Download App

Chapter 2: Dua

Di tempat berbeda di sebuah pasar yang begitu banyak orang berjualan ataupun membeli barang yang di butuhkan seorang gadis cantik berkulit putih memakai topi, rambut kuncir kuda juga memakai kaos dan celana panjang juga robek di bagian lutut dan tak lupa juga lollipop yang selalu setia menemaninya kemanapun dia berada.

Bersama para temannya mereka sedang duduk melihat keadaan sekitarnya, lalu beberapa gerombolan preman mendatangi salah satu toko yang berjualan di bagian wilayahnya, melihat hal itu dia hanya tersenyum tipis.

"Na, lihat sepertinya ada mangsa yang belum tahu jika ini kawasamu"ucap salah satu temannya.

"Hehe belum tahu ya, ayo cepat!" Ucapnya lalu bangun dari duduknya.

Mereka pun menghampiri preman tersebut dengan langkah santainya. Sementara preman tersebut sedang memarahi pedagang yang tidak bisa membayar pajak padanya.

"Mana pajaknya cepat bayar, kalau tidak tokoku ini akan aku hancurkan"ucapnya salah satu anak buah preman tersebut.

"Jangan Tuan, saya mohon sedari pagi belum ada yang laku dagangan saya" ucapnya memohon.

"Ah... aku tidak peduli cepat bayar jika kau ingin selamat hah! Mana cepat bayar"ucapnya lalu merogoh laci tempat penyimpan uang tersebut.

Setelah menemukan yang dia cari mereka pun tersenyum puas melihatnya dari kejauhan ada seseorang menggunakan katapel yang mengenai tangan preman tersebut dan uang yang dia 0egang pun berhamburan.

"Siapa yang berani"ucapnya dengan nada kesalnya.

"Aku!" Ucapnya singkat.

Mereka semua menoleh dan tersenyum melihat seorang gadis kecil yang memakan permen lolipop tersebut.

"Hahaha hanya seorang gadis kecil, berani sekali dia"ucap pria yang berambut gondrong.

"Tidak peduli dia gadis kecil, atau siapapun yang berani menghalangiku maka jangan harap bisa lepas dariku"ucap pria bercodet di pipinya.

Dia adalah bos dia antara mereka berlima dan gadis itu bernama Aluna yang sengaja mengarahkan katepelnya kepada bos tersebut.

"Tetapi bos, dia hanya gadis kecil lupakan saja itu tidak penting"ucapnya.

Dia pun merasa kesal dengan anak buahnya lalu menginjak kakinya dan membuatnya kesakitan.

"Aduh bos sakit!" Keluhnya, langsung memegang kakinya.

"Dasar ceroboh bagaimanpun juga dia harus kita bereskan, cepat lakukan!" Titah tidak ingin di bantah.

"Baik bos"

Keempat anak buahnya menghampiri dengan tertawa jahat karena mereka hanya melihat dia sendirian dan tidak ada seorang pun. Tetapi perkiraan mereka salah besar ternyata Aluna tidak sendirian melainkan bersama dengan teman-temannya, yang memang sengaja bersembunyi agar bisa melindungi Aluna.

Pletak....

Suara katepel mengenai kening Persia berambut gondrong, dan semakin lama semakin banyak mereka pun kewalahan dan di saat seperti itulah kesempatan bagi Aluna untuk menyerang mereka berempat. Sepersekian detik kemudian para keempat preman tersebut pun telah tumbang dengan banyak luka, Lalu pria bercodet pun merasa di permainkan oleh seorang anak kecil tersebut.

"Anak kecil, berani sekali kau bermain curang, tunjukkan siapa dirimu heh!" Ucapnya sinis.

"Paman codet, kenapa kau diam saja apa kau takut heh! Lihat saja anakmu buah sudah tumbang apa lagi kau sekarang yang tinggal sendiri seperti sapu lidi" ejeknya.

Rahangnya mulai mengeras dia merasa di remehkan oleh Aluna, dengan kesal di menghampiri Aluna lalu melayangkan satu pukulan kepada Aluna. Dan dengan sigapnya lalu pun menghindar lalu di mencengkram tangan preman bercodet itu dan memukul pergelangan lututnya sehingga dia pun jatuh di depan Aluna.

"Ah lepaskan anak kecil, kau membuatku sakit" keluhnya.

"Paman codet, jangan marah kau sendiri yang memulainya" ucapnya tersenyum dingin.

Lalu anak buah Aluna pun keluar dari persembunyiannya lalu menghampirinya dan mereka begitu khawatir pada Aluna, karena bagaimanapun Aluna itu di anggap sebagi bos mereka. Dan teman Aluna itu pria semua jadi wajar jika mereka begitu khawatir pada Aluna.

"Na, kau tidak apa-apa 'kan?" Ucapnya yang begitu khawatir.

"Aku tidak apa-apa kak Reza, lihatlah aku baik-baik saja" tersenyum manis, sambil memegang preman tersebut.

"Kalian cepat bantu Nana!" Titahnya.

Mereka pun membantu Aluna dan yang lainnya lalu membawa preman tersebut ke kantor polisi untuk di urus, Aluna pun menghampiri pria paruh baya itu dan mengambil uang yang berhamburan di tanah.

"Pak ini uangmu, ambilah"ucap Aluna tersenyum manis, dan memberikan uang tersebut kepada pria paruh baya itu.

"Terima kasih nak, kau begitu baik. Bapak doa 'kan suatu saat nanti kau pasti akan bertemu dengan kebahagian dan memiliki keluarga yang begitu menyayangimu nak"ucap pria paruh baya itu.

"Terima kasih pak doanya, kalau begitu saya permisi dulu pak"

"Iya nak silahkan"

Aluna dan teman-temannya pun pergi ketempat biasa, Aluna pun merasa kehausan lalu dia mengambil botol air mineral dan membukanya, dan meminumnya setelah rasa hausnya hilang dia pun kembali dengan permen lolipopnya.

"Nana sepertinya masalah ini sudah selesai, ayo kita kembali dan pulang karena hari sudah semakin sore saja" ucap Reza.

"Baik kak Reza, kalau begitu Nana pulang dulu sampai ketemu besok"ucapnya lalu melangkahkan kakinya.

Setelah kepergian Aluna Reza dan yang lainnya pun sama mereka memutuskan untuk pulang karena sudah dari pagi hingga sore harinya mereka membantu orang-orang yang kesulitan membawa belanjaan ataupun yang lainnya.

Sesampainya di rumah raut wajah Aluna pun menjadi sedih karena ibunya belum pulang dari tempatnya bekerja. Melangkah masuk dan Aluna pun duduk di tikar yang sudah usang dan tidak layak lagi.

"Ibu belum pulang, padahal ini sudah sore"ucapnya sambil melepaskan topi yang dia pakai.

Aluna pun bangun dari duduknya dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang terasa lengket akibat seharian ini menolong orang di pasar tersebut.

Selesai mandi Aluna pun keluar dari kamar kecilnya yang langsung berhadapan dengan ruang tamu, rumahnya kecil hanya ada dua kamar miliknya dan ibu serta dapur yang tidak di sekat yang menjadi satu dengan ruang tamu.

Seperti biasa Aluna selalu menunggu ibunya pulang dari tempat kerjanya dan kadang ibunya membawa makanan dari tempat bekerjanya untuk mereka berdua makan.

Ceklek...

Pintu tersebut di buka oleh wanita paruh baya tersebut dengan dengan hati Aluna menghampirinya.

"Ibu sudah pulang,"ucapnya dengan semangat.

"Iya Nana, ini ada makanan untukmu"memberikan kantong plastik itu kepada Aluna.

"Baiklah Bu"

Aluna menerimanya dan mengambil piring plastik tersebut dan menuangkan makanan tersebut ke dalam piring lalu mereka pun mulai makan. Selesai makan Aluna seperti biasa duduk di halaman depan rumah sambil menatap langit malam yang di hiasi bintang malam ini.

"Kapan hidupku akan bahagia, ibu bilang jika ibu kandungku sudah tiada. Aku ingin sekali mengunjungi makamnya, apa aku bilang saja pada ibu ya"gumamnya.

Tak lama wanita paruh baya pun keluar dari dalam rumahnya dia melihat putrinya sedang melamun, menepuk pelan bahu Aluna dan tersenyum manis.

"Anak ibu kok belum tidur hmm"mengusap lembut punggung Aluna.

"Ibu, apakah aku boleh bertanya padamu?" Tanya Aluna hati-hati.

"Boleh sayang"

"Aku ingin mengunjugi makam ibuku apakah boleh Bu?" Tanya Aluna.

"Boleh sayang, dia itu ibu kandungmu" mengusap lembut.

"Terima kasih bu, Nana sayang ibu" memeluknya.

"Ibu juga sayang Nana" membalas pelukkan Aluna.

Tentu saja boleh karena kau adalah anak kandung dari keluarga terpandang Nona, bibi tidak tahu apa yang akan di lakukan Nyonya besar nantinya, maafkan bibi Nona apapun yang terjadi denganmu bibi akan selalu menjagamu.batinnya.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login