Download App

Chapter 3: Unit Gawat Darurat

Bulan hendak bangun dari ranjang, ia tertahan oleh infusan yang menusuk tangannya. Tak ada siapa pun yang bisa ia tanyai di ruangan tersebut. Hingga tibalah seorang perawat yang masuk ke dalam ruangan.

"Ibu sudah siuman? Bagiamana kondisinya? Sudah mendingan?" tanya perawat.

"Saya di ruang apa ini, Mbak? Kenapa saya bisa ada di sini? Apa yang sebenarnya terjadi? Aduh! Kepala saya kenapa terasa sakit?" Bulan mencecar perawat itu dengan sejumlah pertanyaan.

"Ibu tenang saja. Sekarang Ibu sedang berada di ruang ICU rumah sakit. Tadi, di depan lobby Ibu pingsan. Dibawa oleh satpam masuk ke dalam. Memangnya ibu tidak ingat kenapa bisa pingsan? Atau sama siapa ibu bisa sampai tiba di rumah sakit?"

"Saya ingat sedikit, tapi hanya sampai ketika hampir pingsan. Sebelum pingsan saya tidak ingat. Coba saya ingat-ingat dulu, ya."

"Nama Ibu siapa? Untuk keperluan data."

"Nama saya Bulan."

"Baik, Bu Bulan. Selagi Ibu mengingat apa yang terjadi. Saya tinggal dulu, ya. Supaya ingatannya bisa kembali. Nanti ada dokter yang datang memeriksa. Ibu tenang saja. Kalau ada apa-apa, bisa pencet tombol yang ada di sebelah Ibu. Apa ada yang ingin ibu tanyakan sebelum saya keluar?"

"Tidak, suster. Terima kasih banyak. Nanti kalau saya sudah ingat akan saya pencet tombol ini."

"Baik, kalau begitu. Saya permisi."

Perawat keluar kamar. Meninggalkan Bulan seorang diri berbaring di atas ranjang. Bulan merasakan kepalanya perlahan mulai sakit. Ia memegangi kepalanya sambil berusaha untuk tetap tenang.

Bukan mengatur nafasnya, mungkin oksigen kurang masuk ke dalam otaknya. Sehingga membuatnya mulai pusing. Merasa rasa sakit itu perlahan mulai reda, Bulan pun mulai benar-benar tenang. Ia mencoba mengingat kejadian yang baru saja menimpanya. Kenapa ia bisa tiba di rumah sakit dan masuk ke ruang ICU. Apa yang terjadi padanya, berusaha ia ingat-ingat lagi. Rasa sakit kepalanya kembali ia rasakan. Ketika ia memaksakan dirinya untuk mengingat kejadian yang menimpanya. Semakin keras ia berusaha untuk ingat, semakin sakit kepalanya.

Dokter bersama suster tiba-tiba masuk ke dalam ruang ICU. Membuat Bulan seketika menghentikan perbuatannya. Dokter dengan segera mendekati Bulan untuk memeriksa keadaannya.

"Ibu sudah siuman? Apa yang Ibu rasakan?" tanya Dokter sembari memeriksa bagian tubuh Bulan yang lain.

"Saya merasakan sakit kepala yang luar biasa hebat, Dok. Kira-kira kenapa kepala saya mendadak sakit begitu, ya, Dok?"

"Ibu sebelumnya pernah mengalami hal ini? Atau ini baru pertama kali terjadi pada Ibu?"

"Sebelumnya saya pernah merasakan sakit di bagian kepala. Beberapa tahun yang lalu kalau tidak salah. Tapi sempat hilang beberapa bulan terakhir. Sekarang saya seperti merasakannya lagi."

"Sudah pernah memeriksakan sebelumnya ke dokter terkait kondisi Ibu yang kerap mengalami sakit di bagian kepala?"

"Sudah pernah, Dok. Tapi waktu itu kalau tidak salah hanya perlu istirahat kata Dokter yang memeriksa. Saya hanya terlalu stress dan kecapean. Butuh istirahat dari pekerjaan yang terlalu melelahkan. Hanya itu yang saya ingat, Dok."

"Dok, Ibu ini sulit mengingat kejadian yang baru saja terjadi menimpanya. Ia tak bisa ingat dengan siapa bisa tiba di rumah sakit ini dan kenapa ia bisa tiba-tiba pingsan di lobby," ujar suster memberitahu sedikit informasi pada Dokter.

"Ibu benar tidak bisa mengingat apa yang sudah menimpa Ibu?" tanya Dokter memastikan kebenarannya.

"Iya, Dok. Saya sudah mencoba berulang kali untuk mengingatnya, tapi ketika saya coba malah kepala saya semakin sakit. Semakin dipaksakan semakin sakit rasanya. Apa itu ada pengaruh sama sakit kepala saya, Dok? Sebenarnya saya ini sakit apa, Dok?" Bulan tampak penasaran dengan penyakit yang ia derita.

"Kalau untuk saat ini saya belum bisa menarik kesimpulan dan mendiagnosis penyakit apa yang menimpa Ibu. Kita harus lakukan pemeriksaan CT Scan, untuk memeriksa kondisi di dalam kepala Ibu. Nantinya baru kita bisa diagnosis Ibu mengalami penyakit apa," ujar Dokter menjelaskan mekanisme yang harus Bulan lakukan.

"Bisa hari ini juga saya diperiksa, Dok? Saya ingin pulang hari ini juga. Semakin cepat semakin baik. Saya ingin segera bekerja kembali. Ada pekerjaan yang terlantar kalau saya terlalu lama di sini."

"Bisa, Bu. Tapi Ibu harus sabar menunggu. Mungkin beberapa jam lagi pemeriksaannya akan kita lakukan. Sekarang, Ibu lebih baik tenang dulu beristirahat. Sambil coba pelan-pelan mengingat kejadian yang menimpa Ibu. Siapa tahu Ibu ingat kenapa dan dengan siapa Ibu ke sini. Dengan begitu, Ibu bisa membantu kami dalam melengkapi data-data untuk pemeriksaan lanjutan. Jaga-jaga juga dari hal yang tidak diinginkan. Ibu mengerti, kan?"

"Iya, Dok. Saya paham. Terima kasih banyak. Kalau begitu saya akan menunggu sampai waktunya saya menjalani pemeriksaan lanjutan."

"Baiklah, nanti silahkan dilengkapi persyaratan lainnya. Saya permisi dulu. Selamat beristirahat, ya, Bu."

"Iya, Dok. Terima kasih."

Dokter keluar meninggalkan ruang ICU. Meninggalkan Bulan bersama suster yang tengah memeriksa keadaan infus dari Bulan. Agar tetesan yang keluar sesuai dengan yang seharusnya.

"Sus, saya ini nanti harus melakukan apa, ya? Bagaimana saya bisa menghubungi orang terdekat saya? Saya tidak akan kenapa-kenapa, kan?" tanya Bulan menampilkan wajah penuh cemas.

"Ibu bawa ponsel? Ibu bisa menghubungi teman-teman Ibu atau keluarga Ibu dengan ponsel. Sekarang yang harus Ibu lakukan adalah istirahat dan tenangkan pikiran. Biasanya sebelum CT Scan berlangsung, Ibu harus menahan diri dari makan dan minum selama beberapa jam sampai CT Scan. Ibu tidak perlu cemas, tidak akan ada apa-apa," jawab suster mencoba menenangkan Bulan.

Bulan mencoba memeriksa sakunya. Mencari keberadaan ponselnya.

"Ibu cari apa?"

"Cari ponsel saya, Sus. Kok, tidak ada, ya?"

"Mungkin di dalam tasnya Ibu. Tas Ibu ada di atas kursi. Mau saya ambilkan?"

"Boleh, Sus. Kalau tidak merepotkan."

"Ini, Bu." Suster memberikan tas milik Bulan.

"Saya sudah melakukan pemeriksaan terhadap infusan Ibu. Semuanya berjalan normal. Nanti saya akan masuk kembali untuk pengisian data sebelum pemeriksaan CT Scan. Nanti saya bantu kalau Ibu mengalami kesulitan dalam melakukan pengisian data. Saya permisi dulu, ada yang masih dibutuhkan sebelum saya keluar?"

"Tidak ada, Sus. Terima kasih banyak."

"Baik, Ibu. Selamat beristirahat."

Bulan mengambil ponsel di dalam tasnya. Ia membuka layar ponselnya. Menemukan banyak panggilan tak terjawab dari sang ayah. Bulan lantas segera menghubungi balik sang ayah. Ia takut ayahnya tau kalau dirinya sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja.

"Semoga saja Ayah tidak tahu kalau aku sedang di rumah sakit. Kalau dia sampai tahu, dia pasti marah besar sama aku," gumam Bulan sembari menunggu sang ayah menjawab panggilannya.

Ttuuuuttt tuuuutttt

[Halo, Ayah?]

Bersambung


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C3
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login