Suara tangisan sesenggukan memenuhi kediaman keluarga Silvan.
"Ma, jangan menangis terus," bujuk Louis.
"Pa, kita sudah mencari Hanna ke mana-mana. Bahkan poster wajah putri kita sudah disebar, tapi tidak ada yang tahu. Aku takut sesuatu terjadi pada putri kita," balas Elsa.
"Ma, kita berdoa yang terbaik untuk Hanna. Papa hari ini juga sudah melapor pada kepolisian," kata Louis.
"Iya kita sudah melapor beberapa kali, tapi tidak ada hasilnya sama sekali," balas Elsa.
***
Niko yang berada di luar pintu mendengar kesedihan papa dan mamanya.
"Kakak ke mana? Tolong kembali pada kami. Aku merasa bersalah karena kakak harus pergi jauh dari kami dan sekarang kami tidak tahu kakak di mana gara-gara ulah aku. Kakak juga tidak memberitahukan di mana tempat kerja kakak," gumam Niko.
Tidak lama pintu terbuka menampilkan Louis yang berdiri di sana membuat Niko terkejut.
"Niko, kamu ngapain?" tanya Louis.
"Tidak melakukan apa-apa, Pa," jawab Niko.
"Mama kamu sudah istirahat. Papa sudah kasih obat penenang," kata Louis.
"Pa, maafkan Niko. Ini semua salah Niko," mohon Niko.
Louis memeluk putranya. Mereka saling berpelukan.
"Ini bukan salah kamu, Nak. Papa merasa kakak kamu diculik bukan dengan orang biasa," kata Louis.
"Iya aku juga merasa demikian, apalagi saat kakak bisa membebaskan aku dari penjara dan mendadak dia pindah kerja. Kakak hobi sekali berkenalan sama orang tidak jelas sebelum kejadian itu," balas Niko.
"Niko, Papa takut terjadi apa-apa dengan kakak kamu. Apa kamu ingat pria yang bernama Victor? Dia katanya mati dibunuh," kata Louis.
"Iya, Pa. Kita besok akan menyebar brosur lagi," balas Niko.
***
Di sebuah apartemen mewah milik keluarga Odilio, Max tengah merokok sambil duduk di ranjang besar . Dia menatap perempuan yang menari di hadapannya.
"Bagaimana tarianku? Apa kamu suka?" tanya perempuan itu sambil membuka kancing kemeja yang digunakan oleh Max.
"Nakal sekali. Kamu masih sering bertemu mantan pacar kamu itu? Adel, apa dia tidak bisa membuat kamu puas?" tanya Max menangkap tangan perempuan yang menyentuhnya.
Adel tersentak mendengar ucapan Max. Dia mengatakan pada Max bahwa dia tidak pernah melakukan hal lain dengan mantannya.
"Adel, kamu berbohong. Aku paling tidak suka dibohongi," kata Max.
Max menarik tubuh perempuan di hadapannya hingga terduduk di pangkuannya.
"Ya sudah kalau kamu tidak percaya, percuma juga aku menjelaskan," balas Adel.
Adel berusaha naik dari pangkuan Max, tapi tidak bisa. Pinggulnya dicengkram dan leher dia dikecup oleh pria itu.
"Max," panggil Adel merasakan sensasi geli di lehernya karena kecupan-kecupan basah dari Max.
Tangan Max membuka tali spageti baju yang dikenakan Adel hingga terlihat kedua bukit kembar perempuan itu yang menyembul indah. Beberapa kali bukit kembar itu ditampar hingga kemerahan.
"Indah dan cantik," kata Max menatap wajah Adel yang bergairah padanya.
"Terima kasih," kata Adel sambil menggigit bibirnya saat merasakan lidah Max bergerilya di kedua puncak bukit kembarnya berganti-gantian.
Tangan Max menyentuh milik perempuan yang sudah menggila karena hisapan di kedua puncaknya. Pria itu tersenyum miring sambil membaringkan Adel di ranjang.
"Sudah basah. Buka kakimu," perintah Max.
Adel tersenyum manis dan melebarkan kakinya. Dalaman yang menutupi milik Adel ditarik lalu dibuang sembarang. Max menarik kaki Adel dan menjulurkan lidahnya.
"Max," panggil Adel.
Suara teriakan kenikmatan Adel menggema di ruangan itu saat merasakan hisapan kuat di bawah sana. Jari Max juga sudah masuk ke dalam miliknya dan bergerak maju mundur. Adel mencengkram sprei di bawah saat pinggulnya reflek bergerak sendiri mencari kepuasannya.
"Suka?" tanya Max sambil memainkan mutiara yang menonjol dan mendambakan sentuhan lebih dengan jempolnya.
"Terus, Max. Benar di situ," kata Adel.
Kepala Adel menengadah ke atas dan kakinya menjepit jari-jari Max yang menggodanya.
"Sayang, keluarkan," perintah Max.
Adel berteriak kencang saat tubuhnya bergetar ketika merasakan pelepasan hanya dengan jari dan lidah pria di hadapannya.
"Suara kamu sangat indah," kata Max.
Max menarik jarinya dari sana lalu membuka pakaian yang dia kenakan.
"Max, kita mulai sekarang aja," kata Adel.
Mata Adel menatap tubuh pria di hadapannya yang sangat menggodanya. Jari dia membuka miliknya agar Max bisa segera memasukinya.
"Gatal?" tanya Max menatap wajah Adel yang terlihat sangat nakal.
"Max, aku mau kamu," mohon Adel.
"Mau aku?" tanya Max.
Max menaiki ranjang lalu mengarahkan miliknya ke milik Adel, tapi tiba-tiba ponsel milik Adel berdering membuat Max menatap ponsel itu.
"Ponsel kamu berbunyi," kata Max.
"Mengganggu saja," kata Adel mengambil ponselnya yang tidak jauh.
Max melihat Adel sudah kembali ke ranjang mengecup kaki perempuan itu tanpa peduli dengan Adel yang sedang mengangkat telepon.
"Halo, ini Adel?" tanya seorang pria.
"Iya, ini siapa?" tanya Adel lembut.
"Ini saya Louis. Papa dari Hanna," jawab Louis.
"Tuan, iya ada apa?" tanya Adel lembut sambil menahan sensasi di bawah sana.
Adel merasakan sesuatu memenuhi miliknya geleng-geleng kepala. Dia meminta Max untuk berhenti sejenak.
"Nak, apakah kamu dapat pesan atau telepon dari Hanna?" tanya Louis.
Adel menahan perut Max agar tidak mendesaknya terlalu kuat, apalagi dia sedang menelepon.
"Tuan, belum ada sama sekali. Nanti saya telepon lagi aja," jawab Adel.
Adel mematikan ponsel itu lalu menaruh di sebelahnya.
"Kenapa? Lanjutkan saja obrolan kamu," kata Max sambil memacu dirinya di dalam Adel.
"Max!" teriak Adel saat mengalami pelepasan lagi.
Max menarik tubuh Adel hingga terduduk di atas pangkuannya. Max memasukan kembali miliknya ke dalam milik Adel membuat kaki Adel reflek bertumpu di kedua bahu dia.
"Kamu menyukainya?" tanya Max.
"Suka, terus," jawab Adel.
Max memacu Adel dengan kasar dan menyentaknya tanpa ampun menggunakan berbagai gaya hingga ranjang mereka berantakan. Max juga menumpahkan cairan cintanya pada Adel.
"Aku selalu suka dengan gaya kamu," kata Max.
"Max, aku juga," balas Adel sambil memeluk Max.
"Tadi siapa yang menelepon? Aku kurang jelas mendengar," kata Max.
"Dari papanya Hanna. Aku sedih temanku itu tidak tahu pergi ke mana," balas Adel.
"Oh," kata Max.
"Max, boleh aku minta tolong?" tanya Adel.
"Minta tolong apa?" tanya Max.
Adel meminta tolong pada Max untuk mencari Hanna. Dia ingin temannya segera ketemu.
"Aku akan usahakan menemukan teman kamu," kata Max.
"Kamu itu punya banyak kenalan polisi, aku mohon minta tolong sama mereka juga," balas Adel.
"Adel, kita di sini bukan untuk membahas teman kamu. Aku minta sama kamu jangan terlalu ikut campur urusan keluarga teman kamu karena kamu tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan dia," kata Max.
"Aku sudah lama mengenal Hanna, dia perempuan yang sangat baik," balas Adel sambil menggigit bibirnya.
"Iya aku tahu, tapi tidak semua orang bisa kamu tolong. Satu lagi, jangan pernah sampai ada yang tahu tentang kita," kata Max.
Hati Adel terasa sakit saat mendengar ucapan Max yang tidak pernah mau hubungan mereka diketahui.