Download App
10.35% GAME is OVER

Chapter 29: Bagas the troublemaker

"Baik-baik di sini ya cuk, jaga kosan ini tetap hangat." Otak konslet nya sedang kambuh

"Lu pergi mah pergi aja, ngga usah drama, cuma beberapa bulan di Jakarta aja lagak lu udah kayak yang mau pulang kampung ke planet gora - gora," semprot Kendra. Dia juga sebetulnya tak tahu di mana letak planet itu. Itu juga kalau nama planet itu ada.

"Ngga tega gua cuk, gua tau lu ngga bakalan bisa bertahan kalau ngga ada gua?" Bagas masih melanjutkan dramanya.

"Najis! Justru gua lebih bahagia kalau lu ngga ada!" Ujar Kendra sinis. Namun tentu saja itu hanya ucapan di bibir.

Bagas tersenyum menggoda. Dia tahu Kendra pasti akan merasa kehilangan seandainya dia tak ada di sampingnya.

"Buruan tembak tuh gebetan lu! biar gua bisa tenang, ninggalin elu disini." Kata Bagas.

"Lu mau pergi tugas apa mau pergi mati sih!" Ledek Kendra.

"Banke! gua ngasih saran cuk, lu malah doain gua game out !" Protes Bagas.

Kendra ngakak, 'iya - iya' dia berucap di sela tawa nya

Kendra seolah menyesali perkataannya, di satu sisi dia bisa lebih tenang ketika makhluk gora - gora itu tak ada, tak ada yang merecokinya, mengganggu privasinya, mengacaukan acara mandi keramas nya ... ah sudahlah.

"Kendra ... Kendra!, buka pintu Ken bahaya ! ... Bahaya!" Pintu kamar Kendra digedor - gedor dari luar, suara Bagas terlihat panik dari balik pintu. Terjadi pada suatu waktu yang telah lalu.

Sambil hanya mengenakan handuk, beberapa busa shampo yang belum tuntas terbilas di rambut, Kendra keluar kamar mandi dengan tergopoh, dia pikir ada suatu kejaTika gawat yang terjadi di luar sana.

"A-ada apa ... Ada apa ?!?" Dia membuka pintu kamarnya dengan tergesa, raut mukanya jelas tergambar kepanikan. Dan secepat itu pula Bagas masuk, berlari ke dapur Kendra, kembali dengan cepat sambil menenteng dua bungkus mie instan milik Kendra.

"Gua laper banget, pinjem mie instan lu dulu." Dan Bagas pun menghilang kembali ke habitatnya.

"Bangsat!" Kendra menutup pintu dengan cepat sambil mengomel tiada henti. Padahal bisa kan menunggu Kendra selesai mandi? Jahil nya tuh anak memang sudah akut.

***

Dan sisi lainnya, tak ada teman baginya untuk diajak diskusi tentang segala hal, meski untuk menanti momen itu terjadi, Kendra harus menunggu Bagas yang memulai dulu menampakkan sisi kewarasan nya.

Kalau tidak, kejadian seperti ini akan ter ulang ...

"Heran gua cuk, kok Maya bisa tau semua trik pendekatan gue ke dia ya? Gua curiga nih cewek ekspert di percintaan ?" Kata Kendra.

Dia ingin membahas uneg - uneg yang dari kemarin - kemarin berusaha ia tahan, soal air panas, sampai soal pemilihan film bahkan tentang asumsi - asumsi dia kalau Maya sebetulnya sudah sering berpacaran, itu sebabnya Kendra menyebutnya ekspert.

Siapa tahu dengan membahas nya ke Bagas makhluk satu ini bisa memberinya solusi.

"Ekspert apaan ? Gua yang cerita ke dia, soal lu sering minta air panas itu juga gua bilang gua yang ajarin." Jawab Bagas enteng

'Ye kan bukan aku yang sering minta air panas'

Akhirnya terjawab sudah misteri nya.

"Hah! Maksud lu?" Mata Kendra melotot kaget.

"Iya gua ceritain semua strategi lu deketin dia, dari ngajak jalan - jalan, ngajak makan, antar jemput kerja, sampe kalo nanti diajakin nonton, hati - hati kalo di ajakin nonton film horor." Seolah tak ada beban dia ungkap semua kegusaran yang selama ini Kendra rasakan.

"Kampret, ngapain lu cerita ke dia bego !" Semprot Kendra kesal.

Beberapa saat yang lalu dia telah ber-asumsi negatif tentang Maya, tak tahu nya makhluk alien ini biang kerok nya.

" Ya biar dia bisa jaga - jaga kalo lu mau ngisengin dia, dia udah tau musti ngapain." Ucap Bagas, senyumnya sedikit ter kembang seolah meledek.

Pantas, Maya seolah tahu jalan pikiran Kendra,

'Jangan, ntar modus kamu ketahuan'

Terngiang kembali perkataan Maya tempo hari ketika ia menunjuk sebuah poster film horror.

"Lu jadi orang kok bego bener sih, otak lu di tarok di mana?" Kendra berdiri, geraham nya sampai bergemelatuk menahan kesal, tangannya terkepal bersiap menjitak kepala tak berisi milik Bagas, Bagas yang masih berdiri di pintu kamar Kendra, mulai beringsut mundur karena merasakan adanya bahaya, Bagas sense nya berkedut.

"Lah salah gua apa?" Ujar Bagas, senyumnya terkembang lebar.

"Lu ngga salah kok, lu cuma bego!" Gemas Kendra memburu Bagas.

Telat, saat Kendra hendak meraih kerah baju Bagas dia nya sudah ngacir duluan terbahak sambil masuk ke dalam kamarnya.

Kendra menggedor - gedor pintu kamar Bagas sambil menyumpah serapah.

Pada akhirnya Kendra juga yang harus mengalah, ngga ada gunanya juga marah-marah ke makhluk somplak satu itu, toh semua sudah terjadi, tinggal kini gimana cara menjelaskannya ke Maya.

Tapi tunggu! Kalau Maya sudah tahu semua trik pendekatannya, kenapa dia tak berusaha menjauh atau menolak seandainya dia tak menyukai nya ? Itu artinya Maya sudah tahu dia sedang didekati dan membiarkannya semua itu terjadi, jadi kemungkinan Maya juga ada rasa.

Yes !, Berarti tak ada yang harus Kendra jelaskan, dia ber-monolog dengan hatinya berdiskusi dengan imajinasi nya.

"Thank's makhluk planet gora - gora!" Teriak Kendra sambil berjalan menuju kamarnya.

"Sama-sama makhluk planet odong - odong." Balas Bagas dari dalam.

Bener - benar kombinasi manusia separo yang sempurna.

***

Banyak sebetulnya teman 'curhat' buat Kendra, tapi yang se-frequensi ya ... hanya dengan Bagas pikirannya seolah bisa nyambung, dengan Fajar, dia kebanyakan memberi nasehat, untuk saran masih lebih masuk akal Bagas meski kadang itu absurd, Bagas seolah berpengalaman di bidang percintaan, buktinya meski otaknya separo, Vita dibuat tak berkutik olehnya, bahkan ketika waktu Vita mengetahui Bagas jalan dengan cewek lain, Vita pun tak bisa serta merta memutuskan Bagas. Padahal kalau di pikir alasannya juga tak masuk akal.

Dengan mbak Dina, waktunya hanya ketika jam kerja saja, dan itu pun tak bisa leluasa, selain dalam suasana kerja, waktu yang mereka punya pun tak banyak, Kendra lebih banyak sendiri dalam ruangan nya kini.

Dan entah kenapa Kendra sekarang lebih perasa, lebih melow, lebih berhati-hati, mungkin doa Bagas ter kabul.

'Ya syukurlah artinya Maya udah bikin elu sadar ya cuk, gua doain biar surat gua tadi di respon positif oleh Maya, dan elu jadi waras...'

Dan untuk saat ini dia butuh Bagas, setidaknya untuk mencari solusi tentang kelanjutan hubungannya dengan Maya.

Apalagi hubungannya dengan Maya sekarang seperti mengalami jalan buntu, antara maju tak bisa mundur pun sudah kepalang tanggung.

Rumor yang beredar di kosan yang mengatakan Kendra adalah kekasih Maya semakin menjadi beban buat Kendra.

Di luar sana dia dianggap sebagai cowok Maya, tapi di lingkup dalam antara dia dan Maya tak ada kejelasan status.

Kata 'jalani saja dulu', tak bisa diartikan secara luas, batasan nya sampai mana? Jalani saja dulu sebagai sahabat? Atau jalani saja dulu untuk masa percobaan hubungan tingkat lanjut?

Kalau jalani saja dulu sebagai sahabat, tentu perhatiannya tak bisa ditunjukkan secara berlebihan, karena sekeras apa pun usahanya nanti tetap saja statusnya tak akan naik ke level yang lebih tinggi, jadi pacar!

Kalau untuk masa percobaan, nah ini batas waktunya sampai kapan? Tentu tak bisa dibiarkan berlarut, harus segera di tegaskan, agar semua bisa jelas dan tak menjadi menggantung.

Tapi bukankah Bagas sudah menyarankannya untuk segera mengungkap perasaan dia ke Maya, atau memang ini sudah saatnya, tinggal tunggu momen saja sepertinya.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C29
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login