Download App

Chapter 2: Prem Kahani (2)

"Kudengar kau akan menikah dengan Naruto minggu depan. Benarkah kabar itu?"

Pipi Hinata bersemu merah. Mereka kini sudah berada di sungai perbatasan wilayah Uchiha dan Hyuuga. Belum pernah ada yang ke sana kecuali Hinata dan Sasuke.

"Semoga ini tidak gagal lagi," harap Hinata.

Sudah lima kali pernikahannya dan Naruto ditunda hanya karena masalah tak elite dan tak etis. Naruto masih berkabung atas kematian sahabat perempuannya yang mati karena menjalankan misi bersama Sasuke dan Lee beserta Tenten. Ia mati karena tertimpa batu dan masuk ke dalam jurang hingga tubuhnya hancur.

Naruto menganggap Sasuke-lah yang lalai dan selalu menyalahkan Sasuke.

"Kau pasti yang paling senang dia mati, Sasuke. Kau pernah hampir membunuhnya."

Begitulah kata Naruto saat itu.

Sasuke diam saja. Tak menyahuti Naruto. Naruto berubah dingin pada siapa saja termasuk Hinata kekasihnya.

"Kuharap kau bahagia, Hinata."

Hinata tertegun. Sasuke mengharapkan kebahagiaanya. Bukan kebahagiaan sahabatnya, Naruto. Hinata tidak tahu saja bahwa dirinya bagi Sasuke adalah seperti pelangi yang hadir setelah memberikan keindahan yang sangat menawan.

"Terima kasih, Sasuke-kun."

Hinata berucap tulus.

"Mau mendengar sebuah kisah cinta dariku, Putri Hyuuga?" tanya Sasuke menatap dalam mata cerah Hinata.

Hinata mengangguk.

"Seorang gadis. Mengenal dan hadirnya dirinya seperti jingga yang di penghujung senja yang selalu menitipkan kerinduan. Seperti rona jingga yang membentengi cakrawala membujuk mata tak bersuara seakan-akan ingin terus memandangnya hingga lupa kembali pulang."

Hinata tersenyum indah memuji kalimat puitis yang Sasuke ucapkan untuk menggambarkan yang Hinata asumsikan adalah perempuan yang Sasuke sukai.

Benar, perempuan itu adalah perempuan yang Sasuke sukai, Sasuke kagumi dan Sasuke cintai.

Namun, Hinata tidak tahu bahwa perempuan yang Sasuke maksud adalah Hyuuga Hinata, dirinya.

"Manis sekali,"

"Tidak Hinata ... orang yang kubicarakan ini jauh lebih manis."

"Merindukan dirinya?"

"Hn. Tapi dia akan pergi."

Hinata tak mengerti apa maksud pergi ini. Namun, seketika bayangan wajah Uzumaki Karin terlintas di benaknya. Kabarnya, Kiba dan Shino akan melaksanakan misi dengan Karin setelah acara pernikahannya dengan Naruto minggu depan.

"Tak semua kepergian berakhir duka. Coba lihat senja sebelum berakhir kepergiaannya. Ia memberi pesona yang membuat kita memuja dengan untaian aksara yang menjelma puisi yang indah."

Sasuke tersenyum lebar. Hinata adalah gadis yang istimewa dan cerdas. Ia membuat perumpamaan senja yang Sasuke gunakan sebelumnya untuk mengungkapkan perasaannya.

"Manis sekali."

Kali Sasuke yang menyuarakannya. Perkataan dan paras Hinata yang mendorongnya mengatakan hal itu.

Hinata tersipu-sipu. Senja sudah hilang berganti dengan malam.

"Sudah malam, bolehkan aku pulang?"

"Boleh aku meminta sesuatu darimu?"

Hinata tertawa. Selalu seperti ini jika mereka bertemu. Sasuke akan meminta sesuatu. Sesuatu yang sedikit konyol. Meminta Hinata tersenyum padanya atau berjabat tangan. Kadang kala Sasuke meminta Hinata untuk meletakkan telapak tangannya di atas kepala Sasuke.

"Apa lagi sekarang?" Hinata berkata santai.

"Datanglah di setiap tidur lelapku."

Hinata tertegun. Ia bukan merasa dilecehkan, tapi ia sekarang tahu bahwa bukan Karin yang Sasuke maksudkan dalam ceritanya. Akan tetapi dirinya sendiri, Hyuuga Hinata.


Load failed, please RETRY

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login