Download App

Chapter 2: Alasan dibaliknya

Kedatangan Rivaldo ke rumahnya tentu saja membuat Ashila terkejut, terlebih ketika bos nya itu dengan gampangnya melunasi hutang kedua orangtuanya yang bernilai puluhan juta banyaknya.

Ashila melihat kedua orangtuanya sangat senang dengan bantuan dari Rivaldo. Bagaimana tidak, kondisi ekonomi mereka sedang kesusahan, terlebih kios dan barang dagangan mereka dipasar ludes dilalap api hingga tak menyisakan sedikitpun. Hutang di bank bernilai puluhan juta rupiah yang bahkan Ashila tidak pernah mengetahuinya selama ini, dan jika tidak dilunasi segera maka rumah mereka akan disita oleh pihak bank. Ashila sangat pusing, karena ia tidak mempunyai tabungan sebanyak itu untuk melunasi hutang orangtuanya.

Bantuan dari Rivaldo tentu membuat orangtua Ashila sangat berterima kasih pada pria tampan itu, terlebih ketika bos nya itu pun mengatakan akan memberikan toko yang baru dan modal usaha. Ashila yakin Rivaldo sudah mencuri hati orangtuanya.

Ashila menatap dingin bos nya itu, ia sangat yakin Rivaldo punya maksud tertentu. Tentu tidak mungkin Rivaldo memberikan semua itu secara cuma-cuma.

"Tapi aku mempunyai permintaan kepada kalian." ucap Rivaldo semakin membuat Ashila yakin memang ada maksud tertentu yang sudah direncanakan bos nya itu.

"Permintaan apa, Tuan Rivaldo? Kami akan berusaha memenuhinya." Ashila reflek menoleh ke arah ibunya. Ternyata benar apa yang ia khawatirkan, bahwa orangtuanya sudah menaruh hati pada Rivaldo.

Ashila menunggu apa yang akan bos nya itu katakan, hatinya bergemuruh. Pria tampan itu meliriknya dan tersenyum ke arahnya, sebuah senyuman yang terlihat sangat menyebalkan dimata Ashila.

Bisa dibilang Rivaldo Januar sangat licik. Namun permainannya halus, ia tak menggunakan kekerasan untuk mendapatkan restu dari orangtua Ashil. Namun ia menawarkan segala fasilitas yang bernilai jutaan rupiah itu, tepat disaat ekonomi keluarga Ashila sedang tidak baik-baik saja.

"Saya bermaksud untuk meminta izin menikahi anak sulung anda yang bernama Ashila Aruna."

Sebuah kalimat yang keluar begitu saja dari mulut Rivaldo, tentu sudah Ashila tebak bahwa bos nya akan mengatakan hal itu. Berkali-kali Ashila menghela nafasnya. Mengatur emosi di dadanya yang siap meledak kapanpun. Apa Ashila memang serendah itu dimata Rivaldo sampai pria tampan itu seperti sedang membelinya.

Ashila menoleh kepada kedua orangtuanya, ekspresi pria dan wanita paruh baya itu sama terkejutnya, mungkin mereka tidak akan menyangka bahwa seorang konglomerat muda itu akan melamar anaknya.

"Kau bermaksud untuk menikahi anak kami, Tuan Rivaldo?" tanya Bima, ayah Ashila memastikan.

"Benar, Tuan Bima. Tolong izinkan saya menikah dengan Ashila." ucap Rivaldo dengan suara yang tegas.

Ashila mengigit bibir bawahnya, ia berusaha menahan butiran air mata yang sudah mengenang di pelupuk matanya.

"Tapi, Tuan Rivaldo. Ashila hanya anak dari orang miskin seperti kami, rasanya tidak pantas bersanding dengan anda yang seorang konglomerat besar." ujar Tuan Bima.

"Saya tidak mempermasalahkan hal itu, saya sangat menyukai anak sulung kalian. Saya sudah tidak bisa kemana-mana lagi, hanya Ashila yang saya sukai." Rivaldo terus menjawab dengan senyuman khasnya, yang membuat aura tampannya bertambah puluhan kali lipat.

"Maka dari itu, saya ingin sekali membantu keluarga calon istri saya." lanjutnya lagi sambil melirik ke arah Ashila.

"Saya merasa tersanjung Ashila kami dilamar oleh CEO tampan seperti anda, Tuan Rivaldo." ucap ayah Ashila dengan senyum sumringah.

Ashila menatap dingin kearah Rivaldo, matanya sudah memerah menahan emosi. Ia tak mungkin menolaknya kali ini, karena orangtua Ashila sangat menyukai Rivaldo.

"Bagaimana Ashila? Tuan Rivaldo ingin kau menjadi istrinya." kali ini sang ibu yang bertanya.

Ashila terus menghela nafasnya, berusaha meredam emosinya yang sudah memuncak. Ingin sekali Ashila pergi dari sini, keluar dari situasi yang tidak menguntungkannya. Namun ia tidak mungkin membuat kedua orangtuanya kecewa. Dapat Ashila lihat orangtuanya sangat menyukai Rivaldo dan sangat senang ketika bos nya itu melamarnya. Walaupun Ashila tau, ucapan Rivaldo tidaklah tulus.

"Bagaimana, Nak?" tegur Bima sebagai kepala keluarga ketika melihat putri sulungnya hanya diam.

"Aku tidak mungkin menolaknya bukan?" jawaban Ashila terdengar dingin dengan senyuman palsu yang ia tunjukkan. Hatinya tersayat-sayat ketika mengatakannya, Rivaldo memang memang bukan lawan yang sebanding dengan dirinya yang bukan siapa-siapa itu.

Senyum kemenangan terlihat jelas di wajah tampan Rivaldo. Jelas ia sangat senang sekarang, akhirnya ia berhasil mendapatkan wanita cantik dan manis itu yang sudah menjadi incarannya. Jauh lebih senang dibandingkan memenangkan tender.

"Ashila menerima lamaran anda, Tuan Rivaldo." ucap Nyonya Amara dengan senyum merekahnya.

"Kalau begitu, saya akan menikahi Ashila dua hari lagi."

Sebuah kalimat yang terlontar dari bibir Rivaldo sontak membuat Ashila membulatkan matanya. Apa katanya? Pernikahan mereka dua hari lagi? Apa bos nya itu sudah gila?

"Kenapa secepat itu?" tanya Ashila kemudian.

"Lebih cepat lebih baik bukan? Lagi pula untuk apa kita menunda terlalu lama, saya yang akan mengurus semua keperluan pernikahan kita. Tugasmu hanyalah menjadi calon pengantin yang cantik dan besok kita akan mengunjungi butik untuk mencoba gaun pernikahan mu."

"Baik, Pak. Saya mengikuti apa kata anda saja." Ashila masih menunjukkan senyuman palsunya. Percuma saja ia menolaknya, Rivaldo sangat tidak menyukai penolakan.

"Wah ... Ashila kita akan menikah sebentar lagi. Ibu tidak menyangka kamu akan menikah dengan pria sebaik Rivaldo, Nak." Amara memeluk putri sulungnya, terlihat sangat terharu.

Rasanya ingin sekali Ashila mengatakan yang sebenarnya, bahwa pernikahannya dengan Rivaldo bukanlah pernikahan murni karena saling menyukai seperti sang bos nya itu katakan. Namun ada maksud tertentu, tidak lain hanya untuk memanfaatkan rahimnya untuk mengandung anaknya, yang sayangnya anak itu nanti bukanlah anak dari pernikahannya dengan Rivaldo, melainkan harus di akui sebagai anak dari istri pertamanya, Luna.

Ashila terus memejamkan matanya menahan segala sakit dalam dadanya. Orangtuanya tak perlu mengetahui semuanya, cukup ia saja yang merasakan betapa perih jalan hidupnya.

"Bagaimana kalau Ashila ikut aku pulang sekarang? Karena besok kau akan sibuk sebagai calon pengantin." ucap Rivaldo.

"Baiklah ... saya akan mengemasi barang-barang saya terlebih dahulu." Ashila masuk ke dalam kamarnya, di sana ia masih berusaha menahan tangisnya, ia tidak mau kedua orangtuanya curiga karena anaknya menangis.

Tak lama kemudian Ashila sudah keluar kamar, mengganti pakaiannya sambil membawa koper kecilnya.

"Tuan Bima dan Nyonya Amara. Terimakasih banyak karena telah merestui saya untuk menikahi Ashila." Rivaldo membungkukkan badannya ke arah orangtua Ashila.

"Kami yang merasa sangat tersanjung karena Ashila putri kami, akan menikah dengan pria baik seperti diri anda, Tuan."

"Aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk selalu membahagiakan Ashila." ucap Rivaldo lagi, Ashila yang mendengarnya memutar bola matanya malas.

***

Di dalam mobil, Ashila hanya diam, matanya menatap keluar jendela. Ia tidak ingin menangis dihadapan Rivaldo. Jika ia menangis maka akan semakin menunjukkan betapa lemahnya Ashila dihadapan Rivaldo.

Matanya terus menatap jalanan yang sudah gelap. Sementara di sebelahnya, Rivaldo sedang fokus menyetir mobil.

"Ashila, kau ingin makan apa untuk makan malam?" tanya Rivaldo memecah keheningan diantara keduanya. Namun Ashila terus diam, ia tak mempunyai tenaga untuk bercakap dengan Rivaldo.

"Ashila Aruna, tolong jawab aku." ucap Rivaldo lagi karena tidak ada jawaban dari Ashila.

"Ashila Aruna?" Rivaldo menepikan mobilnya di trotoar yang sepi.  Namun Ashila tetap tak bergeming, ia masih diam dan membuang pandangannya keluar jendela mobil.

"Ashila ... tolong jangan mendiamkan saya." Rivaldo melepas seatbelt Ashila, kemudian ia memegang pundak sekretarisnya itu.

"Maaf, Pak. Tapi saya tidak ingin mengatakan apapun." jawab Ashila dengan suara pelan.

"Kenapa kau hanya diam? Tolong jawab pertanyaan saya."

Ashila pun menolehkan wajahnya untuk menatap Rivaldo, ia sungguh sangat ingin memukul bos nya itu. Ashila sangat kesal dengan perlakuan Rivaldo yang seenaknya.

"Apalagi yang harus saya katakan? Bukankah percuma? Karena kau akan berlaku semaumu saja, Pak Rivaldo." kali ini Ashila tidak bisa lagi menahan genangan air matanya, butiran bening itu menetes begitu saja membasahi pipi putihnya.

"Aku terpaksa harus melakukan itu karena kau terus menolakku." ucap Rivaldo masih mencengkeram kedua bahu Ashila.

"Yang orangtuaku tau, anaknya menikah dengan pria yang tulus mencintainya. Mereka tidak tau bahwa anaknya ini hanya dijadikan sebagai penghasil keturunan saja." suara Ashila terdengar bergetar, matanya semakin memerah menahan gejolak emosi.

"Tidak seperti itu, Ashila. Anak itu hanya diaku sebagai anak Luna dimata kakekku saja, dia tetaplah anak kita, anakku dan anakmu." Rivaldo menatap lekat mata Ashila.

"Tidak usah berasalan, Pak Rivaldo! Kakekmu pasti akan mengumumkan bahwa penerus Januar Corp adalah anak dari Rivaldo dan Luna. Semua orang pun akhirnya tau, dan saya? Saya tetaplah istri rahasiamu yang tak satupun orang lain tau." tangisan Ashila semakin pecah. Hatinya tersayat ketika mengatakannya.

"Tidak ada orang yang waras yang mau bernasib seperti saya, Pak. Kenapa kalian tidak memikirkan bagaimana perasaan saya? Kenapa kalian sangat egois untuk kepentingan pribadi kalian? Kenapa kalian membawaku masuk ke dalam rumah tangga kalian, yang mana aku tidak pernah berniat mencampurinya."

Rivaldo hanya terdiam mendengar ucapan Ashila. Terlebih ketika tangisan dari wanita cantik itu terdengar semakin pilu. Apakah ia memang sejahat itu pada Ashila?

"Ashila, dengarkan aku dulu ... Aku tidak sejahat itu. Kau tetaplah istriku yang sah, kau akan ku perlakukan sebaik mungkin, aku tidak akan menjadi suami yang lalai untukmu. Aku sangat tertarik padamu Ashila, dan hanya kau yang aku mau. Tolong mengertilah." lirih Rivaldo.

"Tidak perlu menjelaskan apapun, Pak Rivaldo. Saya sudah muak mendengarkannya." Ashila menghapus air matanya yang membasahi pipinya. Ia sudah lelah berdebat dengan Rivaldo, mungkin memang seperti inilah jalan takdirnya menikah dengan bos nya hanya sebagai istri rahasia.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login