Download App

Chapter 59: Crazy Obsession

Menjelang pagi, sang surya menampakkan cahaya dan menyinari semua wajah orang di pagi hari. Seorang gadis yang sudah direnggut kesuciannya menangis sesenggukan dengan tubuh berbalut selimut. Laki-laki yang sudah merenggut hal itu adalah orang yang paling dia sayangi, cintai, dan percaya.

"Dia jahat," gumam Hanna.

Suara derap langkah kaki mulai terdengar saat seseorang memasuki kamar itu. Hanna mengeratkan selimut yang masih menutupi tubuhnya polos. Seorang pria masuk dan tersenyum pada Hanna sambil membawa nampan berisi makanan.

"Menjauh dariku, jangan mendekat!" teriak Hanna pada pria yang paling dia benci di dunia ini.

"Sayang, jangan menjauh. Aku bawakan kamu sarapan pagi," kata Edgar menaruh nampan berisi makanan di meja.

"Aku tidak mau makan!" teriak Hanna.

Edgar memejamkan matanya. Dia meminta Hanna agar tidak berteriak lagi padanya karena dia selama ini sudah sangat bersabar.

"Sakit. Lepaskan aku!" teriak Hanna merasakan cengkraman di rambut panjangnya yang berantakan.

Tangan Hanna yang satu memegang selimut, sedangkan tangan yang satu lagi berusaha melepaskan jambakan Edgar di rambutnya.

"Sayang, menurut saja padaku agar semuanya baik-baik. Kamu sekarang makan, kamu butuh tenaga untuk melayani aku," perintah Edgar.

Hanna menggelengkan kepala dan tubuhnya saat ini. Dia sangat ketakutan pada Edgar yang terlihat seperti monster.

"Mama tolong aku," gumam Hanna.

Edgar melepaskan jambakan pada rambut Hanna hingga beberapa helai rambut perempuan di hadapan dia berada di tangannya. Dia mengelap dengan tisu lalu duduk di ranjang dan mengambil mangkuk berisi pancake lengkap dengan daging asap dan telur.

"Sayang, makan," kata Edgar.

"Iya," balas Hanna.

Hanna memakan makanan yang disuapi oleh Edgar hingga beberapa menit berlalu dan sarapan pagi dia sudah habis. Edgar keluar mengambil barang lalu masuk kembali ke kamar.

"Itu apa?" tanya Hanna melihat uluran tangan Edgar yang memberikan sebuah barang padanya.

"Untuk kamu. Memang kamu tidak mau bersih-bersih dan berpakaian?" tanya Edgar membelai lembut pipi perempuan di hadapannya.

Edgar hendak mengecup bibir Hanna, tapi perempuan itu mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Aku mau bersih-bersih," kata Hanna dengan perasaan takut.

Edgar tersenyum miring. Dia menawarkan untuk membantu Hanna mandi, tapi perempuan itu justru menolak tawarannya dan meminta dia untuk keluar dari kamar itu.

"Baiklah aku akan keluar, tapi kamu jangan macam-macam," kata Edgar.

"Iya," balas Hanna sambil menggigit bibirnya.

"Pintar," puji Edgar tersenyum pada Hanna.

Hanna mengepalkan tangannya. Dia jijik melihat senyuman pria yang paling dia benci saat ini.

"Aku ingin segera keluar dari sini," gumam Hanna.

Edgar pergi keluar dari kamar, tak lupa dia mengunci pintu. Hanna menurunkan kakinya. dia ingin menuju kamar mandi karena dia jijik dengan tubuhnya.

"Hidup aku sudah hancur," kata Hanna.

Hanna menatap ranjang yang terdapat bercak darah, kesuciannya telah direnggut dan tubuh dia benar-benar hancur saat ini serta harga dirinya pun ikut hancur. Dia berjalan tertatih-tatih menuju kamar mandi. Dia melepaskan selimut dari tubuhnya dan tak lupa membawa pakaian yang tadi diberikan. Hanna menatap tubuh dia yang banyak tanda cinta dari pria yang dia benci saat ini di cermin besar di kamar mandi.

"Aku jijik dengan tubuhku!" teriak Hanna.

Tangan Hanna melayang ke pipi dia sendiri dengan kencang hingga meninggalkan bekas, dia benci dengan kebodohannya. Dia menuju shower lalu mengguyur dan menggosok-gosok tubuhnya.

"Kenapa ini bisa terjadi padaku? Aku harus pergi dari sini, aku takut dijual pria gila itu. Aku tidak menyangka orang-orang yang terlihat baik bisa menjebak aku hingga seperti ini," kata Hanna sambil menangis dengan keras di kamar mandi.

***

Edgar memasuki kamar kembali karena Hanna sudah mandi setengah jam, tapi belum keluar dari kamar mandi sama sekali.

"Hanna, buka pintunya!" teriak Edgar sambil mengetok pintu kamar mandi.

Tidak ada suara dari dalam kamar mandi. Edgar keluar dari kamar lalu memanggil pengawalnya untuk mendobrak pintu.

"Dobrak pintu itu sekarang," perintah Edgar.

Para pengawal mendobrak pintu hingga terbuka. Edgar meminta mereka menyingkir, dia tidak mau ada yang melihat tubuh Hanna selain dirinya.

"Hanna, kamu masih di dalam?" tanya Edgar.

Edgar masuk ke dalam kamar mandi. Dia berjalan dengan cepat menuju Hanna saat melihat perempuan itu sudah tidak sadarkan diri di bawah pancuran shower.

"Hanna, kamu baik-baik saja?" tanya Edgar mengambil handuk dan melilitkan pada tubuh Hanna.

"Tuan, ada yang bisa saya bantu?" tanya David dari luar.

"Kalian semua keluar semua," perintah Edgar.

Semua pengawal keluar dari kamar itu. Edgar menggendong Hanna ke ranjang lalu keluar dari kamar.

"Iya, Tuan," kata David heran menatap wajah frustasi tuannya.

"Panggilkan dokter, sekarang saya butuh dokter," perintah Edgar.

"Baik, Tuan," balas David.

Edgar membanting pintu. Dia melepaskan handuk di tubuh Hanna lalu mengeringkan tubuhnya dan membalurkan minyak angin agar hangat serta memakaikan pakaian perempuan itu.

"Apa semalam aku terlalu kasar?" gumam Edgar membelai lembut pipi Hanna.

***

Di apartement kedua sejoli sedang memadu kasih hingga pagi menjelang. Suara teriakan perempuan dan laki-laki yang saling sahut-menyahut menggema di ruangan itu.

"Frank pelan-pelan," kata Gisel.

Gisel merasakan hujaman yang kuat di miliknya yang sudah basah dan licin karena cairan cinta mereka bersatu. Semalaman Gisel digempur habis oleh Frank.

"Aku tidak bisa pelan. Jepit milikku dengan milikmu lebih kuat," perintah Frank.

Frank memejamkan mata, dia membayangkan dirinya memadu kasih dengan Hanna. Dia mengucek-ngucek mutiara milik Gisel hingga perempuan keluar lagi.

"Frank, cukup. Aku lelah," kata Gisel saat merasakan tamparan kencang melayang pada bukit kembarnya.

"Hanna, sebentar lagi aku sampai!" teriak Frank.

Gisel mengernyitkan dahi saat mendengar nama seseorang, tapi bukan dirinya.

"Apa benar dia tadi menyebut nama orang?" gumam Gisel.

Frank menjatuhkan diri di samping Gisel lalu memeluk perempuan itu. Dia menatap langit-langit kamar sambil tersenyum.

"Frank kamu sadar tidak sih pas tadi kamu menyebut nama orang lain?" tanya Gisel.

"Maksudnya?" tanya Frank melirik ke arah Gisel.

"Tadi kamu menyebut nama Hanna," jawab Gisel.

"Oh, itu tadi aku kepikiran gara-gara Edgar tadi malam bercerita tentang perempuan itu. Jadi aku teringat deh namanya," kata Frank terkekeh.

"Lebih baik kita istirahat," balas Gisel.

"Sial! Kenapa aku menyebut nama Hanna di depan Gisel? Gisel bisa curiga sama aku," gumam Frank.

Gisel yang berada di samping Frank berusaha menepis kegundahan hatinya. Dia tidak ingin berdebat dengan pria itu.

"Apa Frank menyukai kekasihnya Edgar yang bernama Hanna itu. Kalau iya, aku harus menyingkirkan perempuan itu. Dia bisa merebut perhatian Frank padaku," gumam Gisel.

Gisel memilih memejamkan mata. Dia tidak mau pikiran negatif terus menyerang dia saat tubuhnya saat ini terasa sangat lelah.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C59
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login