Pagi-pagi sekali Alexa sudah bangun, tidak seperti hari-hari biasanya. Gadis berusia 17 tahun itu selalu bangun siang, itupun kalau sang nenek sudah berteriak sampai tenggorokannya sakit.
Alexa baru saja selesai mandi, gadis tomboy itu melemparkan handuk ke lengan sofa, ia lalu menyisir rambut hitamnya yang panjangnya kemudian ia mengantongi handphone-nya di saku celana jeans-nya.
Sayup-sayup Alexa mendengar suara keributan di lantai bawah, gadis itu langsung turun ke lantai bawah, namun wajahnya terlihat sangat terkejut saat ia melihat ada begitu banyak orang yang memakai setelan jas hitam berada di rumahnya.
"Ada apa ini, Oma? Mereka siapa? Dan mau apa mereka datang ke sini?" tanya Alexa dengan muka yang terlihat bingung.
"Alexa, Papa datang untuk menjemput kamu, Sayang," ujar Indra Prayoga.
Erna bergeming, namun tangannya terlihat gemetar.
"Tunggu sebentar! Alexa tidak mengerti?!"
"Alexa, dengarkan baik-baik ucapan oma! Mulai hari ini dan seterusnya, kamu akan tinggal bersama papa kamu! Dan ini adalah keputusan oma!"
Alexa menggeleng. "Tidak!! Alexa tidak mau! Alexa mau tinggal di sini bersama oma! Alexa tidak akan pergi kemana-mana dan Alexa tidak mau tinggal bersama dengan pria itu!" Alexa menunjuk ke arah Indra.
"Ini sudah menjadi keputusan oma!"
"Apa yang kamu tunggu, Indra! Cepat bawa putrimu pergi dari sini!" perintah Erna.
Indra mengangguk." Cepat bawa nona Alexa ke mobil!"
"Baik, Tuan," jawab anak buah Indra serentak.
Melihat anak buah Indra mendekat, Alexa mundur beberapa langkah. Gadis itu mencoba menghindar. Tapi gerakannya kalah cepat, hanya dalam hitungan detik saja. Alexa sudah berada dalam cengkeraman anak buah Indra.
Namun yang terjadi berikutnya, sungguh di luar dugaan. Alexa berusaha melawan.
"Aaaaaagghhh!" teriak anak buah Indra saat Alexa menginjak kaki anak buah Indra dengan kuat dan menyikut perut anak buah Indra.
Bukan hanya itu, Alexa juga menghajar anak buah Indra yang berusaha membawanya. Dua anak buah Indra terkapar di lantai sambil mengerang kesakitan. Lalu Alexa kembali membanting anak buah Indra yang lain.
Alexa juga menendang titik lemah mereka, yaitu di tengah selangkangan. Suasana di rumah Erna semakin tidak karuan. Barang-barang di ruang tamu berantakan dan banyak vas pecah akibat perlawanan Alexa.
Muka Erna terlihat memerah, ia terlihat sangat marah karena perbuatan Alexa."Cukup Alexa!! Hentikan!!" teriak Erna marah.
Erna berjalan menghampiri Alexa dan langsung menarik lengan Alexa dan membalik badan Alexa.
PLAKKK!!
Satu tamparan keras mendarat di pipi mulus Alexa. Pipi Alexa terasa sangat panas, gadis itu terlihat memegangi pipinya yang terlihat merah.
"Cukup!! Apa kamu mau menghancurkan rumah oma?! Oma sudah lelah, oma sudah capek dengan semua kenakalanmu! Sekarang kamu pergi dari rumah oma! Pergi!" usir Erna.
Alexa terdiam sejenak, air matanya mengalir. Baru kali ini ia mendapat tamparan sangat keras dari neneknya. Hati Alexa terasa seperti diiris sembilu.
"Apa oma pikir, Alexa itu seekor anak anjing? Saat oma ingin rawat, oma rawat dengan sepenuh hati. Tapi di saat oma sudah bosan, terus Oma buang Alexa begitu saja?!" bentak Alexa kasar.
"Iya! Karena oma sudah muak dengan semua kelakuanmu! Oma sudah bosan dengan semua kenakalanmu! Sekarang pergilah!" Oma tidak mau melihatmu lagi!" teriaknya.
Alexa tidak bisa berkata apa-apa lagi, ia hanya bisa terdiam sambil menangis. Selama ini, ia belum pernah melihat neneknya semarah itu apalagi menamparnya.
Erna selalu memanjakan Alexa dan menyayangi Alexa lebih dari apapun juga, akan tetapi hari ini sangat berbeda. Mengapa Erna tega melakukan ini kepada Alexa?.
"Cepat bawa Alexa pergi dari sini!" perintah Erna sambil duduk di sofa dan membuang muka.
Indra memberi isyarat kepada anak buahnya untuk membawa putrinya pergi. Kali ini Alexa tidak melawan dan hanya bisa pasrah, saat anak buah Indra mengapitnya dan membawanya pergi.
Saat hendak keluar dari pintu, Alexa berhenti. Ia menoleh ke arah Erna dan menatap wajah Erna tanpa mengucapkan sepatah katapun. Hening, yang terdengar hanyalah suara isak tangis Alexa.
Meski hanya sekilas menatap wajah Erna dari kejauhan, Alexa tahu kalau sang nenek sedang menahan tangisnya. Tapi Alexa tidak mengerti, kenapa sang nenek membiarkan dirinya dibawa oleh pria yang selama ini dibencinya? Kenapa?.
Bulir-bulir bening menetes dari sudut mata Erna saat mendengar kata-kata dari Alexa. Dengan hati yang hancur, ia merelakan cucu kesayangannya itu dibawa pergi oleh Indra. Dari balik jendelanya, Erna melihat kepergian Alexa.
Wanita itu menangis histeris dan tubuhnya terjatuh ke lantai. Ia sungguh tidak berdaya, Erna terpaksa membiarkan Indra membawa Alexa pergi. Karena penyakitnya yang sudah semakin parah.
Ia tidak ingin menjadi beban untuk sang cucu, hanya Indra satu-satunya orang yang bisa ia percaya untuk menjaga dan melindungi Alexa saat ini.
"Alexaaa ... Oma minta maaf! Oma minta maaf, Sayang. Oma terpaksa melakukan semua ini, maafin oma, Lexa!" tangisnya, meratapi kepergian sang cucu.
***
Beberapa jam kemudian.
Rombongan mobil sedan berwarna hitam yang ditumpangi Alexa masuk ke dalam gerbang sebuah rumah. Rumah itu terlihat sangat besar dan sangat mewah.
Banyak pengawal yang berjaga di setiap sudut rumah, Alexa berpikir dengan penjagaan seketat ini akan sangat sulit baginya untuk bisa kabur.
Mungkin bagi orang lain, itu adalah sebuah istana. Namun bagi Alexa, itu adalah sangkar emas. Sangkar yang akan memenjarakan kebebasannya.
"Bawa nona Alexa ke kamarnya!" perintah Indra setelah memasuki rumah.
"Baik, Tuan,"
Kedua lengan Alexa diapit dua pria berbadan besar. Sesekali Alexa mencoba melepaskan diri, namun tidak bisa. Gadis itu sudah kelelahan setelah menghajar habis-habisan anak buah Indra. Jadi sekarang ia hanya bisa pasrah.
Kamar Alexa terletak di lantai atas, setelah berjalan menaiki tangga yang tinggi. Barulah Alexa sampai di kamarnya dan langsung di kunci dari luar.
Kamar Alexa sangat besar dan luas, kamar dengan desain interior mewah itu sengaja di buat senyaman dan secantik mungkin agar Alexa betah.
Alexa merasa sangat lelah, gadis itu melempar tubuhnya di atas ranjang, ia kemudian memejamkan matanya sejenak. Dari sudut matanya terlihat air matanya yang mengalir. Gadis itu merasa sangat hampa, ia merindukan kamar lamanya. Ia juga merindukan Eric dan sang nenek.
Biiik, bik Wati," panggil Indra.
Bik Wati berjalan tergopoh-gopoh mendekat ke arah Indra. "I-iya, Tuan," jawab bik Wati setelah berada di hadapan Indra.
"Tolong nanti bawakan makanan dan minuman untuk non Alexa," suruh Indra.
"Maaf tuan, saya harus masak apa? Saya tidak tahu apa makanan kesukaan non Alexa," tanya bik Wati wajahnya terlihat bingung.
"Alexa paling suka makan nasi goreng dan susu cokelat hangat, bawakan itu saja." Indra masih ingat betul makanan dan minuman favorit putrinya.
Pria berusia 37 tahun itu terlihat sangat senang dengan kembalinya sang putri. 12 tahun lamanya ia memendam rindu kepada Alexa, dan akhirnya hari ini ia bisa berkumpul lagi dengan darah dagingnya itu.
"Bik Wati boleh pergi sekarang dan lakukan apa yang saya suruh tadi."
"Baik, Tuan."
Setelah memberi perintah kepada asisten rumah tangganya. Indra berjalan menuju ke ruang kerjanya dan diikuti oleh Leon dari belakang sambil membawa beberapa amplop cokelat yang berisi dokumen penting.
"Apa ada sesuatu yang mau kamu laporkan, Leon?" tanya Indra sambil berjalan duduk di kursinya.
Leon mengangguk pelan sambil menyerahkan amplop cokelat yang dari tadi ia bawa. " Tadi pagi-pagi sekali Tuan Harry tadi menelepon, beliau menanyakan tentang kelanjutan kontrak kerja sama untuk pembangunan hotel di pulau Bali. Dan juga untuk beberapa hari ke depan. Tuan Indra harus melakukan perjalanan bisnis ke Italy untuk membahas ten-"
Indra memotong pembicaraan Leon. "Cancel semua jadwal perjalanan bisnis saya. Putriku Alexa sudah pulang, saya tidak mau meninggalkan Alexa sendirian," ujarnya sambil membolak-balik dokumen.
"Baik, Tuan."
"Tolong atur jadwal meeting dengan Tuan Harry besok," perintah Indra.
"Tuan, ada 1 hal lagi yang saya mau laporkan."
"Ya, silahkan!"
"Kemarin, saya bertemu dengan tuan Daniel-putra tunggal mendiang tuan Robert. Ia sekarang tinggal di kota ini dan sedang menjalankan bisnis yang di wariskan oleh tuan Robert," lapor Leon.
Alis Indra mengerut. "Benarkah? Daniel tinggal di kota ini?" Indra terlihat tidak percaya dengan laporan Leon.
"Benar,Tuan. Tuan Daniel sekarang tinggal di apartemen, tidak jauh dari sini," jelas Leon.
"Baguslah! Aku ingin bertemu dengan Daniel. Besok, tolong atur pertemuan dengan Daniel di restoran! Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan dengan Daniel," perintah Indra.
"Baik, Tua. Saya pamit dulu,"
Indra mengangguk. Hatinya merasa sangat senang, matanya berbinar. Sepertinya Indra sedang merencanakan satu hal yang besar. Ya, ada banyak rencana yang telah ia susun setelah sang putri kembali ke sisinya. Sebuah rencana yang ingin ia wujudkan, setelah menunggu 12 tahun.
Di sisi lain.
"Bagaimana, Rian? Apa kamu sudah menjalankan semua perintahku?" tanya Daniel.
"Sudah, Tuan, rencana tuan Daniel sudah saya jalankan. Dan ada satu lagi berita bagus ..." kata Rian.
"Apa itu?" tanya Daniel penasaran.
"Alexa! Putri Indra Prayoga sudah kembali, kini mereka sudah tinggal bersama-sama dalam satu rumah," jelas Rian.
"Bagus, kalau begitu. Kita sudah bisa memulai Rencana balas dendam yang sudah kita rencanakan selama 12 tahun! Akan kuhancurkan Indra, seperti ia menghancurkan keluargaku!"
Apa sebenarnya rencana Daniel? Dan bagaimanakah dengan nasib cinta Alexa, dan Eric selanjutnya? Dan bagaimanakah denggan Erna? Sanggupkah Erna berjuang melawan penyakit kanker otak yang kini tengah menggerogotinya?.
To be continued.