Download App
1.69% Lady Renee

Chapter 2: Laki-laki Misterius 1

"Apa yang kau lihat?"

Renee tersentak, ia menggelengkan kepalanya dengan pelan.

"Maaf, saya hanya mengagumi ketampanan anda, Tuan."

Renee mengulas senyum canggung, setahunya, laki-laki selalu suka disanjung, apalagi dengan ketampanan wajah dan penampilannya.

Tapi apa yang ia dapat justru Leo mendengkus pelan, seolah-olah ia tidak tertarik dengan apa pun yang dikatakan oleh Renee.

Ivana yang ada di samping Renee tidak mengatakan apa-apa. Wajar baginya yang sudah tua ini melihat seorang wanita muda terpesona dengan ketampanan tuannya. Tapi ia sendiri sebenarnya tidak terlalu yakin, apakah Renne bisa bertahan melayani Leo selama seminggu penuh di sini.

Leo bertopang dagu di pegangan kursi roda, matanya berwarna hitam pekat seperti batu obsidian, raut wajahnya terlihat dingin dan matanya menyorot dengan tidak senang pada Renee.

"Aku tidak suka aroma tubuhmu," kata Leo tanpa basa-basi sedikit pun. "Kau penuh dengan aroma parfum murahan ... sengaja ingin menggodaku?"

Wajah Renee memerah, menahan dirinya untuk tidak mengumpat pada Leo yang baru saja ia temui, diam-diam tangannya meremas bagian dalam topi yang ia pegang.

Bagaimana bisa seorang laki-laki mengomentari aroma tubuh seorang wanita tepat di depan orang lain? Tidak kah ia memikirkan perasaan Renee?

"Maaf, saya akan mengganti parfum saya."

Leo menatap Renne dari atas ke bawah, tersenyum miring.

"Itu harus."

Setelah mengatakan hal itu, Leo tidak menunggu jawaban Renee, ia menggerakkan kursi rodanya masuk ke dalam ruang kerja bersama seorang pelayan laki-laki, kembali sibuk mengurus beberapa hal.

"Renee, ayo ikut denganku ke kamarmu."

Ivana bertingkah seakan ia tidak melihat apa yang terjadi, dengan langkah pelan tanpa suara ia membawa Renee untuk pergi ke bagian kiri Mansion keluarga Emmanuel, di lorong yang panjang itu terdapat pintu-pintu yang berjejer dan sekali lagi, setiap jendela yang ada di tempat ini selalu tertutup rapat oleh tirai, mencegah cahaya matahari masuk.

KLEK!

Ivana Membuka pintu kamar yang ada di ujung, ada sedikit noda debu yang menempel di sana, Renee langsung melihat sebuah ruangan yang sangat sederhana, ada sebuah ranjang kayu yang belum ada alasnya, lemari dan meja, selebihnya lantai yang kosong.

"Aku akan membawakan selimut dan beberapa hal lain, untuk sementara … bereskan dulu yang ada."

Ivana sepertinya bukan orang yang suka berbasa-basi, setelah membuka pintu, ia mendorong sapu dan pel ke tangan Renee.

"Ah, oke." Renee tersenyum canggung, ketika Ivana ingin berbalik, ia langsung memegang tangannya. "Ah, ini … tempat ini terlalu gelap, bisakah aku membuka jendelanya?"

Satu-satunya cahaya yang ada hanya cahaya dari lilin yang menempel di setiap sudut tembok, Ivana melepaskan tangan Renee dan mengeluarkan lilin berserta korek apinya, matanya menatap Renee dengan penuh peringatan.

"Jangan pernah membuka jendelanya."

"Ta … tapi … kalau tidak dibersihkan, debu di kamar ini …."

Sebelum sempat mengatakan apa-apa, Ivana menyalakan lilin dan meletakkan di atas meja. Gerakannya sangat cepat seakan memberikan ilusi bahwa apa yang ia katakan, tidak boleh dibantah.

"Apakah cahaya ini cukup?"

Renee tidak mengerti jalan pikiran Ivana, merasa wanita itu cukup aneh. Tidak, sebenarnya Mansion dan Tuan yang ada di sini juga sama anehnya.

Karena tidak mendapat jawaban yang berarti dari Renee, Ivana menyalakan satu lagi lilin, lalu mengambil lilin ketiga.

"Cukup, itu sudah cukup."

Kening Renee berkerut, apakah Ivana punya lilin cadangan di sakunya?

Kenapa ia bisa memiliki begitu banyak?

"Oke, aku akan pergi mengambil keperluanmu di ruang cuci."

Ivana tidak terlihat tersinggung, wajahnya selalu datar seakan-akan ia tidak memiliki perasaan, tanpa suara ia telah pergi.

Renee mengusap pelipisnya dan menarik napas dalam-dalam, ia harap pergi ke tempat ini bukanlah sebuah kesalahan, tapi ia mengingat imbalan yang akan diberikan oleh Ratu padanya, satu kotak emas dan ia bisa membuka kedai untuk menyelamatkan hidupnya.

Renee mengambil sapu dan mulai membersihkan setiap sudut kamarnya, meski ada jendela yang tertutup rapat tirai di ujung sana, ia tidak berani membukanya, walau ia tidak tahu apa alasan semua orang di Mansion ini menutup jendela dengan tirai sehingga sinar matahari tidak masuk.

Renee tidak ingin cari masalah dan mungkin saja rumor yang ada di luar itu semuanya benar, jika sang Marquis sebenarnya adalah orang yang kejam dan memiliki sedikit kelainan.

"Renee …."

"Ah!" Renee yang sibuk menyapu tersentak, jantungnya berdebar dengan kencang. Ia terlalu sibuk dengan pikirannya sampai-sampai tidak menyadari kalau Ivana ada di depannya dengan setumpuk selimut. "Maaf, aku tidak mendengar kau datang."

"TIdak masalah," sahut Ivana sambil meletakkan selimut tebal di atas ranjang kayu, menggelarnya. "Kau harus membiasakan dirimu untuk tidak bersuara ketika melangkah."

"Kenapa?" Renee tidak bisa menahan dirinya untuk tidak bertanya, belum satu jam ia sudah disuguhi dengan beberapa peraturan aneh yang ada di Mansion ini. "Aku tidak akan mengerti kalau aku tidak tahu alasannya, kan?"

Tidak boleh membuka tirai jendela, tidak boleh melangkah saat bersuara dan harus mengganti aroma parfum, Renee tidak tahu apakah saat ini ia sedang terjebak dengan seorang Vampir atau seorang laki-laki aneh yang jalan pikirannya sudah tidak normal lagi.

Ivana menegakkan tubuhnya, mengambil selimut dan menyerahkan pada Renee dan tangannya yang dingin itu menggenggam tangan Renee dengan kuat.

"Patuhi saja dan jangan banyak bertanya." Ivana melotot pada Renee dan genggaman di tangannya itu seakan bisa mengoyak tangan Renee kapan saja. "Tuan paling membenci orang yang ingin tahu, apalagi orang yang berminat untuk naik ke tempat tidurnya, jika kau ingin keluar dari Mansion ini tanpa kehilangan anggota tubuhmu, sebaiknya ikuti saja aturan di Mansion ini."

Ivana mundur, melepaskan tangannya dari Renee, wanita itu menatap tangannya yang kini terdapat luka kecil akibat tusukan kuku.

"Baiklah, aku tidak akan bertanya apa-apa lagi."

Walau Renee tidak begitu mengerti dan tidak mendapatkan jawaban yang berarti, tapi demi imbalan yang diberikan oleh sang Ratu, ia harus mematuhinya. Selagi ia bisa keluar dari tempat ini dengan selamat, maka Renee tidak perlu memedulikan keanehan apa pun tentang sang Marquis.

Ivana terlihat puas dengan apa yang dikatakan oleh Renee, ia menganggukkan kepalanya dan melangkah ke arah pintu, sebelum itu ia menoleh dan mengulas senyuman miring.

"Aku sudah melewati banyak hal di Mansion ini, tidak sedikit aku melihat wanita sepertimu yang berakhir dengan buruk."

Mata Ivana terlihat berkilat, wajahnya yang datar itu berubah menjadi sinis, hanya sesaat sebelum ia kembali merubah wajahnya dan pergi di bawah cahaya lilin yang bersinar temaram.

Renee tertegun lalu mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Jelas, ini adalah sebuah peringatan yang ditujukan padanya.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login