGH!"

Mahkluk mengerikan itu mendekat dan sedang mengejar seseorang. Boni langsung menyusul Jefri dan bersembunyi di bawah meja. Lampu senter dari ponselnya dimatikan seketika.

Seseorang berhasil digigit dan darah muncrat keluar membasahi kaca jendela. Semua orang menatap dengan ngeri serta ketakutan. Tangan Jefri gemetar hebat, Ibunya yang melihat hal itu, langsung menggenggam tangan anak semata wayangnya. Mereka saling tatap, dan menguatkan satu sama lain.

"BRUAK! Klek klek klek!" Ada seseorang yang berusaha masuk ke dalam ruang kelas.

"Tolong!!!! Tolonggg!!!!" seru orang itu dari luar.

Semua yang ada di dalam kelas saling tatap, mereka takut ingin menolong.

"Tolonggg!!!!" Suara minta tolong terdengar kembali.

Jefri hendak membuka pintu, namun ditahan oleh sang ibu. Karena orang itu sudah diseret oleh kawanan mahkluk mengerikan, yang telah menyerbu halaman Sekolah. Jefri sedih, dia tak bisa menolong.

Suara jeritan semakin menjadi dan darah melumuri setiap jendela. Mereka semua menutup telinga, sebab suara itu begitu menakutkan dan memilukan. Mereka tak bisa melakukan apapun pada orang-orang yang berada di luar. Keluar menolong sama saja mati dengan suka rela. Mahkluk itu sangat buas dan bertambah banyak.

Dengan ketakutan, mereka menahan suara. Ada yang menangis dengan membekap mulut. Ada yang berdoa dengan khusyuk dan ada juga yang saling berpelukan. Malam itu, mereka tak tidur dan berharap bahwa semua sudah selesai ketika pagi datang.

Namun, kala sinar matahari mulai terbit, suara mengerikan itu masih terdengar jelas di gendang telinga. Dan semakin menambah kengerian.

Jefri memandang siapa saja yang berada di dalam ruang kelas bersamanya. Ternyata ada begitu banyak orang. Mereka semua terlihat seperti orang bisu yang pias, dengan mata yang basah akan keringat dan air mata, tangan yang gemetar, serta mata yang bergerak gelisah mendengar suara-suara mengerikan di luar.

"Huaarrgh! Harrgh!" Suara mengerikan  yang ingin menggigit itu sangat terdengar jelas dan sangat dekat.

Bayangan mereka terlihat sedang berwara-wiri di depan kelas. Mereka yang berada di dalam kelas diuntungkan dengan jendela yang berlumuran darah, sebab membuat mereka tak terlihat dari luar.

Seseorang mulai bicara. "Bagaimana cara kita bisa keluar dari sini?" tanyanya dengan menatap semua orang dengan takut.

Semua saling tatap.

"Apa tak lebih baik kita tetap di sini?" usul seseorang dengan memegang kaki meja erat.

"Emakk, aku takutttttt!" seru anak kecil yang mulutnya langsung dibekap oleh sang ibu. "Sttt!" sergah ibu anak itu cepat.

Anak kecil itu mengangguk mengerti.

"Bagaimana kalau lewat jendela ini?" usul seseorang dengan menunjuk jendela belakang kelas.

Mereka semua menatap jendela dan terperanjat. Sepasang mata putih dengan mulut berlumuran darah, sedang menatap mereka dengan menggeram.

"Errrrrrrrr!!! HUARRGH!!!"

"AAAAAAAAAAA!!"


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C2
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login