Download App

Chapter 2: 2. Aku belum cocok bekerja

Pengalaman buruk itu kuceritakan pada dua, eh tiga sahabatku. Yang pasti mereka tertawa terpingkal-pingkal akan nasibku itu. Satu lagi sahabat yang belum kuperkenalkan bernama Rani. Aku kenal dengan Rani sejak kelas satu SMA sewaktu jadi anggota PASKIBRAKA di sekolahku. Kelas satu dan dua aku hanya sekedar say "hello" dengannya. Kelas tiga kami sekelas, dan sebangku. Jadi sejak itu aku dengannya menjadi dekat.

Mungkin nasib Rani lebih beruntung karena bisa melanjutkan pendidikkannya. Dia kuliah di salah satu kampus swasta, kalau tidak salah dia Jurusan Teknik Ekonomi Konstruksi, jenjang pendidikan Diploma tiga.

Dibandingkan dengan Chesi dan Feli, Rani ini kerjaannya emang suka ngeledekin aku terus. Rani yang paling sering main ke rumahku. Rani jugalah yang paling hebat dalam kisah asmara. Rani ini aku hanya bisa membuatku geleng-geleng kepala.

***

Kembali ada lowongan pekerjaan, yaitu menjadi SPG di salah satu Departemen Store terkenal di Indonesia cabang Padang. Kalau ini, agak sedikit berminat, karena aku lihat pekerjaan ini lumayan asyik dan gampang. Tinggal dandan yang cantik, terus berdiri di antara baju, sepatu, makanan dan mainan, bahkan gajinya pun lumayan.

Dalam melamar pekerjaan ini, Rani yang setia menemaniku. Kan nggak ada larangan manfaatin temen, daripada dimanfaatin temen terus. Tapi, Rani ini emang agak sedikit terlalu. Masa orang belum bekerja dia udah minta traktir duluan? Untung saja cuma minta eskrim monas, harganya sepuluh ribu. Kalau lebih dari itu, bisa mati bangkrut aku.

Tes demi tes ku lalui dengan mudah. Pada tes terakhir aku mengalami kesialan yakni pada tes wawancara. Yang langsung turun tangan ialah manajernya, dan membuatku gugup. Kesalahan-demi kesalahan terjadi saat menjawap pertanyaan sang manajer. Mungkin ini bukan rezekiku, karena aku gagal mendapatkan pekerjaan ini. Dan gagal pula impian tampil cantik setiap hari.

***

Chesi sibuk dengan pekerjaannya menjaga kios hape. Feli sibuk dengan Bimbel dan teman-teman barunya. Rani sibuk dengan kuliah dan empat pacarnya. Sedangkan aku??? Aku sibuk pontang panting mencari pekerjaan yang tak kunjung dapat.

Kembali, mendapat pesan singkat dari Sayangku, bernama Harry. Seorang pria yang lewat tulisan di SMS-nya, membuatku jatuh cinta dan tergila-gila. Seandainya saja aku punya hape yang lebih canggih, aku pasti bisa langsung berbicara lewat video call sepertu yang lain. Namun sayang, ibuku belum sanggup membelikanku hape itu.

Dia pun merasa tidak masalah saat aku hanya bisa menghubunginya lewat hape jadul. Entah beneran cinta sama aku, entah hanya sekedar iseng mengisi waktu. Yang jelas, hatiku selalu memikirkan dia. Membayangkan bagaimana wajahnya. Bagaimana jika suatu saat nanti kami benar-benar bertemu.

~Ayank lagi apa?~ tanyanya.

~Aku lagi kuliah, tunggu dulu ya? Love u~ jawabku bohong.

~Love U Too~ jawabnya.

Maafkan aku Sayang. Aku benar-benar sayang sama kamu. Jika aku dapat pekerjaan, mungkin aku bisa membeli hape android juga. Kita bisa saling bicara dan menyapa. Saat ini aku tengah sibuk mantengin surat kabar, mencari lowongan pekerjaan yang bisa menerima tamatan SMA sepertiku.

Wah, ada lowongan. PT Semen yang ada di Padang membuka lowongan pekerjaan secara besar-besaran. Ditanya apa aku ikut melamar? Ya iya lah. Semen ternama gitu? Pasti gajinya besar.

Kami pelamar disuruh langsung memasukkan surat lamaran ke perusahaan itu. WOOOOOW gila? Begitu banyak yang ikut melamar? Aku juga bertemu banyak temen-temen SMA dan SMP. Ada juga temen yang udah kuliah, yang ikut memasukkan surat lamaran. Kakakku yang udah kuliah juga ikut melamar. Ibu agak keberatan kalau kakak ku ikut melamar, kata ibu, "Lebih baik selesaikan kuliahnya dulu baru cari kerja."

"Mumpung ada kesempatan Bu? Kan jarang banget perusahaan itu membuka lowongan besar-besaran kayak gini?" jawab kakakku.

Sebelum memulai ujian tertulis, aku sudah membayangkan jika diterima bekerja di sana. Aku bermimpi akan menjadi jutawan muda. Mempunyai rumah mewah, mobil mewah, dan semua yang serba mewah. Lagi-lagi impianku hanya tinggal mimpi. Jangankan menjadi jutawan? Jadi kuli nya saja aku tak lulus. Aku gagal dalam tes itu. Impianku hancur.

Akhirnya, kisah cinta yang kupunya aku akhiri begitu saja. Tidak mungkin terus membohonginya. Semua kisah tentang aku dan Harry ada pada BAB tersendiri.

***

Sekarang semuanya sudah cukup! Aku selalu saja gagal mendapatkan pekerjaan yang aku inginkan. Ada pun yang mau menerimaku hanyalah pekerjaan yang sama sekali tidak pernah aku impikan. Aku sempat menjadi karyawan di POM BENSIN.

Namun dalam beberapa hari semua usaha perawatan yang ku lakukan selama ini menjadi sia-sia. Dalam beberapa waktu, kulitku berubah menjadi gelap dan noda-noda putih panu sana-sini memenuhi wajahku. Aku berhenti dari pekerjaan itu sebelum sempat menerima gaji.

Pekerjaan lain yang sempat aku tekuni ialah menjadi baby sitter. Aku sangat menyukai dan menyayangi anak-anak. Dulu waktu melamar pekerjaan ini, kupikir akan merawat bayi yang umurnya beberapa bulan.

Ternyata yang harus ku jaga adalah si bandel berumur tiga tahun. Anak ini bandelnya tidak ketulungan. Aku sering hampir celaka karena menjaganya. Aku sudah males memanggil namanya, aku panggil saja dia dengan, "si bandel."

Karena gajinya lumayan, aku coba untuk terus bersabar. Yang namanya manusia pasti memiliki batas kesabaran. Dan aku sudah tidak bisa bersabar lagi. Dia melempar batu ke arahku sehingga membuatku kesakitan.

Aku tarik dia lalu aku jewer sejadinya. Dia menangis dan menjerit-jerit. Untung saja orangtuanya tidak ada di rumah. Tangisannya tidak mau berhenti membuatku bete, sebel, dan jengkel. Langsung kucari sesuatu yang terdekat. Tampak kain batik, langsung kusumpal ke mulutnya.

Si Bandel berhenti menangis sebelum orang tuanya pulang. Ibu si Bandel bertanya padaku, siapa yang udah mengotorkan kain batik sutra nya yang mahal? Aku bilang saja itu ulah si Bandel.

Lalu si nyonya bertanya pada si Bandel. Kembali si Bandel nangis dan mengadukan semua yang telah aku lakukan. Kurang asem kan tu anak? Gara-gara dia aku dipecat, ya udah lah, bukan rezeki, batinku.

Untuk mengisi waktu, ku buka les kecil-kecilan untuk anak SD. Ku pasang ajakkan masuk les di Kaca jendela rumahku. Tapi dasar orangtua pelit para tetanggaku itu, yang tidak ingin melihat anak-anaknya sukses dan malas mengeluarkan biaya tambahan untuk mendaftarkan les anak-anak mereka. Yang belajar padaku Cuma anak-anak tante yang tidak dikenakan biaya.

Chesi asyik dengan pekerjaannya, Feli serius dengan Bimbelnya, dan Rani sibuk dengan kuliahnya, sedangkan aku??? Aku gamblang dan teler dengan pekerjaan rumah; nyuci piring, nyuci baju, masak, bersihin rumah, dan jagain anak ante yang masih kecil, aduh pusiiiiiiing…

Beberapa bulan lagi akan ada seleksi penerimaan mahasiswa baru perguruan tinggi negeri. AKU HARUS LULUS dengan semangat berkobar, aku belajar … belajar … dan terus belajar. Feli mulai jenuh dengan bimbingan belajar yang dilaksanakannya hampir setahun, dan dia mulai sering bolos dan nongkrong di rumahku.

Aku berpikir, mungkin Tuhan punya rahasia lain di balik semua ini. Mungkin saja aku disuruh untuk berkonsentrasi menghadapi ujian seleksi ini dan tidak mendapatkan pekerjaan yang ku inginkan. Hari berganti hari, minggu berganti minggu dan bulan berganti bulan. Dua bulan lagi seleksi itu akan dilaksanakan. Dan AKU HARUS LULUS …

Dengan tak terduga, Chesi mengirim pesan padaku

~Aku berhenti kerja. Jangan tanya kenapa! Besok aku mau pulang ke Kerinci.~

Karena ada kalimat, 'jangan tanya kenapa' malah membuatku jadi penasaran.

~Kenapa? Emang apa yang terjadi?~ jawabku.

~Aku belum siap untuk menceritakkannya. Yang jelas aku dirampok, mengalami kerugian 10 juta~ balasnya.

Membaca pesan itu, ada semburat kesedihan dalam hatiku. Dan aku mengalah untuk tidak bertanya lebih lanjut. Chesi cukup lama berada di kampung halamannya, dan kembali sesaat akan melaksanakan Bimbel eksklusif untuk seleksi ujian masuk PTN negeri.

Sebulan sebelum seleksi, kedua sahabatku sibuk dengan Bimbel, dulu sempat ingin ikut Bimbel, tapi aku trauma akan masa lalu karena tidak lulus seleksi walaupun udah ikut Bimbel, udah bayar Bimbel mahal-mahal, tapi nggak lulus, itu sangat memalukan.

Sekarang yang ada hanya sebuah tekad, dengan tekad itu aku bersemangat terus belajar. Dengan tekad itu pula, aku mampu menguasai Matematika yang waktu Bimbelpun aku tak mampu menguasainya.

Untung kakakku kuliah di Jurusan Matematika, membuatku memahami dan sedikit mampu membahas soal matematika dasar. Kalau Bahasa Indonesia, aku tidak perlu takut, dan yang membuatku stres, ialah Bahasa Inggris.

Aku bener-bener blo'on dengan bahasa Inggris. Selama belajar sendirian, yang selalu ku bahas hanya Matematika Dasar dan kemampuan IPS.

Padahal waktu SMA dulu aku ambil jurusan Ilmu Alam, ini karena aku benci Ekonomi dan masuk jurusan IPA lebih bergensi dibanding masuk IPS (ops… itu jalan pikiranku waktu dulu).

Ditanya seberapa kebencianku pada Ekonomi? Benci... banget deh pokoknya. Waktu kelas satu dulu waktu melaksanakan tes IQ untuk menentukan jurusan yang cocok, hasilnya IQ ku di atas rata-rata, tapi digolongkan ke jurusan sosial.

Mendapatkan hasil tes itu membuatku menangis dalam kelas. Sehingga, aku diledek oleh teman-teman cowok di kelasku.

"Dasar cengeng…"

Sekarang aku berpikir, kenapa begitu tololnya aku menangis di kelas Cuma gara-gara masuk jurusan sosial. Toh, aku bisa memilih jurusan Alam dengan mudah karena aku juara kelas.

Tapi… itu sama sekali nggak ada gunanya. Karena sekarang untuk memilih jurusan masuk PTN aku lebih condong ke sosial. Aku masuk ilmu alam, paling tidak sekedar menghindar dari pelajaran Ekonomi.

Chesi tidak jauh beda dengan Feli. Mungkin lebih parah? Baru bimbel seminggu aja dia udah berani bolos. Seperti biasa, markas untuk anak-anak bolos ya di rumah aku.

"Gimana TO nya kemaren?"

"Hasilnya bagus, tapi…"

"Kamu nyontek?"

"Iya… hehe"

"Ches…" ku tatap mata Chesi dalam-dalam "ku saranin, kamu jangan nyontet lagi ya? Nanti kamu menyesal, kayak aku dulu…"

"Iya sih… mau gimana lagi? Semua orang pada contet-contetan, kalau nggak ikut pasti passing grade aku jeblok, kan malu sama temen-temen?"

"Ches, tahun lalu aku juga Bimbel, TO pertama aku andalin diri sendiri. Passing grade ku jeblok banget. Lalu konsultasi dengan tentor nya, katanya pas TO pertama emang seperti itu. Dan temen-temen lain juga pada hancur nilainya, malahan ada yang lebih rendah dari aku. Tapi karena itu usahaku sendiri, aku lumayan bangga dan tak berkecil hati"

"Iya… itu kalau nggak ada yang nyontek. Tapi temen-temenku pada contet-contetan semua"

"Udahlah friend! Jangan nyontet lagi! Daripada bimbel tapi nggak ada hasil, lebih baik nggak usah bimbel dari kemaren-kemaren!" ujarku tegas "dulu akhirnya aku juga nyontet, pas seleksi sebenarnya jadi tegantung dengan temen-temen, tapi nggak satupun sekelas dengan temen bimbelku, akhirnya aku kocar-kacir sendirian dengan soalnya yang sulit banget.

Karena itu aku gagal Ches… aku menyesal… aku merasa jadi manusia paling begok di dunia ini, buang-buang uang, dan aku tidak ingin kamu merasakan hal yang sama ku rasakan waktu itu"

"Iya… iya buk… cerewet banget sih?"

"Ini demi keepentingan kamu tahu?"

"Iya… makasih udah ingetin…"

"Aku kan sahabat kamu, jadi wajar aku selalu mengingatkan kamu"

"By The Way kamu mau ambil apa aja nanti?"

"Aku kan mau ambil campuran? Paling pilihan pertamaku Kesehatan Masyarakat karena Ibu yang nyuruh. Tapi aku yakin kok,nggak akan jebol di sana. setelah itu Hukum, lalu Sastra"

"Kok sastra pilihan terakhir? Kamu kan gemar dengan sastra? Emang Sastra mana yang kamu ambil? Mending jadi guru aja! Sekarang prospek jadi guru sangat bagus"

"Walaupun aku cinta dunia sastra, tapi aku taat aturan. Dibandingkan Sastra, passing grade hukum lebih tinggi. Jadi sastra di pilihan ketiga aja, paling Cuma lulus di pilihan ketiga, karena aku nggak ada ikut bimbingan belajar. Iya… aku mau jadi guru Bahasa Indonesia suatu saat nanti"

"Kalau aku pilihan utamanya pendidikan Bahasa Inggris, lalu Sastra Inggris setelah itu buat cadangan ambil pertanian aja"

"Cie… orang yang jago bahasa Inggris nih? Pilihannya Inggris semua? Kalau aku, pasti udah pusing dengan bahasa luar itu"

Hahahaha

**


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login