Download App

Chapter 58: The Devil Smile

Gisel terus melangkah menuju ruangan itu tanpa peduli suara Iyan yang memintanya berhenti. Langkah kaki mereka tiba-tiba berhenti saat suara seseorang mengejutkan mereka.

"Ada apa ini?" tanya Frank.

"Tuan, nona mau ke kamar itu," jawab Iyan.

Frank mendekati Gisel. Dia menatap perempuan itu dengan tatapan kesal.

"Gisel, ada apa?" tanya Frank.

"Aku ingin tahu aja apa yang dilakukan oleh Edgar di sana. Bukankah perempuan itu seharusnya kalian jual, kenapa seperti kalian jaga?" tanya Gisel menatap sinis ke arah Frank.

"Cukup, Gisel. Lebih baik kamu pulang," jawab Frank.

"Aku baru datang, kenapa aku harus pulang?" tanya Gisel dengan nada tinggi.

"Cukup, aku tidak mau bertengkar. Aku bilang pulang!" teriak Frank.

Gisel terkejut saat ada pengawal lain datang dan hendak memegang tangannya.

"Apa-apaan ini, Frank? Aku bisa pulang sendiri," kata Gisel.

"Bawa dia keluar dari sini," perintah Frank.

Gisel dibawa pergi oleh pengawal, sedangkan Frank kembali ke ruangannya dan menutup pintu dengan keras.

***

Hanna yang berada di dalam kamar tangannya diikat di atas kepala dengan tali pinggang milik Edgar. Suasana di kamar itu menjadi panas.

"Jangan!" teriak Hanna saat merasakan lidah panas Edgar yang bergerilya di tubuhnya.

Hanna perempuan normal yang tidak bisa memberontak saat diikat dan digoda. Kedua kaki dia ditahan terbuka, dalaman yang dia kenakan sudah terlepas hingga menampilkan miliknya dan langsung dicicipi oleh pria di hadapannya tanpa ampun.

"Edgar, aku mohon berhenti," kata Hanna.

Hanna dipaksa membuka lebar kakinya. Dia sangat lemas hingga tidak bisa melawan pria gila yang saat ini berdiri di depannya.

"Sayang, kamu cantik sekali," puji Edgar mengusap lembut milik Hanna.

Edgar merobek baju tidur tipis yang dikenakan Hanna hingga terpampang tubuh polos perempuan itu dengan puncak bukit kembar yang sudah menegang.

Mata Hanna begitu sayu. Dia menatap pria di hadapan dia yang akan menghancurkannya.

"Jangan, Edgar," kata Hanna dengan tatapan memohon saat melihat Edgar membuka pakaiannya.

Edgar menangkup wajah Hanna. Dia merangkak ke atas tubuh perempuan itu.

"Semua akan baik-baik saja," kata Edgar mengecup bibir mungil dan manis gadisnya.

Hanna hendak memalingkan wajahnya, tapi ditahan oleh Edgar.

"Sialan, pria kurang ajar lepasin aku!" teriak Hanna.

Edgar memberikan kecupan dan tanda cinta di leher hingga tubuh Hanna.

"Kamu milikku," kata Edgar.

"Edgar, jangan. Sakit!" teriak Hanna merasakan miliknya seperti dipaksa terbuka.

"Tahan. Aku jamin setelah ini akan nikmat," kata Edgar dengan senyum miring.

Edgar mengambil kesucian Hanna. Dia terus melakukan kegiatan itu tanpa peduli dengan Hanna yang sudah tidak sadarkan diri karena kelelahan melayani nafsu gilanya.

***

Di celah pintu, ada seseorang yang melihat apa yang dilakukan Edgar. Pria itu mengepalkan tangannya.

"Sial! Seharusnya aku yang ada di sana," gumam pria itu.

"Tuan, maaf mengganggu. Tuan Edgar bisa tahu kalau Tuan mengintip begini," bisik Iyan yang takut tuannya akan terkena masalah.

Frank menghelakan napas. Dia merasakan dirinya sangat bergairah saat melihat tontonan itu.

"Tutup pintunya perlahan, saya tidak mau ada yang melihat apa yang saya lihat," perintah Frank.

"Baik, Tuan. Mereka tidak ada yang berani melihat, kecuali Tuan," balas Iyan.

Frank pergi dari sana. Dia merasa penat, lebih baik dia pulang. Saat dia sudah sampai di luar, dia melihat Gisel yang duduk di kursi mendekati perempuan itu.

"Gisel, kenapa tidak pulang?" tanya Frank.

"Sayang," panggil Gisel memeluk Frank.

"Lebih baik kamu pulang, aku juga mau istirahat," kata Frank.

"Sayang, kamu kenapa sih?" tanya Gisel dengan raut wajah sedih.

"Sudah, ayo aku antar pulang," ajak Frank.

"Sayang, kita balik ke apartemen kita aja," pinta Gisel dengan wajah memelas.

Frank meminta Gisel untuk tidak membuatnya kesal. Saat ini dia butuh ketenangan.

"Sayang, kamu butuh apa? Aku akan mengabulkannya, kita bisa bermain dulu di mobil," kata Gisel sambil menyentuh celana Frank.

"Cukup, Gisel!" bentak Frank membuat Gisel tersentak.

Gisel terkejut karena mendadak Frank membentaknya dengan keras. Hati dia terasa sakit saat melihat Frank berjalan menuju mobilnya tanpa peduli dengan dia. Gisel berlari mengejar Frank sambil berteriak.

"Frank!" teriak Gisel saat tanpa sengaja dia terjatuh karena kesandung batu yang tidak dia lihat.

Frank berbalik. Dia menatap Gisel yang jatuh.

"Kenapa harus lari-lari sampai jatuh? Menyusahkan saja," kata Frank membantu Gisel berdiri.

"Sakit, dengkul aku berdarah," rengek Gisel.

"Ayo kita ke mobil," ajak Frank memapah Gisel ke dalam mobil.

Gisel tersenyum kecil merasakan perhatian dari kekasihnya. Frank mengambil obat untuk mengobati dengkul Gisel saat sudah di dalam mobil.

"Pelan-pelan, Frank. Sakit, ya ampun!" teriak Gisel heboh.

"Tahan sebentar. Kamu mau diobati atau tidak?" tanya Frank dengan penuh penekanan.

"Mau, maaf," jawab Gisel.

Frank mengobati Gisel dengan telaten. Dia menempelkan kapas dan perban.

"Selesai," kata Frank menatap mata Gisel yang berkaca-kaca.

"Sayang, terima kasih," balas Gisel membelai lembut pipi Frank dan mengecup bibir pria itu.

"Sama-sama. Kita sekarang pulang," kata Frank.

"Aku mau dipeluk kamu. Aku sangat merindukan kamu," balas Gisel.

"Bagaimana pekerjaan kamu hari ini?" tanya Frank.

"Frank, aku lagi bilang rindu kok jadi kerjaan sih?" tanya Gisel.

"Iya aku rindu sama kamu juga. Aku hanya bertanya saja," balas Frank.

"Iya semua lancar," kata Gisel dengan senyum lebar.

Frank berterima kasih pada Gisel karena sudah mengurus semuanya dengan baik.

"Aku buru-buru kelarin kerjaan biar bisa ketemu sama kamu," kata Gisel.

"Oh begitu," balas Frank menyelipkan rambut Gisel di belakang telinganya.

"Iya," kata Gisel bersemangat.

Tangan Gisel bergerilya ke paha Frank, tapi tiba-tiba tangan pria itu menepisnya.

"Aku sedang lelah, Gisel. Kita pulang," kata Frank.

Raut wajah Gisel seketika berubah sedih. Dia sangat kecewa dengan sikap Frank yang tiba-tiba aneh.

"Oke kita pulang," balas Gisel.

Gisel memakai sabuk pengamannya. Tidak lama mobil itu dijalankan oleh Frank dengan kecepatan sedang.

"Ada apa dengan Frank? Kenapa dia berubah? Aku tahu dia terkadang jahat dan kadang juga manis, tapi kali ini dia terlihat cuek," gumam Gisel.

"Kamu tidak menyalakan musik?" tanya Frank saat melihat Gisel yang melamun.

"Iya ini aku mau putar, tadi aku cuma takut kamu terganggu," jawab Gisel.

"Sayang, aku tidak merasa terganggu," balas Frank tersenyum pada Gisel.

Gisel merasakan Frank mulai kembali hangat padanya membalas senyuman pria itu.

"Hari ini ada cerita tidak? Ceritakan saja semua hal yang mengganggu pikiran kamu," kata Gisel.

"Gisel, aku sangat menginginkan Hanna. Aku memerlukan perempuan itu," gumam Frank dengan senyum iblis terpatri di wajahnya.

"Sayang, kamu senyumnya ngeri banget sih. kamu habis membayangkan apa?" tanya Gisel.

"Tidak ada. Aku membayangkan kalau hari ini sangat menyenangkan," jawab Frank.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C58
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login