Download App

Chapter 5: Chapter5 Bertemu Ayah

 

Ansel datang tepat waktu di pukul lima sore. Sebelum ia memencet bel pintu rumah Elea, ia menghubungi Elea terlebih dahulu untuk menemuinya di luar rumah dan masuk secara bersama-sama.

Elea sedang berada di ruang makan tepatnya sedang menyiapkan segala hidangan dibantu oleh satu orang asissten rumahnya yang bernama Bi Sinta. Jantung Elea pun seketika berdebar sangat kencang ketika mengangkat telepon dari Ansel yang menitahnya untuk ke luar.

Elea pun pergi ke luar dengan sangat terburu-buru. Suasana hatinya tak karuan ketika secara bersamaan, ibu dan juga ayahnya turun ke bawah. ''Elea, mau pergi ke mana?'' tanya ibu seraya berjalan menghampiri Elea. Elea pun menjawab bahwa Alex telah berada di luar. Ia menitah ibu dan ayahnya untuk menunggu di ruang makan.

Elea berlari ke luar rumah. Karena jarak pintu utama lumayan jauh, membuat napas Elea pun terengah-engah saat membuka pintu rumahnya.

Elea sangat terkagum dengan penampilan Ansel yang berubah menjadi laki-laki yang berwibawa dengan memakai jas dan dasi di tubuhnya. Ansel benar-benar terlihat tampan hari ini.

Elea segera menitah Ansel masuk. Namun Ansel menahan Elea sejenak dan menitah Elea menutup pintu untuk berbicara di luar sebentar.

''Ada apa, Ansel?'' tanya Elea yang terlihat tidak sabar untuk mempertemukan Ansel dengan kedua orang tuanya.

''Elea, aku hanya ingin mengatakan ini untuk sekali ini saja bahwa aku tidak mau lagi terlibat apa pun lagi dengan semua kebohongan kamu ini. Aku tidak bisa berbuat apa-apa jika suatu saat nanti ayah atau ibu kamu tahu siapa aku yang sebenarnya,'' ujar Ansel.

''Iya. Aku mengerti. Lagi pula misi kita ini tidak akan ketahuan oleh siapa pun karena ayah dan ibu juga tidak mengenal siapa itu Alex yang memang temanku sejak SMA.''

Elea menggandeng tangan Ansel untuk segera masuk ke dalam rumahnya yang mewah. Ansel pun masuk. Ia sungguh takjub dengan kemewahan rumah Elea yang sangat luas. Banyak barang-barang mewah dan antik di setiap sudut rumahnya itu. Sejauh lorong yang mereka lewati, tak henti manik mata Ansel membola melihat setiap sudut demi sudut yang sangat menarik untuk dipandang.

Tak lama kemudian, Elea dan Ansel pun sampai di dalam rumah dan langsung menuju ruang makan. Degupan jantung yang memompa napas Ansel dan Elea pun seketika tak bisa mereka buat tenang.

Dan ... sampailah Ansel dan Elea di depan kedua orang tua Elea.

''Ayah ... Ibu, ini Alex pacarku.'' Meski gugup, Elea dengan lantang mengatakan bahwa Ansel adalah Alex, dan Alex adalah pacarnya.

Tak ada senyuman yang terpancar di raut wajah kedua orang tua Elea. Bahkan saat Ansel menyapa mereka dengan sedikit membungkukkan setengah badannya, tetap tidak ada kehangatan di dalam diri ayah dan ibu dari kekasihnya itu.

''Ayo, duduklah!'' Ayah Bakrie menitah Ansel dan Elea untuk segera duduk tanpa menyapa kembali sapaan Ansel terlebih dahulu. Elea pun menatap wajah Ansel yang langsung memerah ketika mendapat kesan yag tak baik saat mereka bertemu untuk pertama kalinya.

Ansel duduk di samping Elea. Ia sangat canggung dan gugup ketika berhadapan langsung dengan kedua orang tua Elea. Dia tak tahu harus memulai percakapan dari mana. Kemudian keheningan itu hanya berlangsung sejenak. Kini Tuan Bakrie mengatakan sebuah kalimat pertanyaan yang sulit di jawab bagi Ansel.

''Alex, sudah berapa lama kamu menjadi pemilik Perusahaan Percetakan yang Elea bilang sangat sukses itu?'' tanya ayah Bakrie.

Ansel menunduk dan tak kuasa melihat tatapan kedua mata Tuan Bakrie tersebut. Meski begitu, Ansel tetap berusaha menjawab dengan tenang pertanyaan ayah Elea tersebut.

''S---Saya, sudah lima tahun berkecimpung dalam usaha itu, Om. Sejak ayah saya meninggal, saya terpaksa mengambil alih perusahaan keluarga saya dengan tetap tidak meninggalkan kuliah saya.''

Penjelasan yang terdengar sangat tergesa-gesa itu, tak lantas membuat tuan Bakrie curiga. Tuan Bakrie mengangguk-anggukkan kepalanya saat mendengar kalimat demi kalimat yang terlontar dari mulut Ansel alias Alex.

Pertanyaan pertama sukses membuat kagum tuan Bakrie. Kini pertanyaan ke dua pun siap di lontarkan oleh tuan Bakrie.

''Lalu, apa benar kamu berniat untuk menikahi anak saya Elea?'' tanya Tuan Bakrie.

''Bernar, Om. Saya mencintai anak Om dan tante. Namun, tidak dalam waktu dekat ini untuk saya menikahi Elea. Karena saya dengar, Elea baru akan mendapat posisi CEO di Perusahaan Om. Saya ingin Elea fokus terlebih dahulu pada pekerjaannya, lalu masalah menikah kita pikirkan lagi nanti. Yang paling terpenting untuk saya dan Elea saat ini adalah restu dari Om dan juga tante.''

Elea menghela napas panjang. Setiap kalimat yang di ucapkan oleh Ansel benar-benar membuat Elea tak bisa tenang. Elea takut jika Ansel salah berbicara dan kebohongan mereka akan terbongkar. Namun, setelah Ansel dengan sempurna menyampaikan kalimat yang diharapkan oleh Elea, membuat Elea pun kini bisa bernapas dengan lega.

Tampaknya Tuan Bakrie pun tidak kecewa dengan jawaban yang diberikan oleh Ansel. Dan sepertinya Tuan Bakrie telah mempersiapkan begitu banyak pertanyaan untuk Ansel. Saat Tuan Bakrie akan melontarkan pertanyaan ke tiganya untuk Ansel, saat itu lah Elea menghentikan ayahnya berbicara.

''Ayah ... sebaiknya kita tunda dulu percakapan kita ya. Sayang, makanan ini cepat dingin jika kita hanya melihatnya tanpa memakannya,'' ujar Elea.

Lalu sang ibu pun setuju dengan apa yang dibicarakan oleh Elea. ''Iya, Yah. Sebaiknya kita makan saja dulu. Kasihan Nak Alex kelihatannya sudah sangat lapar.''

Satu bercandaan dari sang ibu pun membuat suasana tegang kini sedikit mencair. Akhirnya semua pun sepakat untuk makan terlebih dahulu sebelum melanjutkan perbincangan.

Setengah jam kemudian, acara makan bersama pun telah usai. Kini Tuan Antonius menitah semuanya untuk pindah ke ruang tamu dan melanjutkan pembicaraan di sana agar lebih santai.

Saat semua duduk, tuan Antonius tampak lebih santai saat mengetahui Alex adalah seorang pekerja keras. Pada dasarnya, tuan Antonius sangat menyukai orang yang seperti Alex.

Pembicaraan antara Ansel dan tuan Bakrie pun berlanjut. Ansel tidak tahu apakah pertanyaan selanjutnya akan ia jawab semulus dengan jawaban yang pertama dan ke dua tadi.

Namun, keadaan tak di sangka pun terjadi. Membuat Ansel maupun Elea terkejut dengan kalimat yang dikatakan oleh tuan Bakrie saat semua berkumpul di ruang tamu.

''Alex ... Elea, jika kalian memang serius dengan hubungan kalian ini, Ayah dan ibu hanya bisa mendoakan dan mendukung kalian asalakan tidak ada hal buruk di dalam hubungan kalian ini. Karena jika hal buruk sudah terjadi di dalam hubungan kalian, maka ke depannya tidak akan baik jika di lanjutkan. Alex, terima kasih karena kamu mau memberi pengertian pada Elea. Elea, Ayah dan ibu merestui hubungan kalian.''

Senyum semringah terpancar di raut wajah Elea dan Ansel. Mereka tak menyangka bahwa Tuan Bakrie dan istri akan merestui hubungan mereka ini. Ucapan terima kasih pun tak lupa di lontarkan Elea dan Ansel pada tuan Bakrie dan ibu.

 

 

 

 

 


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C5
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login